Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan yang Tak diinginkan / 5. Menerima terpaksa pernikahan

Share

5. Menerima terpaksa pernikahan

Penulis: Penrasi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 13:28:07

"Kak, uang semester Rumi bagaimana? Guru sudah menanyakannya."

Aulia mematung di depan pintu, baru masuk ke ruangan di mana ibunya dirawat sudah menanyakan spp sekolahnya. Ia mendesah pelan lalu tersenyum kecil.

"Kapan pembayaran terakhirnya?"

"Lusa kak," jawab Arumi bahagia mengira kalau kakaknya akan membayar .

"Oh begitu. Nanti biarkan kakak yang datang membayarnya, kamu fokus sekolah saja."

Arumi mengangguk paham memeluk Aulia, gadis itu sangat bersyukur memiliki Kakak sepertinya.

"Terima kasih banyak sudah menjadi kakak terbaik untukku. Arumi berjanji akan menjadi orang suksess kelak."

Aulia mengangguk saja mengiyakan. Tersenyum kembali kecil mengusap kepala Arumi, hatinya tersentuh mendengar kalimat itu.

"Kamu harus sukses dek, kalau kita tidak punya apa-apa akan dipandang rendah!" pesan Aulia meluapkan kekesalannya tentang perjanjian itu.

Aulia terdiam menatap dua sosok yang membuatnya kuat sampai saat ini senyum kecil itu menghiasi garis bibirnya meski hanya sekejap. Garis bibirnya kembali datar mengingat tawaran Alex, ia harus merelakan dirinya terlibat pernikahan yang tak ingin dijalankan sama sekali. Keputusannya untuk tidak ingin menikah pun harus direlakan. Namun naas harus terjebak dengan laki-laki tak memiliki perasaan yang hanya menginginkan anak darinya

Air matanya menetes mengapa harus dirinya sedangkan di luar sana masih banyak perempuan yang suka rela melakukan itu. Andai saja keadaan yang tak mendesaknya maka tidak akan melakukan ini. Pernikahan yang sangat miris tanpa adanya cinta, hanya menjadi wadah penitipan anak dari rahimnya, bahkan harus rela keperawanannya di renggut oleh laki-laki yang tidak baik. Apakah boleh menyalahkan takdir yang begitu buruk, perempuan yang memiliki trauma masa kecil tentang broken home sekarang harus terjebak dengan pernikahan yang tak diinginkan sama sekali dalam hidupnya.

***

Aulia terus saja menatap ke dalam kelas Alex, ia sudah menunggu di depan kelas berpura-pura mengecas ponselnya untuk mengelabui temannya itu. Meskipun masih ragu dengan keputusannya tapi apapun akan dilakukan demi keluarganya.

Ia menghembuskan napas panjang, menatap alex berjalan keluar kelas. Ia meras jemarinya kali ini.

"Kita perlu bicara!"

Alex mengangguk mengayunkan kakinya kembali ke dalam kelas. Ia bersedekap menatap Aulia terus saja terdiam.

"Bukankah kamu ingin bicara tapi kenapa masih saja diam," ucapnya tak sabar mendengar keputusan Aulia.

Aulia membasahi bibir atasnya berulang kali karena kering dan juga keluh menyatakan setuju.

"Aku rasa kamu akan menolakku kembali." Alex berdiri dari duduknya meraih ranselnya.

"Aku setuju!" ucapnya cepat, reflek saja Aulia mengucapkan kalimat itu.

Garis bibir Alex melengkung sempurna tak menyangka perempuan itu akan berubah pikiran secepat itu.

"Oke, besok kita akan mengurus semuanya. Karena ibumu masih sakit maka resepsinya akan dilakukan setelah sembuh. Asistenku akan mengurus semuanya."

"Tidak bisa. Ini terlalu cepat bagaimana caranya memberitahu ibu," tolak Aulia lagi.

"Gampang saja bilang padanya kalau kiya akan menikah besok," tutur Allex santai seraya kotak cincin emas dalam tasnya.

Ia melemparkan kotak emas itu ke arah Aulia. "Anggap saja ini aku sedang melamarmu."

Aulia semakin dibuat kesal dengan keputusan Alex yang selalu dadakan dan semena-mena begini. Mengapa laki-laki itu selalu tergesa-gesa dalam pernikahan sebenarnya apa yang disembunyikan.

"Malam ini ART ku akan mengirimkan baju pengantin untukmu."

Aulia menatap kepergian Alex begitu saja setelah mengatakan hal itu, ia meringis dalam hati bagaimana menjelaskan ke Bunda dan temannya. Lalu alasan apa yang akan diucapkan saat mereka bertanya mengapa menerima lamaran laki-laki itu.

***

Di ruangan besar dan megah itu, Alex hanya diam saja mendengar keluhan keluarganya tentang keputusannya yang mendadak begini.

"Alex! Mamah tidak mengerti lagi dengan jalan pikiranmu. Bahkan kita belum memiliki persiapan sama sekali bagaimana dengan undangannya, bagaimana dengan resepsinya bahkan kami belum mengenal sama sekali calonmu!"

"Kalian bisa mengundangnya setelah resepsi mah."

"Heh, yang benar saja, ia ingin menikah besok bahkan kita belum melamarnya," tutur Laila meremehkan ikut memprovokasi keluarganya.

Alex tersenyum bangga. "Aku sudah melamarnya tadi."

Tatapan tajam dari samg mamah menyuruhnya diam sejak tadi terus menjawab. Anaknya itu kali ini benar nekat.

"Lalu bagaimana dengan gadis itu?" Andika selaku Ayahnya membuka suara setelah lama terdiam.

"Dia setuju yah, aku akan menyuruh bi Aira mengirimkan gaun pengantin malam ini ke rumah sakit."

Laila menepukkan tangan heboh, ke rumah sakit. Ada kejutan apa lagi dengan calon adik iparnya itu. Adiknya benar gila kali ini.

"Kenapa tidak langsung ke rumah saja Alex?"

"Gak bisa yah, mamahnya lagi sakit kanker dan juga sedang menjalani prosedur kemo. Jadi aku memutuskan saja untuk menjalani pernikahan kami seadanya saja di rumah sakit."

Laila menggelengkan kepalanya lagi, pertunjukan malam ini cukup membuatnya terhibur. Anak yang selalu menjadi kebanggan orang tuanya itu sudah membuktikan, mereka salah memberikan ekspektasi yang tinggi. Ia memutuskan meninggalkan ruangan itu tak berminat lagi tanpa dirinya ikut memprovokasi kedua orang tuanya sudah kecewa. Ia tersenyum penuh kemenangan.

****

Aulia menatap kosong ke arah penghulu dan keluarga Alex, tatapan tak suka dilayangkan untuknya, ia tahu hari-hari berikutnya tidak berjalan mulus lagi.

"SAH!" teriakan itu menggema di suluruh ruangan. Menyadarkannya dari lamunan.

Statusnya sekarang sudah berubah. Ia menyalami Alex, setelah itu saling menukar cincin. Aulia akan menyalami tangan Bundanya namun marwah membuang wajahnya. Hati Aulia terasa teriris dengan hal itu. Ia sudah mengecewakan Bundanya.

"Kakak gak akan ninggalin aku 'kan?" ucap Rumi menahan tangisan.

"Kak janji gak akan ninggalin kalian dan bunda. Aku akan sering ke sini menjaga kalian berdua."

Aulia menenangkan adiknya dengan memeluknya. Ia tak rela meninggalkan mereka berdua.

"Masih lama gak sih! Kaki aku tuh pegal berdiri mana bau obat-obatan lagi," dengus Lalia asal menunjukkan tidak suka dengan latar belakang keluarga adik iparnya.

"Pulang aja sana! Lagian kami tidak membutuhkanmu di sini!" serkas Alex membalas ucapannya.

Aulia menghembuskan napas panjang, baru saja menikah sudah mendengar pertikaian dari keluarga suaminya.

"Laila mamah ikut!"

"Mah, tunggu mereka dulu. Ini hari penting Alex."

Alex hanya diam saja menunggu tanggapan Aurel sejak awal ibunya tidak merestui hubungan mereka setelah mengetahui wanita dipilihnya berasal dari keluarga sederhana sangat beda dengan Kakak iparnya merupakan dosen.

"Mah, aku pamit dulu, aku akan balik lagi malam nanti."

Aulia akan menyalim tangan bundanya tapi secepat kilat Marwah menariknya cukup jauh lalu membelakanginya, Aulia mematung lalu mendesah pelan. Air matanya menetes hatinya hancur. Ia sudah mengecewakan orang yang paling disayangi.

"Maafkan Aulia Bun, tapi aku tidak punya pilihan lain, aku ikhlas dengan jalan hidupku ini asalkan bunda dan Rumi tidak lagi menderita masalah keuangan. Lagi pula aku hanya perlu memberikan Alex anak." tutur batin Aulia.

****

Aulia menatap rumah Alex yang besar, netranya menemukan beberapa ART sedang menyambutnya melemparkan senyum. Ia lalu membalas senyuman itu. Ia terus mengikuti langkah laki-laki dari belakang punggungnya sampai di dalam kamar berwarna coklat abu-abu tersebut.

"Mandi sana lalu istirahat. Malam nanti kamu masih akan ke rumah sakit kan."

Aulia mengangguk saja, melangkahkan kakinya ke tempat itu.

"Tunggu kamu masuk tanpa membawa alat ganti sama sekali! Jangan harap aku mau membawakan untukmu."

Aulia kembali memutar tumitnya seraya berkata. "Di mana baju gantiku."

Alex memutar bola matanya malas, "Mana ku tau. Kamu tidak membawa baju ganti dari rumah sakit. Jangan berharap aku menyediakan untukmu."

Aulia melototkan matanya, lupa membawa baju cadangan. Ia menggerutu kembali lupa kalau saja hidupnya tidaklah indah seperti buku fiksi yang selalu ia baca, bahkan sangat malang harus terjebak dengan orang-orang menyebalkan dan antagonis dalam keluarga ini.

"Mau ke mana?" Alex menaikkan alisnya bingung perempuan itu keluar kamar.

"Ambi baju!" jawab Aulia santai.

Alex lalu menyusulnya dan menariknya kembali ke dalam kamar.

"Bodoh! Aku hanya bercanda tadi. Bajumu ada di lemari itu. Kalau kamu ketemu mamah atau Laila apa kamu bisa menghadapinya. Selama kamu di sini jangan pernah mencari masalah dengan mereka!"

Aulia hanya mengangguk saja tanpa banyak protes lagi. "Sana pergi mandi!"

Alex terus memainkan ponselnya menunggunya Aulia keluar. Ada hal penting yang harus dibicarakan ia harus mengantisipasi agar tidak bocor ke keluarganya dengan kesepakatan mereka akan pisah setelah menikah dan juga harus memberikannya anak laki-laki agar bisa mengambil alih ahli waris.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Penyebab Trauma

    Dua belas tahun lalu seorang gadis kecil menangis dipojok kamar menyaksikan berdebatan antara ke dua orang tuanya, di mana sang ibu sedang hamil dan sbentar lagi akan melahirkan. Ia ketakutakn meringkuk memegang lututnya ketakutan memyaksikan pertengkaran yang sedang terjadi di depan matanya. Umurnya yang menginjak 7 tahun itu harus meliat bagaimana ibunya di pukul dan ditampar hingga dibentak oleh Ayahnya. “Dasar kau istri tidak berguna! Harusnya saat aku pulang kerja kau menyambutku dengan baik, tapi apa kau malah bertanya tentang perempuan yang jalan denganku. Bahkan memasak pun kau tak kerjakan!”“Harusnya kau sadar! Kau sudah tidak menjalankan tugasmu sebagai sorang suami, bahkan memberikan uang untuk membeli beras saja kau tak berikan! Beberapa temanku yang suaminya kerja denganmu sudah belanja bulanan. Sedangkn kau sendiri tidak memberikan sepersen pun padaku! Selain itu aku hanya bertanya baik-baik tentang wanita itu, mas. Tapi reaksimu berlebihan.”Plak! Satu tampara

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   menolak

    Alex menatap kdua perempuan itu bergantian sejak kapan merka bisa akrab seperti itu, aulia pun tak pernah cerita tentang Maudy. Ia tidak menyangka semua usahanya untuk membuat keduanya tidak saling mengenal dan tidak berkomunikasi gagal mereka bahkan sangat terlihat akrab dan terlihat dekat. Bahkan maudy terlihat pemilih dalam berteman dengan mudahnya akrab seakan mereka sudah saling mengenal lama.“Kalian sudah lama mengenal?” tanya alex pelan agar tidak menimbulka kecurigaan.0Maudy merangkul pundak Aulia senang. “Gak lama amat sih baru seminggu aja, itupun ketemunya waktu yang kurang berkesan ‘kan Aulia.”Aulia memaksakan senyumnya mendegar itu, memang benar. Ia menarik dirinya menjauh dari maudy risih diperhatikan seintens itu.“Wish asik ni, kalau begini, bisa tuh gabung dengan kami juga dong, kesempatan aku buat dekat dengan Aulia jalannya makin mulus aja,” seru Ahmad. Merasa memiliki kesempatan berdekatan dengan aulia.Tatapan melotot dilayangkan oleh Alex tak setuju tak i

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    “Aulia,” panggil Maudy berulang kali karena perempuan itu diam melamun setelah menanyakan sudah lama atau kerja di sana.“Hah? Ya, ada apa kak?” “Aku bertanya loh kok malah begong sih, lagi mikirin apa?”“Ah, itu kakak motor aku sore ini bisa langsung diambil gak sih, soalnya penting bangat.” Kilahnya mencoba mengalihkan topik tak ingin terlalu jauh membahas tentang kejadian beberapa hari lalu saat mereka bertemu diapartemen tanpa sengaja dan harus berbohong.“Oh itu, aku akan mengabarinya kalau sudah dikampus. Palingan juga gak lama kalau hanya bannya bocor.”“Aku boleh minta nomornya kak? Kalau ke kesana sore ini gak akan susah lagi." Pinta aulia berusaha agar tidak terus menyusahkan Maudy ada rasa tak enak dalam dirinya terus merpotkan perempuan itu, selain itu dirinya juga tidak terbiasa menjadi pribadi yang indepent semuanya dilakukan sendiri.“Gak usah nanti aku yang hubungi dan kita ke sana barengan.” Aulia menggelengkan kepalannya menolak bantuan itu. “Aku aja yang ke san

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Andai saja semuanya tidak seperti ini

    Menghela napas panjang menatap kepergian Aurel kembali menertralkan detak jantungnya yang kembas kempis berdetak cepat karena menahan emosi tak ada maskud untuk menyinggung ibunya tapi apa yang dilakukannya sudah keterlaluan. Netranya memerhatikan Aulia sibuk membersihkan tumpahan teh itu, ia meraih tangannya menatap luka yang kena air panas tersebut.“Harusnya kamu obati dulu lakamu, kalau terus dibiarkan akan semkin parah.”Aulia menarik tangannya menjauh lalu melanjutkan membersihkan meja tersebut. Alex tak tahan karena Aulia mengabaikan luka tersebut menyetaknya menuju kamar menyururhnya untuk duduk. “Kalau ada luka seperti ini harusnya langsung kamu obati jangan dibiarkan begitu saja, gak baik.”Aulia diam menunduk saja tidak memberikan respon apapun. Sejak kepergian mertuanya itu terus saja bungkam membuat Alex mengeryitkan kening saat pulang pantai dia baik-baik saja.“Ada apa sejak tadi kok kamu diam saja sih?” tanya alex merasa ada yang aneh dengan perempuan itu.Tida

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   senyuman manis Aulia

    Aulia menyipratkan air alut ke arah Alex dengan tawa bahagia seakan masalah antara meraka sudah tiada lagi dengan segaja, senyum dibibirnya pun ikut tersinggung. Beberapa kali Alex terpesona dengan senyumnya yang manis, bahkan dibuat terpana dengan lesung pipi yang dimilikinya. “Kak Alex kok melamun aja sih” tegur Amlia mendorong laki-laki itu mendekat ke arah aulia.Alex terus memerhatikan Aulia menatap penuh kagum dan sorot mata lembut ke arahnya, ia terus dibuat terpoesona senyuman masnis peremuan itu, senyuman yang jarang sekali diliat menyadari ternyata perempuan itu selain memiliki gigi yang rapi juga memiliki lesung pipi di bawah bibirnya dengan bentuk titik. Bibrinya pun ikut terangkat menyaksikan senyum manis itu berharap akan selalu terbit. Perempuan itu sangat bahagia saat bermain dipantai karena seja kecil orang tuanya selalu membawanya ke pantai. Alex berharap bisa terus melihat senyuman indah itu.“Cantik,” puji Alex lalu menyiramnya dengan air laut. Perempuan itu m

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    Aku merindukan masa kecilku tertawa tanpa beban, semakin deawasa dunia menujukkan kekejamannya, saat aku mencoba untuk mencari makna atas apa yang terjadi semakin hatiku dibuat risau semua begitu abu-abu tak mengerti sama sekali”Arumi*****mingu pagi Arumi, marwah, dan alex memutuskan untuk berlibur jalan-jalan ke salah satu tempat wisata di Makassar yaitu pantai akkarena mereka memutuskan untuk pergi lebih awal karena jarak antara apartemen mereka cukup jauh memakan cukup lama, walupun pantai akkarena sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya tapi ingin menikmati keindahan pantai berpasir hitam tersebut sejak kecil Arumi dan Aulia sangat menyukai pantai dan juga langit mereka akan menghbisakan waktu seharian bermain di diata spasir seraya menikmati pemandan dan jajanan di sana.“is, kok mereka lama bangat sih,” gumam arumi menggerutu berdiri di depan mobil Alex cukup lama. “Andaikan saja aku tau kalau akan menunggu lama begini lebih baik aku minta kunci mobil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status