Share

Mengganggu Kesenangan

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-03 21:44:06

Pulang dari kantor, Viona mampir ke sebuah rumah makan. Hari ini, ia terlalu lelah untuk memasak, akhirnya ia membeli makanan matang. Ketika sedang memesan makanan, ia melihat ada mobil Damar disana. Ia hafal betul dengan mobil Damar. 

"Dengan siapa ya ia kesini?" kata Viona dalam hati. 

"Sudah, Mbak," kata pegawai rumah makan sambil menyerahkan bungkusan berisi makanan.

Viona tampak kaget.

"Eh, iya," kata Viona sambil menyerahkan uang. 

Kemudian Viona bersiap untuk pulang. Dari kejauhan, ia melihat Damar sedang makan berdua dengan seorang perempuan. Mereka tampak sangat akrab. Viona tampak lemas, melihat suaminya makan berdua dengan perempuan lain. Ia pun keluar dari rumah makan itu, kemudian menghentikan motornya tidak jauh dari rumah makan. Ia mencari posisi yang tepat, agar ia bisa melihat Damar.

Sambil menunggu Damar, ia mengeluarkan ponselnya, siapa tahu nanti ada kegunaannya. Pengintaian Viona tidak sia-sia, tak berapa lama Damar keluar bersama perempuan itu. Mereka bergandengan tangan. Si perempuan bergelayut manja di tangan Damar. 

Cekrek! Cekrek! Beberapa momen sudah diabadikan Viona. Ia sudah sangat emosi, ingin rasanya ia mendekati mereka dan memaki-maki. Tapi akal sehatnya melarang Viona melakukan itu. Ia hanya pasrah dengan kejadian itu. Kemudian Viona pulang dengan rasa kecewa dan tentu saja sedih. Ia mengendarai motor dengan pelan, pikirannya menerawang kemana-mana.

Tin.. tin…

"Hei! Mau mati ya? Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak orang." Seseorang berteriak.

Viona kaget, jantungnya terasa berhenti berdetak. Tangannya gemetaran. Beberapa pengendara nampak melihatnya. Ternyata ia sudah ada di tengah jalan. Viona pun segera beralih ke pinggir.

"Astaghfirullahaladzim, hampir saja aku mati," kata Viona dalam hati. Tangannya masih gemetaran, jantungnya masih berdetak dengan kencang.

Akhirnya sampai juga ia di rumah. Tentu saja Damar belum pulang. 

"Mungkin ia masih mengantar perempuan itu, atau mampir ke tempat lain," gumam Viona sambil membuka pintu garasi. Kemudian ia memasukkan motornya.

Setelah meletakkan makanan yang ia beli tadi, ia pun segera masuk ke kamar. Melepaskan pakaian dan menuju ke kamar mandi. Ia pun menangis sepuasnya di bawah guyuran air shower. Hatinya sangat sakit mengingat kejadian tadi. Viona pun menyadari akan satu hal, ternyata karena perempuan ini, yang membuat Damar tidak bisa membuka pintu hatinya untuk Viona.

"Apa yang harus aku lakukan? Minta cerai?" pikir Viona.

"Siapa tahu mereka hanya teman saja." Viona bergumam.

"Teman kok mesra kayak gitu." lanjut Viona lagi.

"Positif thinking saja Viona." 

Terjadi perang batin dalam diri Viona. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Setelah cukup lama di kamar mandi, akhirnya Viona keluar dan berganti pakaian. Ia pun memakai bedak untuk menutupi bengkak di sekitar mata. Kemudian ia keluar dari kamar untuk menyiapkan makanan yang tadi sudah di beli.

Sudah menjelang magrib, Damar belum pulang juga. Kejadian tadi melintas di pikirannya. Hatinya sangat sedih. Ia memikirkan rumah tangganya. Apa kata orang kalau usia pernikahannya hanya seumur jagung? Ia membayangkan betapa malu dan sedih orang tuanya jika itu memang terjadi. Pikirannya benar-benar buntu. 

Viona duduk di ruang keluarga sambil mengutak-atik ponselnya. Ia menatap foto Damar dan perempuan itu. Memang mereka tampak serasi. Si perempuan tampak terlihat dewasa dan matang, dibandingkan dengan dirinya yang baru berusia dua puluh empat tahun. 

Mungkin memang Damar menyukai perempuan dewasa. Bukan kekanak-kanakan seperti dirinya. 

"Apa aku harus berdandan seperti perempuan itu? Supaya Mas Damar tertarik padaku," gumam Viona.

"Ah, aku nggak mau seperti dia. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Untuk apa seperti dia kalau aku tidak merasa nyaman." Viona pun memotivasi dirinya sendiri.

***

"Kenapa kamu tidur disini, Vio?" gumam Damar.

Damar baru pulang ke rumah sekitar jam delapan malam. Ia melihat Viona tertidur di sofa di ruang keluarga. Damar pun mengamati wajah Viona yang tertidur pulas. Ia ingat ketika mereka berdua sedang berciuman mesra. 

"Sebenarnya kamu cantik, Vio. Tapi entah kenapa aku belum bisa mencintaimu." Damar berkata dalam hati. 

Akhirnya Damar masuk ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Kemudian keluar kamar dan menuju ke kamar Viona untuk menyalakan AC. Damar pun kembali ke ruang keluarga dan menuju ke ruang makan. Ternyata Viona tadi sudah menyiapkan makan malam untuk mereka, Karena sudah ada piring dan dua gelas air putih. 

Damar membuka tudung saji, ternyata makanan yang ada di meja, persis yang ia makan tadi. Segera Damar ke dapur dan melihat kantong plastik dengan merk rumah makan tempat Viona membeli makanan. Jantung Damar berdetak dengan kencang.

"Apa Viona tadi melihatku di sana ya? Kalau sampai ia melihatku, bisa berbahaya," kata Damar dalam hati.

Pikirannya menjadi tidak tenang, ia berandai-andai. Sampai memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"Bagaimana kalau Viona mengadu pada Papa dan Mama? Ah ceroboh sekali kamu Damar." Damar merutuki dirinya sendiri.

Kamar kembali ke ruang keluarga, dimana Viona tadi tertidur. Ia kasihan melihat posisi tidur Viona, karena terlihat tidak nyaman. 

Akhirnya Damar mengangkat tubuh Viona dan membawanya ke kamar tidur Viona. Damar tampak deg-degan ketika merasakan benda kenyal menempel di dadanya. 

"Untung saja kamu enggak berat," gumam Damar.

Damar segera membaringkan Viona di tempat tidur. Ia pun duduk di tepi tempat tidur. Ia memandang benda kenyal yang tadi sempat membuatnya deg-degan. Tampak sesuatu menyembul di belahan dada Viona, karena baju yang ia pakai kancingnya terbuka. Dada Damar berdesir lagi. 

"Lumayan juga ukurannya," kata Damar dalam hati.

Viona memakai pakaian seperti daster, dengan motif yang tidak terlalu ramai, yang panjangnya di bawah lutut. Pakaian yang dipakai Viona tersingkap, memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Damar menelan ludahnya. Bagaimanapun juga ia laki-laki normal.

Damar kaget ketika melihat Viona bergerak.

"Ngapain Mas kesini," kata Viona yang tampak kaget, kemudian beranjak dari tidurnya. Ia melihat pakaiannya masih utuh, belum terbuka. Viona pun bernafas lega.

Damar yang melihat ekspresi Viona menjadi tertawa. 

"Apa kamu pikir aku akan memperkosa kamu? Tenang saja, kamu masih utuh, belum aku apa-apain. Lagipula kamu itu istriku, nggak masalah juga kan kalau aku melakukannya."

Viona tampak melotot, Damar pun terkekeh melihat ekspresi Viona.

"Kenapa Mas kesini?" tanya Viona.

"Kenapa? Kamu ini merepotkan saja. Kalau mengantuk, tidur di kamar. Jangan di sembarangan tempat. Kalau ada orang masuk ke rumah, melihat kamu tidur telentang di sofa, pasti akan punya niat lain. Untung yang masuk tadi aku."

"Terus Mas menggendongku kesini?" tanya Viona.

"Ya iyalah, memangnya kamu bisa jalan waktu tidur? Ternyata kamu lumayan berat ya?" goda Damar.

Viona melotot.

"Ukuranmu lumayan juga," kata Damar.

"Ukuran apa?" tanya Viona heran.

"Tuh, gunung kembarmu, jadi geregetan aku," goda Damar sambil menunjuk ke dada Viona.

Viona langsung memegang dadanya, wajahnya tampak merah ketika menyadari kancing atasnya terbuka.

"Kamu sengaja ya nggak ngancingin bajumu, biar aku melihat, begitu ya?" ledek Damar.

"Enak saja, bukannya Mas yang membuka kancingnya?" kilah Viona.

"Kalau aku yang membuka kancingnya, bukan hanya satu yang aku buka, tapi semua kancing itu aku buka. Biar kelihatan jelas."

Viona masih tampak menutupi dadanya.

"Sudah, nggak usah ditutupi. Kalau ditutupi malah bikin penasaran," kata Damar sambil menyingkirkan tangan Viona. Damar pun bergeser duduknya, mendekati Viona.

"Mau apa Mas?" kata Viona yang merasa risih dipandangi oleh Damar.

"Kamu maunya apa?" bisik Damar di telinga Viona.

Viona deg-degan dan merinding ketika bibir Damar menempel di bibirnya. Perlahan tangan Damar menyentuh lembut dada Viona yang tertutup oleh pakaian. Mereka pun saling memagut, dan tangan Damar masih bergerilya di sekitar dada Viona. Membuat Viona mengerang menandakan kalau ia menikmatinya. 

Ting tong! Terdengar suara bel. Seseorang memencet bel.

Damar tampak kesal, karena mengganggu kesenangan. Ia menghentikan aktivitasnya.

"Biar aku yang buka," kata Damar.

Viona tersenyum mengingat ciuman dan sentuhan Damar. Ia membayangkan kalau malam ini akan menjadi malam pertama mereka. 

Tak lama kemudian Damar masuk lagi ke kamar.

"Tolong buatkan kopi tiga gelas. Ada tamu." Viona mengangguk, ia jadi kesal. Bayangannya akan menikmati malam pertama menjadi musnah. Benar-benar mengganggu kesenangan saja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Ending

    "Eh malah asyik pacaran disini, sampai-sampai lupa sama anaknya sendiri." Mama Laras berkata sambil tersenyum menggoda Damar dan Viona."Mama?" Viona tersipu malu."Apa sih yang kalian bicarakan? Masa depan?" tanya Adel dengan penasaran."Nggak ada apa-apa kok, Mbak. Hanya membuatkan kopi lagi untuk Mas Damar. Soalnya kopi yang aku buat tadi sudah dingin karena Mas Damar ketiduran." Viona menjelaskan. Damar hanya tersenyum."Ayo kita kesana saja, nggak enak ngobrol di dapur," ajak Viona. Mereka pun menuju ke ruang keluarga."Mumpung ada kalian berdua disini. Apakah ada kemungkinan kalian untuk rujuk? Ingat lho, ada Arka yang membutuhkan kalian berdua." Mama Laras mulai berbicara."Sepertinya memang kita yang harus bergerak, Ma. Kalau menunggu mereka berdua, kelamaan. Terus terang kami sangat menginginkan rujuknya kalian berdua. Apalagi ada pengikat di antara kalian yaitu Arka." Tanpa basa basi, Adel langsung bertanya pada Viona. Viona menjadi salah tingkah. "Ini kesempatanku untuk m

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Anak Ayah

    "Arka, Arka," gumam Viona. Damar bingung harus berbuat apa."Arka, Arka." Viona mengigau lagi. Damar memegang dahi Viona, ternyata Viona demam.Damar mencari-cari tas Viona. Biasanya Viona selalu membawa obat-obatan di tasnya. Tas Viona ada di bawah tempat tidur Arka. Dengan perlahan ia membuka tas tersebut. Ternyata benar, di dalam tas Viona ada beberapa obat, seperti Paracetamol juga asam mefenamat.Setelah mengambil Paracetamol dan air mineral, Damar pun mengambil mendekati Viona lagi. "Viona," panggil Damar dengan pelan. Perlahan Viona membuka matanya."Mas, jangan ambil Arka dariku. Aku janji akan merawat dia dengan baik." Tiba-tiba Viona langsung berkata seperti itu sambil menangis. Damar hanya bisa bengong mendengar ucapan Viona.*Aku mohon, Mas." Tangis Viona semakin menjadi-jadi."Vio, tidak ada yang mau mengambil Arka darimu. Aku juga tidak, aku percaya kalau kamu merawat Arka dengan baik." Damar berusaha meyakinkan Viona."Tapi tadi Mas memaksaku menyerahkan Arka." Viona m

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Maafkan Aku

    "Arka kenapa?" Viona mengelus-elus kepala Arka. Arka masih saja menangis."Arka kenapa, Nak? Bilang sama Bunda, apa yang Arka inginkan?" Suara Viona bergetar, menahan sesak di dada. Sebenarnya ia ingin menangis, tapi tetap berusaha untuk tidak menangis. Jangan sampai menangis di depan Arka."Tangan sakit." Suara Arka sangat lemah. Viona melihat ke tangan Arka, tampak agak membengkak. Viona sangat kaget, kemudian ia melihat ke arah botol infus dan mengamatinya. Ternyata infusnya tidak menetes, Viona menjadi semakin ketakutan. Ia segera memencet bel.Tak lama kemudian masuklah seorang perawat."Ada yang bisa dibantu, Bu?" Perawat itu bertanya dengan sopan."Infusnya kok nggak menetes ya?" tanya Viona. Perawat itu segera memeriksa botol infus dan saluran infus yang menempel ke tangan Arka."Apa adik ini banyak bergerak, Bu?""Enggak, tadi habis saya gendong ke kamar mandi karena mau buang air kecil."Perawat itu tersenyum."Lihatlah tangan adik ini, mungkin tadi waktu bergerak jarumnya

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Sakit

    "Arka sangat dekat dengan ayahnya, apa nggak sebaiknya kalian rujuk saja. Kalau misalnya Damar mengajakmu rujuk, apa kamu mau?" Deg! Jantung Viona berdebar-debar. Pipinya merona tersipu malu."Nggak tahu, Mbak. Lagipula nggak mungkin Mas Damar mengajakku rujuk. Dia kan sudah mau menikah?" sahut Viona, ia pun menyibukkan diri dengan kegiatan menggoreng nugget tadi. Malu kalau sampai ketahuan ia merona.Viona memang masih mencintai Damar, walaupun ia tahu kalau Damar tidak mencintainya. Susah untuk menghilangkan rasa itu, tapi untuk berharap kembali bersama, sepertinya jauh panggang dari api."Siapa bilang? Hubungan Damar dan Jihan sudah selesai.""Bukankah mereka sudah tunangan?" tanya Viona untuk meyakinkan berita itu."Iya, tapi nyatanya nggak bisa dilanjutkan lagi.""Kasihan Mas Damar, pasti sangat kecewa berpisah dengan orang yang dicintainya." Ada rasa perih di hati ketika mengucapkan itu."Kamu tahu, mereka putus gara-gara kamu." Ucapan Adel tak khayal membuat Viona tampak sanga

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Turunkan Egomu

    Semua menjadi panik karena tidak menemukan sosok Arka. Mereka tadi asyik membahas tentang ide rujuknya Damar dan Viona. Damar beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan, takutnya Arka keluar. Mama Laras mencari ke dapur, siapa tahu Arkq sedang bermain bersama Lina. Tapi ternyata Lina tidak ada. Mama Laras pun menuju ke ruang keluarga, tempat mereka berkumpul dan bermain bersama Arka tadi."Ketemu nggak?" tanya Damar dengan panik. Tentu saja ia sangat panik melihat Arka menghilang dari pandangan mereka berempat.Semua menggelengkan kepalanya masing-masing. "Papa, bagaimana ini? Aku nggak tahu harus ngomong apa sama Viona." Damar sangat kebingungan. "Tenang, pasti Arka ketemu." Pak Yuda berusaha menenangkan Damar."Lina, kamu melihat Arka?" tanya Damar ketika melihat Lina berjalan menuju ke arah mereka"Arka? Ada kok." Lina menjawab dengan tenang tampak santai."Dimana?" tanya Damar, wajahnya langsung ceria."Saya bawa ke kamar Mas Damar. Arka sedang tidur.""Kok bisa?" Damar masih

  • Pernikahan Yang Tak Sempurna    Nggak Rela

    "Ayah!" Terdengar teriakan bahagia dari seorang anak kecil yang bernama Arka. Tampak Viona berdiri di samping Arka. Arka langsung memeluk ayahnya, kemudian menarik tangan ayahnya untuk masuk ke dalam.Damar tampak ragu, ia pun melirik ke arah Viona. Viona mengangguk kecil, menandakan kalau ia menyetujui tindakan Arka. Damar dan Arka masuk ke dalam, disusul Viona yang selesai menutup pintu. Dari saat mengetuk pintu tadi sampai sekarang, jantung Damar masih berdetak dengan kencang, ia tampak canggung berhadapan dengan Viona. "Maafkan aku, Mas. Seharusnya aku tidak merepotkan Mas pagi-pagi seperti ini," kata Viona dengan pelan ketika mereka bertiga duduk di sofa."Nggak apa-apa. Aku akan selalu melakukan apapun permintaan Arka. Ini aku bawakan sarapan untukmu." Damar menyerahkan bungkusan yang tadi ia bawa. Ia masih berusaha untuk menetralisir suasana hatinya. Entah kenapa, melihat Viona hari ini membuat Damar merasa sangat bahagia. Mungkin karena ia diizinkan mengajak Arka jalan-jalan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status