Beranda / Romansa / Pernikahan Yang Sempurna / |6|. Bukan Kandidat Kedua

Share

|6|. Bukan Kandidat Kedua

Penulis: Happy_autunm
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-26 15:30:45

"Hana ku mohon..bantu kakak mu ini, please.."

Keesokan malam harinya, Keira yang tak berdaya menolak permintaan papanya itu, memohon pada Hana untuk membantunya dalam aksi menggagalkan 'kencan pertama'. Jika kesan yang didapat buruk pada pertemuan pertama, Keira seratus persen yakin si pangeran malam itu pasti akan menggagalkan pertunangan mereka yang tidak taunya ternyata akan di adakan bulan depan.

"Tapi kak, Hana benar-benar gak sanggup keluar. Perut Hana kram nih, nyeri datang bulan.." Tiap kali jatah bulanannya datang, Hana selalu saja menderita dismenore.

Nyeri menstruasi yang ia rasakan itu rasanya seperti ratusan tangan mengoyak habis perutnya sampai ia tak tahan untuk tidak menangis. Tapi syukurlah malam ini kram perutnya masih dalam tahap toleransi.

"Kakak ambilkan obat pereda nyeri ya..kram perutnya gak seberapa parah kan?" Keira tentunya tau seperti apa jika adiknya itu sudah datang bulan. Hana bisa saja terbaring lemas seharian di kasur dengan wajah pucat pasi. Tapi malam ini ia sungguh-sungguh membutuhkan bantuan adiknya itu.

Atau kalau tidak, masa depannya benar-benar hancur sudah!

"Memangnya kenapa gak kakak temuin aja calon suami kakak itu. Terus terang ke dia kalau kakak gak mau nik—"

"Engga semudah itu Han..." Keira mengacak-acak rambutnya frustasi, "Sudah lah! Kamu itu terlalu bersih untuk memahami dunia kotor yang kami geluti ini" Keira terduduk lemas di bawah ranjang, punggungnya bersandar tak berdaya di rak kecil samping ranjang. Tempat di mana Hana meletakkan buku-buku kesayangannya.

Hana merasa agak kasihan dengan kakak keduanya itu. Ia membayangkan jika seandainya di posisi itu, pasti tidak akan kalah frustasinya dengan Keira.

"Ya sudah Hana bantu. Emang kakak mau Hana buat apa di sana?"

Keira terus bangkit, wajah muramnya terus berganti menjadi cerah. Sungguh keberuntungan terindah dalam hidupnya memiliki adik sebaik Hana, "Memangnya kamu beneran sanggup pergi?" Tapi di sisi lain, Keira merasa tak enak karena adiknya itu tengah sakit.

"Kram nya gak seberapa parah koq, masih dalam tahap toleransi.." Hana tersenyum pelan.

"Kalau begitu biar kakak ambil obat pereda nyeri aja ya buat jaga-jaga"

Sebelum Keira melangkah keluar, Hana terus menahan pergelangan tangan kakak keduanya itu, "Kak, aku tidak terbiasa minum obat pereda nyeri"

Jika dalam tahap tak tertahan, paling Hana hanya berguling-guling di kasur seharian atau paling tidak menggunakan pad menstruasi. Ia kerapkali menjauhi obat, karena baginya apapun itu bahan kimia tidak baik untuk tubuh.

"Bagaimana jika kakak siapkan kantong air hangat saja?"

"Boleh"

Keira pun terus pergi meninggalkan kamar. Setelah beberapa menit berlalu, Keira pun kembali membawa kantong air hangat. Hana langsung meletakkan benda itu di atas perutnya dan nyerinya sedikit mereda.

"Jadi, nanti kakak akan mendadani mu dengan sangat elegan dan anggun. Lalu kau pergi ke pertemuan itu menggantikan kakak dan katakan beberapa hal kalau kau menolak keras untuk dinikahkan dengannya"

"Kenapa tidak dandan biasa saja? Atau sedikit acak-acakan? Biar sekalian kita buat dia ilfil?" Hana perlahan bangun, bersandar di kepala ranjang.

Keira langsung mengeluarkan tablet dan memperlihatkannya pada Hana, "lihat ini!" Keira menunjukkan salah satu artikel yang membahas tipe wanita idaman 'Pangeran Malam' putra tunggal keluarga El Murad.

"Dalam artikel ini, tertera jelas kalau dia itu sangat menyukai tipe wanita dengan penampilan kasual dan sebaliknya— ia membenci wanita yang berpenampilan selain dari satu 'kata' itu.."

"Jadi maksud kakak, dia engga suka sama wanita yang tampil glamor gitu?"

"Yups!"

"Aneh sekali" Gumam Hana, menggelengkan kepalanya tak mengerti, "Berarti dia juga gak suka liat wanita yang berpenampilan elegan atau anggun sekalipun?"

"Betul!"

                              —••—

"Pa, aku maunya kandidat ketiga. Bukan kandidat kedua" Tentang Pasha tegas. Jelas-jelas mereka sudah membuat kesepakatan mengenai hal itu, tapi kenapa yang terjadi malah papanya mengubahnya begitu saja.

"Itu karena pak Arya tampak sangat menyayangi putri bungsunya. Ia yang sangat tidak rela memberikan putri tersayangnya itu padamu, sampai rela mendatangi Mak comblang demi membuat keputusan ini"

"Mak comblang?" Mata elang Pasha menyipit dingin.

"Ya" Angguk Shahbaz, "Dan kenapa pilihan jatuh pada kandidat kedua? Itu adalah pilihannya Mak Comblang. Menurutnya jika kalian berdua menikah, itu akan menciptakan pernikahan yang sempurna"

Pasha tertawa dingin. Ini sudah era apa, tapi pak Arya itu masih menggunakan jasa Mak comblang mengenai pernikahan putrinya?

"Ya sudah, kalau begitu batalkan saja" Tanpa berkata lebih jauh, Pasha bersiap pergi meninggalkan rumah besar ayahnya.

"Jika malam ini kamu tidak pergi, jangan salahkan papa kalau semua aset mu papa tarik dan termasuk jabatan mu sebagai CEO itu— papa turunkan menjadi eksekutif biasa" Berdasarkan sifat arogan dan otoriter Pasha, mana mau putranya itu turun jabatan dan membiarkan orang lain memerintah dirinya.

"Ingat, selama papa hidup, kamu masih berada di bawah papa Pasha"

Pasha mendengus dingin, pelan ia berbalik dan menatap ayahnya dengan tanpa sentuhan emosi apapun di kedalaman mata elangnya, "Baik, aku pergi!"

Karena itulah, Pasha sudah berada di restoran Diamond. Tempat makan berkelas yang merupakan milik dari calon papa mertuanya. Malam itu restoran itu di tutup, menciptakan suasana privasi sepenuhnya untuk pertemuan mereka.

Detik dan menit berlalu.

Kening Pasha berkerut dalam, menanti kedatangan calon istrinya yang masih saja belum muncul di tempat. Mata elangnya berkerut tak suka. Wanita itu sudah membuang tiga puluh lima menit dari waktunya yang berharga.

Mengangkat tangan, Pasha mengirimkan sinyal pada pelayan untuk datang membawanya sebotol anggur. Bersamaan dengan itu dari kejauhan, matanya menangkap objek kurus yang tinggi dipaksakan karena high heels, berjalan masuk kedalam restoran.

Gadis berkulit putih bersih dan wajah tirus yang terbungkus cantik dalam lilitan pasmina hitam yang elegan, itu tampak berjalan canggung dan sangat hati-hati. Langkahnya yang kacau itu benar-benar memprihatinkan. Jelas sekali pandang, orang dapat tau kalau gadis itu tidak terbiasa menggunakan high heels sebagai alas jalan.

Benar saja, gadis itu baru saja tanpa sengaja menabrak kaki meja. Bibir Pasha berkedut dingin, melihat hiburan ringan itu.

"Permisi" Gadis bergaun hitam nan anggun itu, dengan sopan menyapanya. Suaranya yang kecil itu nyaris seperti dengungan nyamuk dalam pendengaran Pasha.

Mengacuhkan kehadiran gadis muda itu, mata elangnya memilih memperhatikan pelayan pria yang tengah menata botol dan gelas di meja. Setelahnya pelayan itu bertanya apa ia masih membutuhkan hal lain. Pasha terus melambaikan tangan, mengisyaratkannya untuk pergi.

Hana menarik kursi dan duduk. Tatapan dingin di seberang, membuat sekujur tubuhnya tak tahan untuk tidak menggigil, "Maaf, untuk keterlambatan saya pak" Hana berusaha keras menyembunyikan rasa gugupnya.

Tidak tau kenapa, mendapati bibir semerah ceri itu memanggilnya dengan sebutan pak. Bibir Pasha berkedut dingin, berpikir itu cukup menarik. Pasha mengambil botol anggur, pergi menuangkan ke ke gelas miliknya. Ia pun dengan murah hati menuangkan minuman itu ke gelas milik gadis yang duduk di depannya hanya...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Yang Sempurna   |140|. Extra Chapter: Bulan Madu

    Pagi harinya, Ratna sudah berpakaian dengan rapi. Ia mengenakan setelan baju formal berwarna navy dan mencoba mengenakan hijab bewarna abu-abu pemberian dari Hana. "Sayang, kamu sudah selesai?" Eman membuka pintu kamar dan melongok kedalam. Sesaat matanya berkedip terkejut mendapati istrinya yang tiba-tiba mengenakan hijab di kepalanya. Itu membungkus indah wajah tirusnya, membuat penampilan formalnya terlihat anggun dan jumawa. "Gimana menurut kamu? Lucu ya aku berhijab begini?" "Anggun." "Ya?" Eman tersadar. Ia berdeham dan dengan daun telinganya yang memerah ia berujar, "Kamu terlihat menawan dengan berhijab seperti itu." Ratna merasa begitu manis dengan pujian tersebut. Hatinya langsung merasa tergelitik melihat daun telinga suaminya yang memerah. Padahal sudah beberapa bulan, tapi terkadang Eman masih malu-malu kepadanya. "Aku sudah selesai. Yuk kita pergi." "Sekarang?" Eman bergeming beberapa saat. "Ya terus kapan lagi." Ratna tergelak kecil. Ia mengapit lengan suaminy

  • Pernikahan Yang Sempurna   |139|. Extra Chapter: Wisuda Hana

    Setengah tahun berlalu sudah. Dalam kurun waktu tersebut Hana berusaha keras untuk membagi perannya sebagai seorang istri, ibu dan juga sebagai mahasiswa. Dalam kurun waktu tersebut juga, berkat ketekunannya dan kegigihannya, ia berhasil mengejar semua ketertinggalan nya dan menyelesaikan studinya.Meskipun ia terlambat dan tertinggal dari teman-temannya yang sudah menyandang sarjana setahun ke belakang. Tapi ia tidak menyesali keterlambatan nya. Ia berpikiran positif dan yakin semua yang terjadi pasti ada hikmahnya."Selamat Hanaaaa...." Chaca dan Miftah menyerbunya dari kanan-kiri dan memeluknya erat. Seerat persahabatan yang telah mereka jalin selama ini."Akhirnya kamu menjadi sarjana juga Han." Tukas Miftah yang terharu menatap sahabatnya yang akhirnya telah mengenakan baju toga setelah semua hal-hal berat yang dilewatinya setahun ke belakang."Walaupun kita gak wisuda bareng, tapi ritual lempar topi toga nya harus tetap dilakukan barengan." Chaca mengambil topi toga dari atas ke

  • Pernikahan Yang Sempurna   |138|. Mimpi Buruk Telah Berakhir

    Saat ia merasakan tangan panas Pasha yang besar, mulai menggerayangi perutnya dari belakang. "Syuhh" Pasha menekan jari telunjuknya di bibir Hana."K-kamu ngapain? Buat apa tangan mu di situ?"Alih-alih menjawab, Pasha merapatkan dada bidangnya ke punggung telanjang Hana. Lengan kokoh nya mengukung tubuh kecil istrinya itu dalam kuasa tubuh kekarnya.Halusnya kulit Hana yang menyentuh kulit kerasnya, membuatnya merasa nyaman.Hana menjadi gugup saat suhu panas tubuh Pasha telah menguasai tubuhnya. Ia dapat mendengar nafas berat suaminya itu yang berhembus di dekat daun telinganya."Masa nifas mu, sudah selesai sejak tiga bulan yang lalu kan?""I-iya""Apakah kiranya kamu sudah siap?" Tanya Pasha, mulutnya tepat berada didepan telinga Hana.Hana menelan saliva nya gugup, saat merasakan nafas panas Pasha berhembus melewati daun telinganya."S-sejujurnya, aku masih b-belum siap..""Kalau begitu mari bercumbu seperti ini saja" Pasha menyapu bibir padatnya ke telinga istrinya. Membuka mul

  • Pernikahan Yang Sempurna   |137|. Bukan Menemani Namanya

    Tepat setelah malam syukuran kelahiran Daud dikediaman Arya, pada hari ketujuhnya, Pasha melakukan aqiqah Daud di kediaman Shahbaz. Ia sudah sepakat dengan Hana untuk melakukannya di sana.Pasha sudah membeli dua ekor kambing yang cukup gemuk untuk anak laki-laki pertamanya itu dengan Hana.Tanpa sepengetahuan Pasha, seorang wanita yang sudah lama sekali tidak terlihat dimatanya muncul di acara aqiqah tersebut. Wanita itu bersembunyi dan diam-diam mencuri pandang kearah Pasha bersama istrinya yang sedang menggendong Daud."Kamu yakin tidak ingin datang menjumpainya?" Tanya Shahbaz, pada mantan istrinya itu.Wanita itu tersenyum kecil menggeleng, "Melihat dari sini saja sudah cukup, akan terlalu egois bagiku jika menemuinya sekarang"Shahbaz tidak berkata apa-apa lagi."Pasha cukup pandai memilih istri" Ucap wanita itu tersenyum, "Ia cantik sekali""Iya. Dia baik dan juga penurut" Sambung Shahbaz."Cucu kita juga sangat tampan, ingin rasanya aku menggendongnya""Apa kamu menyesal karen

  • Pernikahan Yang Sempurna   |136|. Acara Syukuran Kelahiran Cucu

    Malam harinya, kediaman Arya dipenuhi oleh para tamu. Ia membuat syukuran untuk kelahiran cucunya dan mengundang semua koleganya untuk datang. Shahbaz sebagai besannya, juga turut diundang bersama keluarga besar. "Di mana Pasha dan Hana? Apa sudah sampai?" Tanya Arya pada Ratna"Mereka masih dijalan Paa" Jawab Ratna yang baru saja selesai menelpon Hana.Hingga tak berapa lama menit kemudian. Pasha dan Hana sudah tiba di kediaman Arya. Kehadiran mereka pun langsung mencuri perhatian para tamu.Malam itu Hana mengenakan setelan yang serasi dengan Pasha. Di mana Pasha tampil jumawa dalam baju Koko putih dan Hana tampil anggun dalam balutan abaya putih dan pashmina bewarna senada. Awalnya ia pikir Pasha akan menyuruhnya untuk berganti dengan kerudung biasa, teringat terakhir kali di acara keluarga Pasha melakukannya. Tapi anehnya kali ini tidak. Semenjak ia hamil Daud dan terlebih setelah melahirkannya, suaminya itu memang sudah banyak berubah. Di kediaman Arya sangat ramai. Cukup bany

  • Pernikahan Yang Sempurna   |135|. Cemburu Tanda Cinta

    "Hum" Pasha menyandarkan dagunya manja di atas pundak Hana dan memperhatikan mata mungil Daud yang mulai berkedip-kedip seperti akan tertidur."Daud sepertinya mulai mengantuk""Iya, Alhamdulillah""Lantunan shalawat mu yang merdu itu benar-benar membuatnya berhenti menangis"Hana tersenyum mengangguk, "Hem" Matanya yang penuh sorot keibuan itu, dengan lembut memperhatikan sepasang mata Daud yang kini sudah terpejam."Lain kali lakukan juga padaku" Tukas Pasha.Hana tergelak kecil, "Buat apa? Kamu kan sudah besar, bukan bayi yang—"Pasha mengecup bibir Hana dan menghisapnya lama. Hana memejamkan matanya dan sesaat terbuai dengan ciuman lembut itu.Pasha perlahan melepas bibir Hana dari bibirnya, "Aku juga ingin diperlakukan seperti itu saat susah tidur" Ucap Pasha, sambil menatap manik mata hitam Hana dalam."En, aku juga akan melakukannya padamu. Bayi besar ku.." Ucap Hana sambil mencium kening Pasha gemas."Aku tidak mau di panggil bayi"Hana tertawa kecil."Tidak lucu!" Mata dingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status