Home / Romansa / Persimpangan Pilihan / 5. Long Americano Regular

Share

5. Long Americano Regular

Author: Ayas Larasati
last update Last Updated: 2021-10-09 09:10:51

Long americano regular membuat Raline dan lelaki itu makin menjadi akrab. Tadinya, lelaki itu terburu-buru karena ia sedang mengejar bus yang berhenti di seberang jalan, bus itu akan melintas ke daerah kosannya. 

"Terus kenapa kamu langsung mengganti minumanku kalau kamu sedang mengejar bus ?" 

"Reflek aja, habisnya lihat muka kamu kasihan kayak pingin marah tapi kamu tahan" jawab seseorang itu setelah meneguk es kopi yang ia pesan lagi 

"Bagaimana tidak, itu minuman yang baru saja aku beli, belum begitu banyak aku meminumnya sudah tumpah aja" 

"Tapi kalau bukan karena aku terburu-buru mungkin kita nggak jadi akrab dadakan kayak gini" lelaki itu tertawa kecil. 

Raline juga melakukan itu memberikan senyuman kecil tapi menawan dan mereka langsung berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. 

Namanya Ifan, Ifan Fernanda. Mahasiswa juga, tapi bukan di Harimukti ia kuliah di Hasanudin jurusan pertanian. Entah kenapa Raline lebih suka dengan dandanan anak kuliah yang seperti ini. Simple, satu warna dan terkesan seperti anak ibu kota banget. 

Jangan ditanya, Robby juga terkadang seperti ini, namun semua terhalang oleh sikap dan kelakuannya yang membuat Raline jarang memandang Robby seperti Ifan. 

Bahasan mereka di sore itu sudah cukup jauh, mereka membahas sampai menuju pertanyaan "hatinya sudah ada yang punya belum?" 

Senyuman kecut Raline seakan membuat Ifan kebingungan. Bukan bermaksud apa-apa hanya ingin sekedar tahu supaya kedepannya Ifan bisa bersikap sewajarnya. 

"Memangnya, kalau aku sudah punya pacar kamu nggak mau ketemu aku lagi? Raline bertanya 

"Ketemu lagi atau tidak juga tergantung takdir tuhan. Aku hanya ingin memastikan, cuma kalau nggak mau jawab nggak papa." 

Karena pada dasarnya Raline anak yang jujur, walaupun di keadaan mendesak pun Raline akan tetap jujur. Ia menganggukan kepalanya perlahan seraya menandakan iya kalau dia sudah punya pacar. 

Pun dengan Ifan yang melakukan hal yang sama; mengangguk. Mengangguk mengerti dan berjaga jarak atau punya cara lain untuk menyikapinya. 

✨✨✨

"Terima kasih sudah diantarkan pulang. Kamu masih ingat jalan pulangnya, kan?" Ifan turun dari motor Raline dan memberikan helm kepada Raline. 

"Masih, lah, aku sedikit hafal dengan jalan daerah sini." 

Drrt.. drrt… 

Ponsel Raline berdering ada panggilan masuk dari Robby. 

"Pacar kamu sudah nyariin, pulanglah"

"Iyaa.. aku pulang dulu,ya" Raline bergegas memakai helm dan mengabaikan panggilan dari Robby. Dalam hatinya ia rela berdebat lagi asalkan tidak ingin melewatkan pemandangan indah di malam hari ini. 

Tubuh tinggi, pakaian yang kekinian, sepatu yang keren. Raline menyukai dandan ini. 

"Jangan ngeliatin terus nanti jadi suka" ucap Ifan sambil memasukan tangan kirinya ke saku celana. 

"Hehehe" 

"Line.. semoga takdir mempertemukan kita lagi,ya" 

"Boleh ku aminin?" 

"Terserah" 

"Aamiin.. makasih buat pertemuan acaknya. Senang kenal denganmu" Raline tersenyum dan segera meninggalkan kostan Ifan. 

Ifan hanya nyengir membayangkan pertemuan acaknya dengan Raline hari ini. Entah rencana tuhan bagian mana yang memulai semuanya ini. 

Buat Ifan, Raline adalah perempuan yang ceria namun suka berpetualang, termasuk dalam kisah cintanya. 

✨✨✨

Raline tiba di rumahnya dan dengan segera ia duduk di atas kasur lalu membuka ponselnya. Ponselnya terus berdering dari Robby.

Sebelum Raline mendengar ocehan dari Robby, ia sedang berusaha mengatur nafas, mencari alasan dan mulai minum air putih lalu mengangkat telepon dari Robby. 

"Dari mana?" Pertanyaan yang langsung pada intinya tanpa basa basi atau perkataan lainnya. 

"Nongkrong sama Geisha" Raline menjawab lalu di ikut tepukan jidat, ia belum bersengkongkol dengan Geisha. 

"Seharian kemana aja ?"

"Pulang kuliah langsung nongkrong di cafe sampai ini baru pulang. Aku tadi beli long ice americano, seger banget. Kamu pernah nyoba itu?" Raline mencoba mencairkan suasana

"Belum pernah, tapi kedengarannya enak" 

"Bangeett… besok beli sama aku, ya" 

"Sekalian lusa saja, kayaknya sudah lama kita nggak malam mingguan" 

"Ahh benar, kapan terakhir kita malam mingguan? Kayaknya udah lama banget" 

"Kamu, sih, sibuk mulu" 

"Kamu, sih, yang bikin aku sibuk" 

"Kalau kamu nurut aku nggak bakal capek-capek omeli kamu" 

"Hahaha, bisa capek juga kamu. Salah sendiri siapa yang bertingkah kayak gitu" 

"Line, aku sayang kamu" 

"By, aku sayang pake banget sama kamu. Jangan kayak gitu terus, ya?" 

"Tapi, Line" 

"Ayolah… kalau kamu membawa hubungan ini dengan santai dan mengalir begitu saja, semua pasti bakal baik-baik saja" 

"Tapi kamu janji nggak ngulangin lagi, kan? 

"Janji.. aku janji" 

Janji yang hanya diucapkan di mulut memang membuat semuanya begitu tenang seakan semua bisa dipertanggung jawabkan. Namun, pertanggungjawaban yang sesungguh dari sebuah janji adalah pembuktian. 

Robby hanya membutuhkan pembuktian dari Raline bukan sekadar ucapan manis di mulutnya. Karena sekali hati disakiti selamanya ia mudah untuk kembali percaya. 

Panggilan itu pun berakhir, Robby mempersilahkan Raline untuk membersihkan tubuhnya lalu memeriksa tugas kuliah. 

Sedangkan Robby juga mau lanjut mengoreksi kerjaannya dan segera bergegas untuk istirahat. Buat Raline itu sungguh menenangkan, Robby tidak terlalu rese hari ini. 

Bagi Raline, kesan pertamanya setelah bertemu dengan Ifan ia mendapatkan nilai yang begitu sempurna. Sesempurna itu Ifan dimata Raline dengan segala tampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. 

Saat memejamkan matanya, Raline nggak bisa menghapus bayang-bayang Ifan. Senyumnya, tawa kecutnya, gayanya dia di depan kost semua masih terbayang sempurna dipikiran Raline. 

Raline juga nggak berhenti senyum-senyum sendiri di balik selimutnya ia juga berkata selamat malam untuk Ifan. 

Ifan Fernanda, anak pertanian sudah membuat Raline merona pipinya. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 67. Ending

    Keputusan Raline sudah begitu bulat ia memutuskan untuk ambil cuti kuliah dan meninggalkan Surabaya. Sebenarnya sayang sekali kalau Raline harus cuti karena secara nggak langsung ia akan mengulur waktu untuk menuju kelulusan. Tapi, demi kedamaian dan ketenangan hati seorang Raline dirinya harus rela menerima resiko itu. Alasan yang ia berikan kepada keluarganya adalah ia ingin mencari suasana baru sambil mendalami bakatnya itu. Ingat, kan, kalau Raline jago gambar melalui tab. Ia akan pergi ke sebuah kota yang membuatnya bisa merasakan kedamaian. Tidak bermaksud untuk meninggalkan Surabaya dan seisinya, tapi apa yang Raline butuhkan sekarang itu adalah hal yang utama. Setelah pesta ulang tahun Eni, tentunya Robby tetap mencari Raline kesana kemari dan tujuan yang selalu Robby tuju adalah Geisha. Perempuan itu sudah berjanji untuk terus bungkam keadaan Raline, ia juga tidak bisa berbuat banyak karena keputusan Raline sudah bulat. Di suatu hari, Robby dan Geisha bertemu empat mata d

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 66. it's The Time

    Di depan meja riasnya perempuan yang dinobatkan sebagai boneka barbie ini sedang bersiap dan sekarang dirinya sedang menyemprotkan minyak wangi ke beberapa titik tertentu di tubuhnya. Malam itu Bella tidak terlihat begitu mewah dalam soal pemilihan gaunnya. Ia sudah begitu cantik karena didukung oleh wajah yang cantik. Malam itu Bella akan datang bersama Rose yang sekarang juga sedang bersiap. Kedekatan Bella dengan Robby beberapa hari ini membuat pintu hati Bella perlahan terbuka. Itu mengapa dirinya bertanya lebih detail kepada Robby di toko bahan kue tadi. Memang tidak bisa disalahkan jika pintu hati itu terbuka. Namun, apakah Bella siap jika dirinya mengetahui bahwa Robby masih memiliki status dengan seorang wanita. Mungkin Bella seharusnya tidak perlu tahu agar masalah di antara Robby dan Raline tidak semakin runyam. "Bella? Kamu sudah siap?" Teriak Rose dari luar kamar Bella. "Sudah, Ma. Sebentar lagi aku keluar" walaupun Bella sedikit terkesiap, tapi label keanggunannya t

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 65. Harus Melupakannya?

    "Ada yang kurang?" tanya Robby kepada Bella sambil mendorong troli belanjaan. "Sepertinya tidak ini hanya bahan kering saja." jawab Bella sambil mengusap dagunya. Mereka sekarang berada di sebuah toko bahan kue yang bisa dibilang terlengkap di Surabaya. Hari itu tinggal menghitung jam saja untuk menyajikan kue ulang tahun Eni, namun Bella masih saja kelupaan untuk membeli kebutuhan pelengkap kue ulang tahun. Tujuan mereka bertemu hari ini memang untuk berbelanja ke toko bahan kue dan Robby akan membawa kue ulang tahun itu ke rumahnya. Tadi, ketika Robby berada dirumah Bella ia sudah melihat kuenya yang dihias begitu indah oleh Bella. Robby juga begitu takjub karena benar-benar sesuai pesanan. "Ohya, Rob. Boleh tanya nggak? tiba-tiba saja Bella melontarkan pertanyaan yang sedikit membuat Robby mengalami serangan jantung mini. "Mau tanya apa?" Robby juga memasang muka panik, tapi berlagak biasa aja. "Perempuan yang kemarin itu pacar kamu?" tepat pada sasaran tidak pakai basa basi l

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 64. Ice Cream Vanila

    Di tengah kamar yang sunyi, Ifan sedang fokus menyantap makan malamnya. Akhir-akhir ini Ifan lebih suka membeli makanan di dekat kostnya karena disana hanya menjual masakan rumahan. Sebenarnya ia bisa memasak sendiri, tapi beberapa hari ini ia sedang lelah sekali. Dirinya disibukkan oleh pekerjaan juga tugas kuliahnya. Jangan ditanya bagaimana Ifan sekarang, dirinya sudah cukup terkenal dan punya nama dimana-mana. Untuk ukuran usia Ifan yang sudah sukses termasuk hebat apalagi kesuksesan itu di iringi dengan berjalan bersama perempuan yang ia cintai. Semenjak putus dengan Raline, Ifan memang begitu fokus dengan Defani. Ia bisa mendapatkan waktu yang utuh bersama perempuan itu. Makan siang bersama, ngecek toko juga bersama-sama apalagi jika Ifan datang ke kantor untuk memeriksa koneksi jelas saja di temani oleh Defani. Namun… ada satu yang nggak bisa Ifan lakukan bersama Defani. Malam yang hangat itu tidak bisa Ifan dapatkan dari Defani. Entah, setiap Ifan minta untuk bermalam di kost

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 63. Kesialan

    Mendengar suara itu, Raline hanya mematung dengan mata yang melebar serta mulut yang sedikit menganga. Raline tidak menjawab sepatah kata sedikit pun ia hanya menundukkan kepalanya sambil mengatur nafas agar terlihat biasa saja. "Nggak perlu, tadi aku hanya kebetulan lewat dan sedikit kaget lihat toko mu seperti ini" dengan keberanian yang penuh akhirnya Raline mendongakkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Ifan tanpa terbata-bata. Lelaki yang ada di hadapannya itu melirik ke arah tas yang Raline bawa di tangan kanannya, ia sedang bertanya melalui lirikannya itu. "Ini… Habis jalan-jalan beliin kado buat seseorang. Kalau gitu aku permisi dulu sudah ditunggu soalnya" dengan secepat kilat, Raline meninggalkan toko Ifan dengan kembali menundukkan kepalanya. Sepeninggalan Raline, Ifan menoleh kebelakang melihat tingkah Raline yang sedikit membuatnya terkekeh. Itu hanya kebetulan dan Ifan memang tidak benar-benar untuk kembali dengannya. "Perempuan itu tidak membeli apa-apa?" tanya Ifan

  • Persimpangan PilihanĀ Ā Ā 62. Raline's Days

    "Have a nice day, sayang" ucap Robby ketika mereka hendak berpisah di parkiran motor fakultas Robby. Hari itu mereka berangkat bersama ke kampus karena Robby ingin sekalian memberikan undangan pesta ulang tahun Eni. "Have a nice day too, sayang." jawab Raline dengan begitu manisnya. "Oh iya.. Nanti nggak bisa pulang bareng, ya. Aku ada kerja kelompok, kamu nggak papa kan pulang sendiri?" Robby memberhentikan langkahnya saat teringat hal itu. Dari kejauhan Robby bisa melihat anggukan Raline beserta senyum yang masih sama seperti tadi, ia tidak merubahnya sedikitpun. Setelah itu Robby berjalan duluan meninggalkan Raline dan senyumnya. Sedangkan Raline menundukkan kepalanya lalu berjalan begitu saja menuju ke arah kelasnya. Sungguh cerah hari itu, matahari pun bersinar begitu cerah. Omong-omong soal hubungan mereka, semua berjalan dengan semestinya. Sudah tidak ada pertikaian diantara mereka dan hari ini mereka berangkat bersama karena Robby sekalian ingin mengantarkan undangan ulang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status