Share

Bab 8

Penulis: I-cream
Asterius menatapku yang tidak terluka sama sekali. "Lah, kamu kenapa nggak kenapa-kenapa? Kamu pikir aku nggak tahu sifat kamu? Waktu kecil kamu seret aku ke taman bermain sampai orang tua lapor polisi. Ujung-ujungnya, siapa yang membereskan semua kekacauan kamu?"

"Kamu itu selalu balas dendam kalau sudah sakit hati. Kamu marah karena Ingrida rebut apa yang dulu kamu kira milik kamu ... makanya kamu melakukan hal kayak begitu!"

"Minta maaf sama Ingrida, sekarang juga!"

Orang-orang di kerumunan menatapku dengan sorot menyelidik, sekaligus merendahkan.

Aku tertawa dingin. "Oh, ya? Mau aku minta maaf?"

Asterius akhirnya mengendurkan cengkeraman. "Kamu saja bahkan nggak punya pacar. Minggu lalu kamu ngomong itu cuma untuk bikin aku jengkel, 'kan? Kamu bilang kamu ...."

"Aku minta maaf," gumamku pelan, lalu tiba-tiba aku teriak keras. "Minta maaf buat kepala Ibu kamu!"

Tanpa ragu, aku memutar badan, menampar Ingrida yang sembunyi di belakangnya, tepat di pipi yang tadi aku pukul.

Aku lalu m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 10

    "Bukannya kita ... pernah bilang mau menikah?""Kamu lupa? Kita sahabat sejak kecil. Kita tumbuh bareng. Dari kecil kita selalu bilang, kalau sudah besar akan jadi suami istri. Waktu main rumah-rumahan dulu ... kamu jadi ibu, aku jadi ayah ....""Dan kita pernah bersama hampir setahun, kita ... sangat bahagia ...."Nada suaranya yang dulu penuh gengsi dan berjarak, kini telah sirna. Asterius bahkan mulai berkata dengan suara tercekat, "Kita ... hampir menikah, 'kan?"Kamu pasti seperti sebelumnya ... cuma bilang itu karena kamu lagi marah, 'kan? Itu cuma ucapan emosi, 'kan?"Ayahku menghantam meja dan berdiri. "Maksud kamu, Wilia bohong padamu? Maksud kamu ... kita sekeluarga juga bohong ke kamu?""Tentang Ditya? Dia itu anak yang sangat baik, sopan, hormat pada kami berdua. Walau Wilia memang baru saja menerima perasaan dia, tapi sebagai orang tuanya, kami bisa melihat hubungan mereka yang serius, dan bisa sampai ke tahap pernikahan ...."Khawatir ayahku benar-benar terpancing emosi,

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 9

    "Dan hubunganku pada kamu, barulah ....""Asterius." Suaraku datar, tanpa riak emosi, seolah orang di ujung sana hanyalah orang asing yang kutemui sekilas. "Kita hanya sekadar partner sementara, 'kan?"Semoga kamu nanti menemukan partner yang lebih cocok."Masih banyak hal yang harus aku kerjakan.Akhirnya aku berkata, "Jangan hubungi aku lagi. Waktu kamu memblokir kontak-ku dulu, kamu terlihat sangat tegas dan cepat. Sekarang malah jadi lengket sekali."Aku berpikir sebentar lalu menambahkan, "Sangat mengganggu."Entah karena sudah pensiun, atau mungkin memang karena iklim di sini benar-benar menyehatkan, wajah dan tubuh ayah ibu terlihat jauh lebih segar.Kalau saja bukan karena urusan balik nama dan serah terima rumah saat Tahun Baru, mereka bahkan tidak mau pulang."Biar aku saja yang pulang dan mengurus semuanya," kataku sambil tetap menatap dokumen di tangan. "Aku juga bisa mengatasinya sendiri."Ayah dan ibu saling bertukar pandang, lalu berkata, "Sudahlah, kami tetap ikut. Kami

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 8

    Asterius menatapku yang tidak terluka sama sekali. "Lah, kamu kenapa nggak kenapa-kenapa? Kamu pikir aku nggak tahu sifat kamu? Waktu kecil kamu seret aku ke taman bermain sampai orang tua lapor polisi. Ujung-ujungnya, siapa yang membereskan semua kekacauan kamu?""Kamu itu selalu balas dendam kalau sudah sakit hati. Kamu marah karena Ingrida rebut apa yang dulu kamu kira milik kamu ... makanya kamu melakukan hal kayak begitu!""Minta maaf sama Ingrida, sekarang juga!"Orang-orang di kerumunan menatapku dengan sorot menyelidik, sekaligus merendahkan.Aku tertawa dingin. "Oh, ya? Mau aku minta maaf?"Asterius akhirnya mengendurkan cengkeraman. "Kamu saja bahkan nggak punya pacar. Minggu lalu kamu ngomong itu cuma untuk bikin aku jengkel, 'kan? Kamu bilang kamu ....""Aku minta maaf," gumamku pelan, lalu tiba-tiba aku teriak keras. "Minta maaf buat kepala Ibu kamu!"Tanpa ragu, aku memutar badan, menampar Ingrida yang sembunyi di belakangnya, tepat di pipi yang tadi aku pukul.Aku lalu m

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 7

    Dia segera meraih lengan Asterius, tersenyum lembut, lemah lembut sekali.Aku membalas dengan senyum sopan, meletakkan botol anggur yang tadi kugenggam ke lantai. Setelah itu, aku menarik napas dalam-dalam. Aku kembali menenggelamkan pikiranku ke obrolan dengan senior di sebelahku.Aku tidak melihat, bagaimana tatapan Asterius di belakangku lama sekali, tidak kunjung menarik tatapan itu kembali.Setelah minum dua gelas anggur merah, aku masih cukup sadar.Saat ke toilet, sekalian aku menambah riasan muka, merapikan dandanan.Semua orang bersepakat, sehabis ini akan menjenguk guru.Di antara mereka, ada pemimpin asosiasi tari yang sangat kuhormati.Waktu aku sekolah, beliaulah yang paling menganggapku berbakat, jadi tentu aku harus hadir.Setelah riasan wajah sudah oke, tampak rapi, aku membuka pintu toilet."Wilia?" Ingrida muncul dalam gaun putih, langkahnya anggun sekali.Aku menjawab singkat, "Hai."Baru ingin lewat begitu saja, Ingrida tarik pergelangan tanganku.Aku meringis kesa

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 6

    Mataku terasa panas dan perih.Satu jam kemudian, aku memastikan di rumah ini sudah tidak ada lagi barang yang ingin kubawa.Asterius sudah menyiapkan makanan dan meletakkannya di atas meja.Satu meja penuh hidangan.Dalam pikiranku sempat terlintas, mungkin nanti kita masih bisa bertemu dan berpura-pura jadi teman biasa. Lagi pula, ada begitu banyak tahun dan kenangan di antara kita.Aku mengulurkan tangan, baru hendak mengambil makanan, tiba-tiba terkejut oleh suara tegas Asterius, “Jangan!”Dirinya berlari kecil tergesa-gesa ke arahku, lalu menyerahkan piring kecil berbentuk bulat."Kamu cukup makan satu suap kecil dari masing-masing, sisanya masih panas, mau kubawakan untuk Ingrida."Asterius memegang piring kecil itu, lebarnya bahkan belum sebesar telapak tangan. "Cepat coba yang mana paling enak, yang paling enak nanti aku isi lebih banyak.""Kalau yang kamu coba nggak enak, aku nggak akan bawa, biar kamu saja yang makan."Pranng!Aku membanting sendok dan garpu.Tangan Asterius

  • Pertalian Sejak Kecil   Bab 5

    "Tapi ...." Ibu mengerutkan kening, membuka mulut, "Wilia, kamu ...."Aku menunduk melihat waktu. "Sudah, aku serius lho.""Aku baik-baik saja dan aku sangat sadar, nggak usah khawatir, Bu.""Justru kalian yang harus mulai memikirkan soal uang."Aku mengecup pipi Ibu sekilas. "Aku ada urusan, pergi dulu, ya."Aku berpikir ... mungkin waktu dan jarak akan mengikis luka di hatiku.Aku jadi jauh lebih tenang.Cintaku yang dalam dan membara... tidak sempat kuucapkan, tetapi setidaknya tidak jatuh memalukan.Aku kira hubunganku dan Asterius akan berakhir baik-baik.Tapi ... aku tidak menyangka, aku tidak bisa masuk ke rumah itu lagi.Aku berdiri di depan pintu, berkali–kali memasukkan kata sandi.[Input salah][Input salah]...Amarah segera menyala di dadaku.Setelah pintu tetap tidak merespons ketukan, logikaku datang kembali.Aku baru ingat, aku harus menelepon Asterius.Tuuut ... tuuut ... nada sibuk, lalu telepon dimatikan.Sampai panggilan ke lima, Asterius mengirim pesan: [Sedang ken

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status