Home / Romansa / Pernikahan tanpa Bahagia / Latihan Darah dan Api

Share

Latihan Darah dan Api

Author: Diko_13
last update Last Updated: 2025-10-02 12:59:42

Pagi itu, lembah masih diselimuti kabut. Namun, suasana di perkemahan Penjaga Senja sudah berbeda. Tidak ada lagi tatapan meremehkan kepada Aruna; sebaliknya, banyak mata kini mengawasi gerak-geriknya dengan rasa ingin tahu. Semalam, rumor tentang dirinya yang selamat dari perburuan kegelapan menyebar cepat, membuat namanya bergaung di antara pasukan.

Tapi bagi Aruna, semua itu tidak berarti. Apa yang ia lihat di dalam Jantung Senja masih menghantui pikirannya. Bayangan dirinya memimpin perang, lalu bayangan kematiannya di tangan Xu—keduanya terukir jelas, seolah nyata.

Raksa mendekatinya ketika matahari baru saja terbit. “Hari ini, kau mulai latihan. Bukan lagi sekadar bertahan hidup, tapi menjadi seseorang yang mampu memimpin dan mengalahkan.”

Aruna mengangguk. “Aku siap.”

Raksa menatapnya lama, seolah menilai ketulusan ucapannya. “Siap bukan berarti kau akan berhasil. Kau mungkin akan hancur, tubuhmu patah, hatimu terkoyak. Tapi kalau kau bisa bertahan, kau akan lahir kembali.”

---
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Api Pertama dari Bayangan

    Kabut pagi menggantung di atas lembah, tebal dan berat, seolah menutupi sesuatu yang hendak datang. Suara burung tak terdengar, hanya bisikan angin yang menyusup lewat celah pepohonan.Aruna berdiri di tepi tebing, menatap cakrawala yang samar. Matanya masih menyimpan luka, tapi ada keteguhan baru yang lahir dari percakapan malam sebelumnya. Ia menggenggam pedang di tangannya, merasakan dinginnya logam yang seolah bicara: aku ada untukmu, jangan biarkan hatimu runtuh.Jendra mendekat, membawa seikat ranting kering. “Hari ini kabutnya aneh,” katanya lirih. “Seperti… ada sesuatu yang menunggu di baliknya.”Aruna hanya mengangguk. Ia merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang berbeda di udara—ketegangan yang membuat bulu kuduk meremang.---Di dalam markas, Raksa sudah mengumpulkan para prajurit. Suaranya tegas, meski wajahnya tampak lebih kaku dari biasanya.“Pasukan Bayangan mulai bergerak. Pengintai kita melihat jejak api biru di hutan utara. Itu berarti Xu sudah memimpin langsung.”Bi

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Luka yang Membelah Persaudaraan

    Aruna duduk lama di tepi sungai, mata bengkak karena menangis, tubuh gemetar menahan beban keputusan yang ia buat. Malam terasa panjang, seakan waktu sendiri menolak berjalan. Air sungai mengalir tenang, namun hatinya beriak tak henti.Sosok yang ia selamatkan kini berada tak jauh darinya. Menatapnya dengan campuran rasa syukur dan rasa bersalah. Sementara bayangan sosok yang hilang terus menari di kepalanya—tawa yang tak lagi terdengar, tatapan yang tak lagi bisa ia temui.Ketika matahari mulai menyingkap kabut, suasana di lembah berubah dingin. Pasukan Penjaga Senja sudah tahu bahwa Aruna menjalani ujian. Mereka tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi bisik-bisik segera menyebar: bahwa ia dipaksa memilih, bahwa satu orang telah hilang karena pilihannya.Aruna merasakan tatapan mereka—ada yang iba, ada yang meragukan, ada pula yang mengaguminya. Semua tatapan itu hanya menambah beban di pundaknya.---Jendra (atau Lodra, tergantung siapa yang ia pilih) berjalan mendekat, duduk di sa

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Ujian yang Membelah Hati

    Fajar baru saja merayap di lembah ketika Raksa memanggil Aruna keluar dari tenda. Udara dingin menusuk tulang, kabut tipis menutup pandangan, seolah alam sendiri tahu bahwa hari ini bukan hari biasa.“Bangunlah,” suara Raksa berat, nyaris tanpa intonasi. “Hari ini ujianmu dimulai.”Aruna berdiri dengan tubuh masih penuh luka dan lebam dari latihan kemarin. Namun, di matanya ada kilatan tekad yang tidak sama seperti sebelumnya. Ia tahu, setiap langkah yang ia ambil sekarang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk masa depan semua orang yang terikat pada takdir ini.Raksa memimpin Aruna menuju tebing di sisi utara lembah. Dari atas sana, terlihat hutan lebat yang tertutup kabut. Jendra dan Lodra sudah menunggu, keduanya tampak gelisah.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Aruna sambil menatap mereka.Raksa hanya menoleh sekilas. “Ujian hari ini tidak bisa kau selesaikan dengan pedang. Yang akan kau hadapi bukan musuh di luar, tapi musuh di dalam hatimu.”---Mereka berhenti di seb

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Latihan Darah dan Api

    Pagi itu, lembah masih diselimuti kabut. Namun, suasana di perkemahan Penjaga Senja sudah berbeda. Tidak ada lagi tatapan meremehkan kepada Aruna; sebaliknya, banyak mata kini mengawasi gerak-geriknya dengan rasa ingin tahu. Semalam, rumor tentang dirinya yang selamat dari perburuan kegelapan menyebar cepat, membuat namanya bergaung di antara pasukan.Tapi bagi Aruna, semua itu tidak berarti. Apa yang ia lihat di dalam Jantung Senja masih menghantui pikirannya. Bayangan dirinya memimpin perang, lalu bayangan kematiannya di tangan Xu—keduanya terukir jelas, seolah nyata.Raksa mendekatinya ketika matahari baru saja terbit. “Hari ini, kau mulai latihan. Bukan lagi sekadar bertahan hidup, tapi menjadi seseorang yang mampu memimpin dan mengalahkan.”Aruna mengangguk. “Aku siap.”Raksa menatapnya lama, seolah menilai ketulusan ucapannya. “Siap bukan berarti kau akan berhasil. Kau mungkin akan hancur, tubuhmu patah, hatimu terkoyak. Tapi kalau kau bisa bertahan, kau akan lahir kembali.”---

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Rahasia Lembah Senja

    Kabut pagi menyelimuti lembah ketika Aruna membuka matanya. Tubuhnya terasa berat, setiap sendi menjerit protes. Luka di lengannya masih berdenyut, tapi ia bersyukur dirinya masih bisa bernapas. Di sampingnya, Jendra tertidur dengan pedang tergeletak di pangkuan, sementara Lodra duduk bersila, menutup mata, seakan sedang menjaga bahkan dalam keheningan.Aruna bangkit perlahan. Ia keluar dari tenda kecil, udara dingin pagi menusuk kulitnya. Namun yang lebih menusuk adalah tatapan mata-mata Penjaga Senja yang kini memandangnya berbeda. Tidak lagi hanya cemooh atau kebencian, tapi ada pengakuan—meski tipis, meski penuh keraguan.Ia tahu, perburuan tadi malam mengubah segalanya.Raksa sudah menunggunya di dekat api unggun besar. Lelaki itu berdiri dengan tangan bersilang, matanya menatap kabut lembah. “Kau bangun lebih cepat dari yang kuduga,” ucapnya tanpa menoleh.Aruna mendekat, berdiri beberapa langkah di belakangnya. “Aku masih hidup. Itu saja sudah cukup.”Raksa tertawa rendah, sing

  • Pernikahan tanpa Bahagia   Perburuan di Hutan Malam

    Langit malam membentang pekat di atas lembah Penjaga Senja. Bulan sabit menggantung pucat, seperti mata yang diam-diam mengawasi manusia di bawahnya. Angin malam meniup lembah, membawa aroma tanah basah, darah, dan logam.Aruna berdiri di antara puluhan Penjaga Senja yang telah siap dengan senjata masing-masing. Mereka tampak bagai bayangan hitam, wajah dingin dan tak berperasaan, mata menyala oleh semangat berburu. Tak ada canda, tak ada bisikan, hanya keheningan yang menekan dada.Di sampingnya, Jendra menatap dengan raut cemas. “Aruna, kau yakin sanggup melakukannya? Mereka… bukan hanya memburu binatang. Perburuan ini… bisa juga berakhir dengan nyawa manusia yang dipertaruhkan.”Aruna mengeratkan genggaman pada pedangnya. “Aku tidak punya pilihan, Jendra. Jika aku berhenti sekarang, mereka takkan percaya padaku. Dan jika mereka tak percaya, kita semua berakhir di sini.”Lodra yang mendengar itu hanya mengangguk. “Dia benar. Penjaga Senja bukan sekadar prajurit. Mereka menguji kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status