แชร์

BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

ผู้เขียน: Liana Lee
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-21 20:16:27

Liana's PoV

"Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?"

Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang.

Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam.

Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka.

"Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?"

Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati.

Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya.

Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara.

Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri.

Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuatku menatap kosong kearahnya.

Tak kunjung mendapatkan jawaban dariku, dia memberikan sebuah dehaman.

"Ekhmm.." Tangannya mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham.

"Ah?!.." Tersadar, menggeleng - gelengkan kepalaku.

Aku masih menatapnya dengan bingung, tak paham dengan apa yang barusan ia katakan.

Ekspresinya seketika berubah menjadi santai.

Sekali lagi dia berdeham.

"Ekhm.. Maksudku, dalam dunia kerja jika selalu membuat suatu kesalahan, tidak fokus dan mengacau, lalu berpikir dengan mudahnya hanya dengan selalu meminta maaf dapat menyelesaikan suatu masalah yang kamu buat, itu...." Tatapannya berubah menjadi serius, matanya menyipit sedikit memperhatikanku lekat - lekat dan memberi jeda sebentar sebekum melanjutkan.

"Sangat tidak sesuai dengan etika kerja dan sangat tidak profesional. Nona Edsel."

David terdengar agak kesal meski nadanya terdengar santai.

Aku tertegun, sepertinya kata - kata sebelumnya tidak dimaksudkan seperti itu.

Namun aku segera menepis pemikiran seperti itu, mungkin aku hanya berpikir terlalu berlebihan karena dulu pernah meninggalkannya?

Lagi pula dia sekarang bahkan memanggil nama keluargaku, bukan namaku.

Meskipun ntah mengapa saat dipanggil seperti itu olehnya aku merasa ada sedikit rasa tidak nyaman dan sakit hati.

Mungkin saja karena dulu pria di depanku ini terbiasa memanggil namaku dengan lembut dan manis, meski sifat dinginnya tidak pernah berubah.

Mungkinkah dia ingin berpura - pura seolah kami tidak saling mengenal?

Hmm.. Kalau begitu baguslah.

Mulai sekarang hubungan kami hanya sebatas CEO dan Sekretarisnya. Jadi aku harus berusaha mengontrol sikap dan perasaanku.

Menyadari kesalahanku, aku menarapnya dengan raut wajah bersalah dan ingin membuka suara.

"Kheh, maaf?" Lagi?" Belum sempat suaraku keluar dia menimpali terkekeh sinis dan menatapku dengan pandangan remeh dan mencibir.

Mataku melebar dan mulutku sedikit terbuka.

"Hebat bukan? Baru sebentar saja bersama karyawan baruku, maksudku sekretaris baruku yang bahkan belum mulai bekerja hari ini. Tapi aku sampai bisa hafal dengan kebiasaannya seolah 'seperti sudah lama saling mengenal' kan?" Dia menekan akhir kalimatnya, menatapku dengan remeh, tatapan dan senyunmnya sungguh begitu sinis seolah ada dendam kesumat di dalamnya.

"........" Aku hanya menatapnya dengan perasaan dan ekspresi rumit.

Dia menatapku lekat - lekat.

"Apa kamu sungguh sebegitunya tidak menyukaiku?" Aku mengerucutkan bibirku menatapnya kesal.

Ntah dari mana keberanianku datang untuk bicara seperti itu padanya yang sekarang merupakan atasanku, parahnya dihari pertama bertemu dengannya sebagai karyawan baru.

Mungkin karena aku merasa dia pasti sangat tidak nyaman dan kesal bekerja dengan seseorang yang merupakan kekasihnya di masalalu yang menghilang begitu saja dari pandangannya.

Seolah setiap kata - kata dan nasihatnya sebenarnya sedari tadi memang sedang menyindirku.

Dia sendiri yang menyinggung soal etika kerja dan profesionalisme, namun tingkahnya seolah dia membawa perasaan pribadi dan menaruh dendam lama terhadapku.

Menyindir masalalu?

Aku agak jengkel mengingatnya, kalau saja dia tau alasanku pergi darinya dua tahun yang lalu.

Ck.. Menyebalkan. Memangnya hanya dia yang tidak nyaman.

Dia terkesiap lalu seketika ekspresinya berubah.

"Maksudmu?" Tanyanya dengan datar namun alisnya menyatu dan dia mengernyit. Seolah tidak suka mendengarnya.

"Apanya yang apa maksudku?" Aku membuang pandang dengan raut wajah sedih sekaligus kesal.

"Tuan David Evans Hubert yang terhormat.. Kalau memang penilaian awal anda terhadap saya tidak baik dan tidak cukup kompeten, kalau memang tidak menyukai saya sejak awal. Mungkin sebaiknya saya juga mengundurkan diri lebih awal saja sebelum mulai bekerja. Takutnya saya hanya akan 'mengacau' atau bahkan hanya menjadi 'pajangan ruang kerja' dan makan gaji buta saja, bukan?" Aku kembali menatapnya dengan tajam dan sinis, menantang.

Memberi penekanan pada kata demi kata.

Mendengar perkataanku ekspresinya seketika menjadi gelap.

Matanya menatapku lekat lekat sangat dingin seolah ingin menelanku hidup - hidup.

Seolah bak bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Sepertinya aku benar - benar sudah gila berurusan dengannya kali ini.

Hal itu sesaat membuatku membeku.

Namun saat dia melangkah maju dan kembali mendekat ke arahku, membawa aura dingin dan kelam.

Setiap langkahnya penuh penekanan dan membawa wibawa.

Sontak membuatku mundur seraya langkah demi langkahnya yang berusaha mengikis kembali jarak diantara kami.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 28 Aku akan kasih lebih

    Liana sampai di kostnya dan bergegas masuk. Dia merebahkan diri seolah pundaknya dipenuhi dengan beban.“Huft.. Menyebalkan sekali.” Keluhnya sambil menghela nafas.“Apa - apaan maksudnya ngomong kaya gitu? Dia pikir aku digaji buat dengarin curhatan dia? Dia lagi sindir aku yang pergi ninggalin dia? Apa dia gk mikir kenapa aku pergi hah?” Liana terus menggerutu kesal, sesekali memukul - mukul bantalnya. “Menyebalkan! Dasar BOS SI MANUSIA ES KIMO BODOH! Aku benci kamu! BAHKAN DARI DULU AKU BENCI! Mau ngundurin diri aja sebel deh! ARGGHHHH” Seolah malam itu dia sedang melampiaskan kekesalannya bersama kesunyian malam. Sesekali dirinya memukuli bantal seolah itu adalah David itu sendiri.Setelah dirasa cukup Liana pun pergi mandi, dengan jubah tidurnya dia keluar dan mengeringkan rambut setelah itu keluar.“Oh iya.. Kayanya aku mau cari Apart terdekat. Biar lebih nyaman..” Liana menatap langit - langit kamarnya.“Upgrade dikit, bangga dong aku kan udah kerja dan punya gaji sendiri heh

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 27 Tanyakan pada diri sendiri

    “Namun, dua tahun yang lalu dia tiba – tiba menghilang…” Lanjut David dengan ekspresi kalem, nadanya yang tenang menutupi kesedihan pada kata – kata yang baru saja ia ucapkan.Mendengar hal tersebut, seketika Liana menundukkan kepalanya tak berani menatap David.Wajahnya nampak sedih dan merasa bersalah namun ada sesuatu dalam diri dan hatinya yang seolah ingin keluar untuk menjelaskan sesuatu yang kontras dengan raut wajahnya.Mungkin saja perasaan kecewa?“Setelah kepergiannya yang tanpa kabar atau bahkan sepatah kata itupun, duniaku seakan – akan runtuh saat itu juga..” Kali ini nada bicara David terdengar sedikit suram dan kecewa.“Selama dua tahun belakangan ini aku berusaha mencari keberadaannya, bertanya – tanya kenapa dia pergi meninggalkanku begitu saja dan dimana dia? Bagaimana kondisinya? Apakah dia hidup dengan baik? Atau… Apakah dia baik – baik saja tanpaku?”.David membuka matanya mengintip untuk mengetahui reaksi Liana setelah ia berkata seperti itu.Dilihatnya Liana me

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

    Setelah mendapatkan perintah dari dalam, Liana masuk dan mendapati sosok David tengah menyibukkan diri tenggelam dalam tumpukkan dokumen di hadapannya.Fitur wajahnya yang tampan nan tegas begitu dingin dan serius menatap benda - benda tersebut.Wibawanya terasa begitu lekat dan kuat.Seketika hati Liana dipenuhi sesuatu, Liana merasa sosok di depannya tersebut terasa begitu asing.Dirinya terdiam beberapa saat berdiri di ambang pintu, sebelum berbicara, "Tuan David.. ini... Kopi anda.".Mendengar suara tersebut David sontak mendongak sekilas untuk melihat kearah sumber suara tersebut.Dengan dingin dan acuh tak acuh ia menatap sosok gadis di depanya tersebut, kemudian ia kembali menunduk membaca dokumen yang ada di genggamannya.Liana yang hanya mendapati lirikan singkat nan dingin tersebut secara singkat membuat dahinya berkerut bingung."Letakan saja di meja." Katanya singkat setelah keheningan beberapa saat.Namun bagi Liana perintah tersebut terasa ambigu.'Meja yang mana?' Batin

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 25 Jangan salahkan aku itu menyesakkan

    David's PoVDan setelahnya dia membuatku agak dongkol. "Kalau begitu cuti lima hari boleh?" Wilson bertanya dengan ragu dan canggung. "Boleh.." Jawabku dengan santai, tenang dan halus. Mataku masih sibuk dengan berkas - berkas di hadapanku ini. "Bagaimana kalau satu minggu?" Tanyanya lagi aku dapat mendengar keraguan dqlam nada bicaranya. Namun tak masalah. Kalau dia mau begitu akan kuberikan. "Boleh.." jawabku masih sama. "Kalau satu bulan..... B-boleh?" Hatiku terasa dongkol, pandanganku masih menunduk dan sudut mataku sedokit berkedut kesal namun aku kembali tenang. "Boleh.. Segitu juga gk masalah.." Namu aku masih menjawabnya dengan sama, sangat tenang. "Hah? Serius? Tuan..." Aku dapat mengetahui bahwa dia terkejut tanpa melihat ekspresinya, hanya dengan nada bicaranya. "Tentu saja." Ku hentikan aktivitasku, kemudian aku mendongak menatap Wilson dengan senyuman yang menyiratkan kedongkolan.Sebelum mulut Wilson terbuka untuk mengatakan sesuatu yang masih tertahan di da

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 24 Diri sendiri yang tidak masuk akal

    David's PoV Entah mengapa melihat ekspresinya tadi yang begitu senang dan puas saat melihat dekorasi ruang kerjanya membuatku memiliki suasana hati yang cukup cerah dan bagus hari ini. Tanpa sadar senyuman dibibirku terukir tipis. Aku menatap jauh langit biru yang cerah di luar jendela. Seketika terlintas dalam benakku apa yang barusan saja ku lihat. Reaksinya terlihat senang dan nyaman, terutama saat menggambarkan perasaannya pada bunga melati di dalam lukisan itu. Wilson sungguh terima kasih, pengaturannya tidak buruk juga. Bahkan sangat baik."Liana.. Aku masih ingat detail tentangmu, semua.. Termasuk apapun yang kamu sukai.. Sekarang akan kuberikan perlahan." Aku tersenyum puas dengan mata terpejam kemudian kembali membukanya untuk melihat pemandangan hamparan satu kota Lincoln dari jendela yang sedang ku tatap. "Heh, gadis kecil masih bersemangat dan penuh tekad seperti dulu ha. Kita lihat saja bagaimana kedepannya, bukan berarti aku gk akan memberikanmu pelajaran, gadis n

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 23 Aku juga ingin mencobanya

    Tangannya mengepal melihat sosok dalam foto di layar laptopnya itu."Hm.. Ternyata dia.." Seketika ekspresi David menjadi sangat serius, ada kilatan amarah dan posesif dalam matanya."Liana.. Sama dia sekalipun, gk akan ku kasih. Jangan harap..."Tangannya mengepal, beberapa saat kemudian jari - jarinya dengan cekatan menggerakan mouse mengarahkan kursor dengan tepat pada suatu halaman.Matanya menatap serius dan menjelajahi dengan cermat isi halaman tersebut."Kita lihat saja nanti..."Kemudian dirinya menelpon seseorang......KlikBunyi pintu terbuka.Wilson mendongak dengan ekspresi agak senang.Liana tersenyum ramah melihat sosok Wilson yang sedang duduk di meja kerjanya yang menatap kerah Liana dengan riang."Kamu sudah kembali?" Wilson memiringkan kepalanya pandangannya teralih kearah dua cangkir dengan kepulan asap yang berada dalam genggaman Liana. Alis Wilson menyatu seolah 'Apa sebegitu beratnya tugas yang diberikan, sampai harus minum dua cangkir? Kenapa tidak pakai yang

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status