Share

Bab 5. Berubah?

Adelia tersenyum tipis mendapati suaminya pulang tepat waktu. Jika dari kemarin Fathur selalu pulang malam atau bahkan tidak tidur di rumah maka saat ini pria itu sudah berada di rumah pada pukul 17.33 sore. Adelia membawa segelas air putih ke hadapan Fathur yang duduk di sofa ruang tengah. Ia duduk tepat di samping Fathur yang sedang sibuk melepaskan jasnya.

"Minumnya, mas."

"Terima kasih."

Fathur menenggak minuman yang di bawakan Adelia. Setelahnya pasangan suami istri itu saling diam. Adelia yang merasa suasana hati Fathur sedang baik. Ia mencoba mengajak pria itu berkomunikasi.

"Hari ini kerjaan sedang tidak banyak, mas?"

"Enggak, dari kemarin aku sudah lembur. Jadi hari ini ingin pulang cepat."

Adelia mengangguk-angguk."Luna mana?" tanya Fathur.

"Ada di kamar, aku baru aja selesai mandiin dia."

Tidak ada suara yang terdengar lagi. Sampai Fathur menyerong menatap istrinya.

"Maaf ya Adelia atas sikap aku beberapa hari kemarin, aku enggak bermaksud ingin menyakiti kamu," ucapnya sedangkan Adelia yang mendengar itu tidak tahu harus menjabarkan perasaannya seperti apa. Ia senang ketika mendengar permintaan maaf suaminya. Tapi bukankah Fathur pernah berkali-kali meminta maaf padanya dulu dan pria itu kembali mengulang kesalahannya?

Tidak mau hari ini berdebat lagi. Adelia tersenyum tipis membalas menatap suaminya.

"Gakpapa, mas. Kalau kamu emang enggak niat menyakiti aku, aku cuma minta kamu perbaiki semuanya."

"Iya, Adelia." Fathur mendekat lalu mendaratkan kecupan di kening istrinya.

"Aku ingin lihat Luna dulu ya."

Adelia mengangguk membiarkan Fathur berjalan meninggalkannya ke arah kamar. Ia memandang punggung pria itu yang semakin hilang. Adelia tidak pernah bisa yakin setiap Fathur mengucapkan maaf. Segala kepercayaannya pada pria itu sudah runtuh. Tapi ia masih selalu berharap rumah tangga keduanya bisa kembali baik-baik saja. Maka tiap kali suaminya meminta maaf dan terlihat seolah menyesal, yang bisa Adelia lakukan hanya menerima permintaan maaf itu.

Semenjak Fathur mengkhianatinya. Ia menjadi bingung atas perasaannya sendiri. Adelia terluka tapi di setengah hatinya ia masih berharap Fathur kembali mencintainya.

Menghela napasnya. Adelia ikut berdiri lalu pergi menuju dapur. Ia akan masak menu makan malam untuk Fathur dan juga anaknya. Tadinya ia tidak ada keinginan untuk masak karena berpikir suaminya tidak akan pulang dan makan masakannya seperti hari-hari sebelumnya. Adelia berniat hanya akan menyiapkan makanan untuk anaknya. Namun melihat Fathur pulang sore ini ia memutuskan untuk masak menu kesukaan suaminya itu.

"Lagi mas nasinya?"

"Sudah cukup, Adelia. Terima kasih."

Pasangan suami istri itu menikmati makan malamnya. Adelia diam-diam melirik Fathur senang karena mereka berada di satu meja makan lagi. Bohong kalau perasaan Adelia pada suaminya itu hilang. Bagaimana pun ia masih amat mengharapkan cinta dan hubungan keduanya kembali menguat. Meski kadang rasanya Adelia begitu lelah mengharapkan semuanya.

"Gimana mas, enak?" tanya Adelia.

"Masakkanmu tidak ada yang tidak enak, Adelia."

Adelia menarik bibirnya membentuk senyuman. Meja makan kembali hening, tidak ada yang bersuara lagi di sana. Setelah hampir 10 menit keduanya makan. Adelia memandang ke arah ruang tengah dengan senyum yang tidak bisa di tahan. Ia baru saja selesai merapihkan dapur dan kini dirinya mendapat pemandangan yang cukup membuat hatinya senang. Fathur tengah bermain bersama Luna–anaknya.

Pemandangan yang sudah jarang ia lihat akhir-akhir ini dan pastinya Luna merindukan Papa-nya. Adelia hanya berharap untuk kali ini Fathur benar-benar menyadari perbuatannya dan kembali pada Adelia juga anaknya.

...

"Dari kemarin kerjaan aku lagi banyak sekali, Adelia."

Sekarang sudah jam 21.33 malam. Adelia dan Fathur berada di dalam kamar setelah tadi satu jam yang lalu Adelia menidurkan anaknya. Mereka akan beristirahat tapi sepertinya masih ada yang ingin Fathur bahas dengan istrinya. Pria itu menatap lurus ke depan. Membuat Adelia yang menatap Fathur dan mendengarkan setiap kalimat suaminya.

"Karena itu setiap kamu ajak aku bicara, rasanya aku cuma bisa emosi."

"Maaf kalau aku masih belum cukup bertanggung jawab menghadapi masalah di rumah tangga kita," lanjutnya.

"Aku terima maaf kamu, mas. Tapi aku enggak hanya butuh itu, aku juga butuh pembuktian dari kamu kalau kamu memang mau memperbaiki rumah tangga ini."

Adelia yang duduk di atas kasur tepat di sebelah Fathur berkata jujur. Ia tidak ingin menyia-yiakan kesempatan untuk berbicara dengan suaminya dalam keadaan yang tenang.

Fathur menoleh pada Adelia. Pria itu membawa tangan istrinya dan menggenggamnya.

"Jangan pergi ya, tetap sama aku dan jangan berniat bawa Luna jauh dari aku."

"Iya, mas." Adelia memejamkan matanya ketika secara tiba-tiba Fathur mengecup keningnya. Pria itu terlihat tersenyum dan menatap dalam Adelia.

"Besok aku mau ajak kamu dinner."

"Berdua?" tanyanya.

"Kalau kamu maunya begitu."

"Enggak mas, kita ajak Luna."

Berbeda dengan pasangan suami istri itu. Karin memandang kesal layar ponselnya. Sudah dari 2 jam lalu Fathur tidak membalas pesannya. Ia pikir mereka hanya akan tidak bertemu sesering biasanya. Tapi ternyata pria itu juga mengabaikannya lewat pesan dan panggilan yang tidak di jawab.

Pintu lift terbuka. Ia buru-buru melangkah cepat menuju pintu apartemen. Setibanya Karin langsung melempar tas sangkil miliknya ke atas kasur dengan asal. Melampiaskan rasa kesal pada benda itu. Ia menatap sekali lagi room chatnya bersama Fathur yang kini pesannya terkirim hanya ceklis satu. Membayangkan Fathur dengan Adelia sedang berduaan membuat hatinya semakin panas.

Dirinya baru saja pulang kerja. Biasanya Fathur yang akan menjemputnya. Tapi karena pria itu meminta untuk mereka berjauhan sementara waktu. Berakhir membuat dirinya pulang sendirian.

Salah jika Fathur bisa mengendalikannya, mungkin ia bisa menjauh sejenak dari pria itu. Tetapi untuk membiarkan Fathur kembali memperbaiki hubungannya dengan Adelia. Maka Karin tidak akan mungkin membiarkan jalan pria itu mulus. Fathur telah menjanjikan akan menikahinya. Maka janji itu harus Karin dapatkan kenyataannya.

...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status