Hari yang cerah awan berkumpul di langit tidak terlalu banyak atau sedikit memperlihatkan warna langit yang biru seperti air laut Indah dan indah. Itu adalah pagi hari yang indah untuk sebagian orang tidak untuk Diana
Pagi-pagi sekali dia sudah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, tapi dia tau itu nomor siapa itu adalah nomor Nathan dia malas menyimpannya, dia kira Nathan tidak ada meneleponnya lagi hari ini karena mereka sudah ada janji bertemu kamarin tapi ternyata tidak Nathan masih meneleponnya
Diana menjawab telepon sambil mengantuk mengusap matanya menguap berkata dengan malas
"iya?"
Nathan mendengar suara malas Diana berkata dengan biasa saja
"Kamu ingat kan hari ini kita ada bertemu?"
Diana menghela napas panjang menjawab
"Iya aku tau, kamu kira aku lupa?"
"Oh bagus jika kamu tidak lupa, yasudah aku tutup telponnya"
Nathan menutup telponnya dengan satu ketukan di layarnya.
Diana masih mengantuk dia malas dan kesal
Apa apaan?
Tidak jelas, nelpon pagi-pagi hanya untuk mengingatkan aku tentang itu, kamu kira aku sudah tua apa pelupa
Sudahlah lebih baik aku tidur lagi
Diana menaruh ponselnya di atas meja, kembali tidur di kasurnya yang empuk dengan malas
Diana tidur selama 3 jam dia bangun jam 9 pagi
Diana bangun dari kasurnya, berjalan menuju kamar mandi mencuci wajahnya dan langsung mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar, memakai bajunya langsung keluar dari kamar
Dia melihat ayah dan ibunya yang sedang sibuk berbicara di ruang tamu, Diana tidak mau menganggu mereka jadi Diana hanya melewati mereka, berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan
Di atas meja ada berbagai makanan, ada ayam panggang, soto, nasi dan sayur Diana mengusap perutnya lapar, langsung duduk mengambil piring dan makan dengan santai
Sudah merasa kenyang Diana berpikir untuk keluar dari dapur menuju kamarnya untuk mengambil hp dan tasnya untuk berjalan-jalan di luar
Sebelum Diana sampai di kamarnya, ayah dan ibunya yang sedang asik mengobrol tadi memanggil Diana
"Nak sini ada yang ayah dan ibu ingin bicarakan" yang berbicara adalah ayahnya Diana
Mendengar panggilan itu Diana menurut, berbalik berjalan meuju ruang tamu
"Iya ayah dan ibu ada apa? Dan ayah tidak pergi ke kantor?"
"Tentang perjodohan kamu apakah laki-laki itu baik untukmu nak, waktu itu maaf ayah menyuruh kamu minta maaf dengan dia waktu di telepon, karena kamu sudah salah paham, dan ayah sedang libur dari kantor hari ini"
Mendengar kata maaf ayahnya hati Diana lembut, melirik ibunya yang berada di sebelah kiri ayahnya hanya diam tidak mengatakan apa-apa Diana sudah terbiasa dengan sikap dingin ibunya Diana biasa saja, jadi Diana hanya menjawab dengan nada lembut ke ayahnya sambil tersenyum
"Dia baik ayah, aku sudah katakan kemarin aku menerima perjodohan ini"
"Dan kapn kalian akan menikah? Atau apa kalian akan bertunangan dulu?"
Diana terkejut mendengar pertanyaan ayahnya, jika dia menikah dengan Nathan apakah itu tidak terlalu cepat, tapi untuk itu jika perusahaan ayahnya bisa terbantu, lebih cepat lebih baik
Tapi...
Bukannya Nathan menerima perjodohan
Apakah aku harus menanyakannya tentang ini?
Tapi dia susah di ajak untuk bicara
Melihat Diana melamun ayah Diana khawatir anaknya terlalu banyak pikiran karena kata-katanya tadi, jadi dia menepuk lembut bahu Diana, berkata dengan lembut
"Sudah jangan kamu terlalu pikirkan yang ayah tanya tadi nak, kamu jalani saja dulu yah"
"Iya ayah"
Diana mengangguk setuju, ayahnya baik sekali dengan dia, Diana merasa hangat di hatinya, dia melirik ibunya, tetapi tatapan ibunya tetap dingin seperti tidak pernah melihat Diana di matanya, Diana tidak peduli berkata lembut dengan ayahnya
"Ayah apakah aku boleh keluar rumah? Aku ingin berjalan-jalan mencari angin boleh?"
"Iya boleh saja nak, ingat ya jangan terlalu lama jangan pulang larut malam"
"Iya ayah aku pergi dulu"
Diana ingin pergi melewati ayahnya, tapi tangannya di pegang oleh ayahnya, Diana bingung berbalik dan bertanya
"Ayah ada apa? Ada masalah?"
"Oh itu tidak ada, ayah hanya ingin mengusap kepala kamu"
Ayah Diana mengusap kepala Diana lembut dan halus, membuat Diana menunjukan senyum malu-malu, dia mundur menjauhi tangan ayahnya dari rambutnya
Diana berkata dengan malu
"Ayah Diana sudah besar jangan di perlakukan seperti anak kecil"
"Iya ayah tau anak ayah sudah besar, sudah punya calon suami lagi"
Ledek ayah Diana
"Ayah...hmmp"
"Lihat kamu seperti anak kecil merajuk seperti itu"
"Ayahh, aku sudah besar oke"
"Iya iya kamu sudah besar yasudah sana pergi saja keluar ya jalan-jalan"
Diana mengangguk, dia masuk ke kamarnya terlebih dahulu mengambil tas dan hpnya, setelah itu dia langsung pergi ke luar rumah dengan cepat, dia tidak mau di goda ayahnya lagi
Berjalan di luar rumah membuat Diana segar kembali, dia menghirup udara pagi dengan santai, melihat orang kanan dan kiri sedang berjalan ada yang membawa anaknya, pasangannya, bahkan orang tuanya untuk berjalan
Diana berpikir apa yang akan terjadi jika dia menikah dengan Nathan, apakah dia akan hidup bahagi atau sengsara, tapi mau bagaimana jadinya dia harus kuat dan bertahan
Diana asik berjalan sambil memikirkan banyak hal di pikirannya, sampai dia sadar dan melihat ada toko es krim di sebelahnya, Diana langsung melebarkan matanya, dia sangat suka es krim dia langsung berjalan dengan cepat ke toko es krim, dia melilih es krim rasa stroberi itu adalah es krim kesukaannya, Diana bahagia tidak peduli lagi dengan pikirannya yang terlalu banyak
Diana menemukan kursi di dekat sebuah pohon besar di dekat sungai, sungainya sangat bersih tidak ada ranting pohon yang ada di airnya atau sampah, banyak orang memancing di pinggir sungai, Diana penasaran jadi dia duduk di kursi itu sambil mengamati orang-orang yang sibuk memancing sambil memakan es krimnya
Diana mengamati mereka dengan tersenyum dia melihat ada bapak-bapak dan dua anaknya sedang memancing, dengan bahagia mereka mendapatkan banyak ikan dari yang besar sampai yang kecil, Diana bahagia sekaligus iri melihatnya, dia sewaktu kecil selalu menginginkan hal seperti ini, dia selalu berharap dia, ayah dan ibunya berlibur memancing ataupun berjalan-jalan di taman sewaktu dia kecil, tapi hal seperti itu tidak pernah terjadi ayahnya walapun lembut dengan dia selalu sibuk bekerja, ibunya yang selalu dingin dengannya selalu mengabaikan dia, ibunya pernah berbicara kepadanya itu hanya beberapa kata
Diana menghela napas berat
Tidak apa yang penting aku memiliki ayah dan ibu itu sudah cukup
Diana masih duduk di kursi dengan santai es krim di tangannya sudah habis dari tadi, Diana bosan hanya melihat orang memancing jadi dia membuka tasnya mengambil ponselnya untuk melihat jam tertera jam 10:30, melihat pertemuan dia dan Nathan masih cukup lama Diana mengembalikan ponselnya ke tasnya, berjalan dengan santai di pinggir sungai
Diana melihat wajahnya di pantulkan oleh air sungai, dia terlalu bosan jadi dia duduk di pinggir sungai memainkan air sungai, dengan tangannya
Tiba-tiba terdengar suara seseorang sedang tercebur di pinggir sungai Diana kanget dia langsung berdiri, dan melihat di sebelah kanannya ada seorang anak kecil yang tercebur
Diana melihat sekelilingnya tidak ada orang yang menolong anak itu, Diana tidak peduli lagi dia manuruh tas dan sepatunya di pinggir sungai langsung menceburkan dirinya ke sungai untuk menyelamatkan anak tadi.
Diana berenang menuju tempat anak yang tercebur tadi tapi dia tidak melihatnya, Diana takut terjadi apa-apa dengannya jadi Diana langsung menyelam ke bawah air untuk menemukan anak tadi
Diana menyelam di tengah air sungai dia tidak menemukan anak tadi jadi dia langsung menyelam ke dalam, dan minat anak tadi tenggelam Diana langsung menuju anak tersebut, memeluknya membawanya ke daratan, dengan terengah-engah
Anak itu berumur sekitar 6 tahun masih lumayan mungil, anak itu adalah anak laki-laki
Diana merebahkan dengan lembut anak tadi di atas kursi taman, agar pakainnya tidak kotor
Diana langsung berteriak
"Apakah ada yang bisa menghubungi dokter? Jika ada yang bisa Tolong!!"
Di sekitar Diana sudah banyak kerumunan orang, tidak ada yang mendengarkan teriakan Diana yang sedang panik
Tapi ada satu orang yang melewati kerumunan berjalan menuju belakang Diana, berkata dengan lembut
"Saya bisa membantu tapi ada syaratnya"
Hah?
Diana panik dia menjawab dengan asal
"Iya apa syaratnya akan saya penuhi yang penting kamu bisa menyelamatkan anak ini"
"Baik"
Diana merasa seperti pernah mendengar suara ini, tapi dia masih mengabaikannya dia rasa dia bukan orangnya mungkin suara ini banyak di miliki orang lain
"Syaratnya adalah... Kamu menikah dengan saya 2 hari lagi setuju?"
Diana tidak sadar menjawab
"Iya saya setuju"
"Oke baik kita persiapkan besok bagaimana jadinya, Novita bawa anak itu ke mobil saya"
"Baik bos"
Novita mengangkat anak kecil tadi di bantu oleh supir
Diana terkejut berbalik melihat tampil Nathan yang dingin dengan setelan jas lengkap
Diana tergagap melihat Nathan
"Na...th...an...?"
Nathan hanya mengangkat alisnya
"Jadi tadi kamu?"
"Iya dan oh iya tadi kamu sudah menjetujui kita menikah dua hari lagi persiapkan dirimu"
"Hah? Pernikahan? Apa? Aku ada berkata ya tadi?"
Nathan malas berdebat di tempat umum dengan Diana jadi dia berkata dengan acuh tak acuh
"Besok berikan alamat rumahmu saya akan membicarakan pernikahan kita"
Nathan tidak peduli dengan ekspresi Diana dia langsung berbalik pergi menuju mobilnya, tapi dia masih mengucapkan beberapa kata
"Dan oh iya anak ini akan saya bawa ke rumah sakit dan kamu harus membalas niat baik ku besok"
Nathan langsung pergi dengan mobilnya
Diana hanya diam terpaku di sana tidak tau ingin berkata apa
Bersambung....
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s