Share

Bab 5

Penulis: Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-13 15:00:23

Bangkit dari ranjang, Katerina mendengus. Penampilannya sekarang sudah seperti korban pelecehan, “Gila ya tuh orang! Nggak jelas banget.”

Tidak, Katerina tidak kecewa karena tidak jadi dibobol justru ia bersyukur. Dia hanya kesal karena laki-laki tidak jelas itu seperti memperlakukannya bagai wanita murahan, ditinggalkan begitu saja bahkan langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa.

“Awas aja kalau minta lagi nggak akan semudah itu aku kasih.”

Ia akhirnya melanjutkan kegiatan yang tadi tertunda, mengeringkan rambut. Tapi tiba-tiba ponselnya berdenting membuat ia melangkah untuk mengambil benda itu. Saat ia akan mengambil ponselnya, matanya mengernyit melihat ada satu ponsel lagi tepat di samping ponselnya. Ia tidak merasa membawa dua ponsel, berarti ini milik suaminya – Bayu.

“Tadi kan aku lihat dia keluar bawa ponsel, lah ini beda lagi ya?” Katerina bertanya-tanya sendiri, tapi pada akhirnya ia tak peduli.

“Tapi ngapain aku mikirin hal itu, mau dia punya ponsel sepuluh juga bukan urusanku.”

Daripada memikirkan itu, lebih baik ia membuat skesta baju. Bulan depan ia harus menambah desain untuk baju dan gaun di butiknya. Dan baru saat jam menunjukkan pukul 23.00 Katerina selesai membuat beberapa sketsa,

“Aghhh pegal banget nih leher, nunduk mulu.” Ucap Katerina sambil memijat ringan lehernya.

Berbaring di ranjang, pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam lalu. Tanpa sadar ia menyentuh bibirnya, Katerina masih bisa merasakan sensasi ciuman pertamanya itu. Tapi sedetik kemudian disa sadar, “Stop Katerina!!! Nggak perlu dipikirin, nggak perlu dibayangkan.” Ia menepuk-nepuk kedua pipinya yang terasa panas.

Lebih baik sekarang tidur. Iya, ayo tidur! – ucapnya dalam hati dengan mata terpejam erat, mencoba untuk membuat dirinya mengarungi alam mimpi.

***

Pagi harinya Katerina sudah berdandan rapi. Hari ini ia akan keliling Paris sendiri karena suaminya itu tak kunjung kembali hingga saat ini. Sayang sekali jauh-jauh ke Paris kalau hanya diam saja di kamar hotel – pikirnya. Hitung-hitung liburan gratis untukknya, tak apa jika ia harus menikmati kota ini sendirian.

Katerina mengawali perjalanannya dengan sarapan di salah satu Cafe di Paris, ia memilih croissant sebagai pengganjal perutnya pagi ini diitemani lagu Paris by Taylor Swift yang diputar di Cafe itu, sungguh tidak relate dengan keadaan dirinya membuat Katerina tertawa dalam hati.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya ke salah satu museum yang terkenal di Paris. Baru saja ia memasuki museum itu, ponselnya berdering menampilkan nama suaminya. Dengan malas Katerina mengangkat panggilan itu.

“Di mana?” Tanya Bayu di seberang sana.

“Museum.” Katerina menjawabnya dengan singkat

“Share location kamu ke saya!”

Katerina langsung mematikan panggilan itu, namun ia tetap mengirimkan lokasinya kepada Bayu.

Di sisi lain, Bayu yang baru saja menerima pesan istrinya langsung meluncur ke tempat itu. Dan setelah beberapa saat, akhirnya ia sampai di tujuan.

Memasuki museum, Bayu langsung mencari sosok istrinya. Di tempat itu banyak pengunjung, ia kesulitan menemukan di mana keberadaan Katerina. Mengirim pesan pada istrinya, tapi tak kunjung mendapat balasan. Akhirnya Bayu hanya mengikuti kakinya melangkah ke mana, sesekali ia menengokkan kepala mencari rupa Katerina.

Hingga langkahnya terhenti ketika melihat sosok Katerina tak jauh darinya. Perempuan itu sedang menunduk, mungkin membaca tulisan di bagian bawah sebuah karya seni. Rambutnya yang panjang diurai, terlihat sangat cantik.

Perlahan Bayu melangkahkan kakinya mendekat Katerina dan saat jaraknya sudah sangat dekat, ia akhirnya memanggil nama istrinya, “Katerina”

Sang pemilik nama pun menoleh, menatap Bayu dan lantas tersenyum tipis “Hai, Mas.” Sapanya.

Setelahnya Katerina melangkahkan kaki sambil matanya memandangi karya-karya seni yang indah di museum itu dan Bayu mengikutinya dari belakang.

Sejujurnya ia mengira Katerina akan marah padanya setelah semalam Bayu meninggalkan istrinya dengan keadaan yah... begitu. Tapi Katerina bahkan tak menanyakan dari mana dirinya, istrinya itu terlihat sangat cuek dan entah mengapa sikap Katerina yang seperti itu sedikit mengusik Bayu.

Tiba-tiba Katerina berhenti, membuat Bayu juga ikut berhenti. Perempuan itu menoleh, matanya langsung menatap mata Bayu, “ Mas, aku boleh minta tolong fotokan aku di sini?” tunjuk Katerina pada sebuah lukisan.

Bayu pun menagngguk, mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memulai memotret sang istri. Tak cukup sekali, Katerina meminta Bayu memotret dirinya dengan berbagai gaya. Setelah itu, sebagai tanda terima kasih Katerina menawari Bayu untuk berfoto dan dia sebagai pemotretnya dan di iya-kan oleh Bayu, meskipun fotonya hanya satu kali karena si laki-laki tidak suka dan tidak mau berfoto dengan banyak gaya.

***

Tak terasa mereka menghabiskan banyak waktu di museum, sampai melewatkan jam makan siang. Menjelang sore, Katerina dan Bayu akhirnya mampir di sebuah restoran di dekat museum. Memesan beberapa makanan khas Prancis, pasangan sumi istri itu sekarang duduk di meja yang berada di pojok ruangan di lantai dua. Pemandangan sore hari di Paris begitu indah di mata Katerina yang terus menatap keluar jendela restoran.

“Kamu nggak bilang ke saya kalau mau pergi jalan-jalan hari ini.” Bayu memecah keheningan di antara mereka, membuat Katerina menolehkan pandang ke arahnya.

Tersenyum tipis, Katerina menjawab dengan tenang namun menggundang tanya Bayu “Kalau Mas Bayu ingin aku apa-apa bilang, kamu juga harus melakukannya Mas. Aku kan Cuma meniru apa yang kamu lakukan.”

“Maksud kamu?”

Katerina hanya mengedikkan bahunya, tak menjawab pertanyaan Bayu. Sesaat kemudian pesanan mereka datang

“Thank you.” Ucap Katerina pada si pelayan. Selanjutnya ia memakan makanan itu tanpa memedulikan raut bingung yang masih ada di wajah suaminya, pikir aja sendiri – ucapnya dalam hati.

Sejalan dengan pertanyaan yang tak dijawab oleh Katerina, begitu pun percakapan mereka yang berakhir menggantung.

Seusai makan siang yang terlalu siang, mereka melanjutkan perjalanan ke Menara Eiffel. Ikon kota Paris itu sayang untuk dilewatkan. Sore menjelang malam, Katerina dan Bayu tiba di sana.

“Kamu mau foto di sini nggak? Nanti saya fotokan.” Tawar Bayu pada Katerina yang masih berjalan di depannya.

Katerina menoleh, “Beneran?” dan Bayu pun mengangguk sebagai jawaban bahwa ia serius akan memotret istrinya itu.

Setelah memotret istrinya, Bayu kembali berbicara. “Gimana kalau kita ambil selfie berdua?”

Katerina yang mendengar itu mengernyit heran, hari ini dia kenapa jadi banyak ngomong gini?

Melihat istrinya yang diam saja, Bayu akhirnya bersuara lagi “Buat saya kasih ke Eyang, biar Eyang percaya kita beneran honeymoon.”

“Ohh.. okay.”

Akhirnya mereka mengambil selfie berdua, berdekatan dengan senyuman yang dibuat setulus mungkin seolah-olah mereka adalah pasangan yang saling mencintai dan sedang menikmati waktu berdua.

Karena hari semakin malam, Katerina dan Bayu akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Saat akan keluar dari area Menara Eiffel, tiba-tiba Bayu menggenggam telapak tangan Katerina, membuat mereka berjalan bergandengan. Sebenarnya hari ini dia kenapa sih? Kesambet setan Paris apa gimana? Gumamnya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 104 - Pilihan Katerina

    Sekali pun Katerina ingin berpisah dengan Bayu, tapi nyatanya kalimat perpisahan yang baru ditawarkan oleh laki-laki itu tetap menggores hatinya. Rasanya sakit sekali, Katerina tak pernah menduga ia akan seterluka ini hanya karena mencintai Bayu.Namun saat ini yang terpenting bukan perasaan cintanya, bukan rasa sakitnya, tapi harga diri yang harus ia pertahankan. Katerina tak ingin bertahan dengan laki-laki yang merusak hubungan suci mereka. Sekarang ia bertanya-tanya apa selama ini di mata Bayu dirinya hanya boneka yang laki-laki itu permainkan?Dengan sisa harga diri yang masih Katerina genggam, ia berbalik menatap ke arah Bayu."Aku memilih bercerai dari kamu dan kita berpisah."Jawaban itu tak pernah Bayu duga. Kenapa prediksi Amanda salah? Bukankah Katerina mencintainya? Kenapa perempuan itu memilih berpisah dengannya?Pertanyaan-pertanyaan itu mengisi pikiran dan hati Bayu sampai laki-laki itu tidak sadar Katerina sudah masuk ke dalam kamar.Namun bukannya meminta maaf atau set

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 103 - Pilihan Untuk Katerina

    Bayu perlahan membuka matanya, ia sempat bingung ada di mana sebelum akhirnya melihat tangga yang tak jauh dari pandangannya dan sadar semalam ia mengetuk pintu Katerina sampai lelah dan terduduk hingga ketiduran."Katerina..." Gumamnya pelan.Laki-laki itu kemudian berdiri, kembali mengetuk pintu kamar Katerina dan memanggil-manggil nama perempuan itu."Katerina..""Katerina, buka pintunya. Ayo kita bicara."Berkali-kali ia melakukan itu tetap tidak ada jawaban dari dalam kamar itu seperti semalam, lalu Bayu melirik ke arah jam di tangannya. "Sudah hampir jam depalan. Apa Katerina sudah berangkat ke butik?"Laki-laki itu kemudian turun ke lantai bawah, menemui Bi Lastri. Siapa tahu paruh baya itu sempat bertemu Katerina."Bi, apa Katerina sudah berangkat kerja?" Tanya Bayu pada Bi Lastri.Bi Lastri memperhatikan penampilan Bayu yang masih memakai setelan kerja semalam. Perempuan itu semakin yakin ada yang tidak beres dengan kedua majikannya itu. "Kayaknya udah, Mas. Soalnya tadi bera

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 102 - History Repeats Itself

    Bayu sampai ke rumah setelah ia berobat terlebih dahulu ke rumah sakit. Pukulan-pukulan yang dilakukan oleh Andrea sangat keras sampai menghancurkan wajah tampannya, untungnya tidak ada luka yang serius."Gue yakin Katerina bakal ninggalin Lo! Kalau dia nggak mau tetap bakal Gue paksa!! Dasar keparat, brengsek!"Ucapan Andrea masih teringat jelas dipikirannya. Apa benar setelah ini Katerina akan meninggalkannya?Memasuki rumah, ia langsung menuju dapur untuk mengambil es. Ia tetap perlu mengompres lebam di wajahnya karena masih terasa ngilu."Loh, Mas Bayu kenapa?" Tanya Bi Lastri yang sedang membersihkan peralatan memasak."Nggak apa-apa, Bi. Tadi ada kecelakaan sedikit. Apa Katerina sudah pulang?" Meski masih penasaran dengan apa yang terjadindengan majikannya, tapi Bi Lastri memilih tidak bertanya lebih lanjut."Sudah, Mas. Tadi juga sempat makan malam sama Bibi." Jawab Bi Lastri. Setelah membereskan barang-barangnya dari kamar Bayu, Katerina memang sempat makan malam dengan Bi Las

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 101 - Mimpi Buruk, Tangis Dalam Mobil, Dan Prasangka

    Katerina menarik napas dalam, berusaha meredakan nyeri yang sedang mengisi hatinya. Langkahnya ia tegaskan untuk tetap masuk ke dalam restoran itu meski tangannya gemetar.Katerina memilih kursi yang tak jauh dari Bayu dan Amanda. Di tempat ia duduk kini, posisi Bayu membelakanginya, tapi posisi Amanda berhadapan dengannya. Jika mata perempuan itu tidak rusak seharusnya bisa melihat kehadiran nya, tapi sepertinya perempuan itu tak sadar karena begitu menikmati suapan suami Katerina.Seorang pelayan mendekat ke arah Katerina sesaat setelah perempuan itu mengangkat tangannya."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Kak?" Tanya si pelayan."Saya mau pesan rawon. Take away ya, Kak " Balas Katerina dengan nada yang sengaja ia tinggikan. Dapat Katerina lihat tubuh Bayu yang menegang dan tatapan terkejut Amanda yang mengarah kepadanya."Ada lagi, Kak?""Sudah, itu saja.""Baik, Kak. Mohon ditunggu ya." Akhir si pelayan sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Katerina bertepatan dengan Bayu y

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 100 - Luka Di Restoran

    "Saya nggak bisa, Katerina."Ucapan itu membuat Katerina seketika membuka mata dan tatapannya bertemu dengan tatapan milik Bayu yang masih di atasnya."Kamu lagi nggak mood ya, Mas?" Tanya Katerina.Bayu bingung untuk menjawab, bagaimana bisa ia menjelaskan bahwa dirinya merasa tidak pantas untuk menyentuh istrinya? Bagaimana kalau Katerina bertanya apa alasannya?"Saya ngantuk sekali, Katerina. Takutnya kita berhenti di tengah jalan. Kan nggak seru." Jawab Bayu dengan sedikit kekehan di akhir kalimatnya, setelahnya laki-laki itu meminta maaf."Maaf, ya. Mungkin lain kali kita bisa melakukan itu." LanjutnyaMeski kecewa Katerina tetap tersenyum, mungkin Bayu memang mengantuk. Ia dapat memahami itu, apalagi suaminya hari ini pulang telat yang berarti di kantor sedang sibuk-sibuknya."Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti kok. Ya udah, sekarang ayo kita tidur aja." Ucap Katerina sambil mengusap kedua pipi Bayu.Laki-laki itu lantas menyingkir dari atas tubuh Katerina dan berbaring di samp

  • Pernikahan Yang Tak Kupilih   Bab 99 - Penolakan Di Akhir

    "Hey, cantik. Kamu udah pulang?" Ucap Bayu sesaat setelah ia keluar dari kamar mandi dan melihat Katerina sudah ada di kamar mereka.Katerina berbalik, tangannya masih memegang kartu nama seorang dokter kandungan dan dompet milik Bayu."Mas, kamu kok punya kartu nama dokter kandungan? Siapa yang hamil, Mas?" Tanya Katerina sambil menunjukkan kartu nama yang ia pegangTubuh Bayu menegang, langkahnya terasa berat saat ia mendekat ke arah Katerina. Sebisa mungkin ia menjelaskan dengan tenang agar istrinya tak curiga. "Itu saya dapat dari rekan pengusaha, katanya dokternya bagus. Dia merekomendasikan itu ke kita kalau suatu saat nanti kamu hamil.""Apa kamu mau aku cepat hamil, Mas?" Tanya Katerina lagi. Kini perempuan itu terlihat murung karena mengira Bayu menerima kartu nama dari rekan kerjanya dengan maksud ingin secepatnya punya anak atau menyuruh Katerina agar cepat hamil."Hey... Bukan itu maksud saya. Saya nggak sedang memaksa kamu agar cepat hamil. Ini tubuh kamu, jadi saya menye

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status