Share

Kita bercerai saja

Malam hari, Davin turun kelantai bawah untuk menyantap makan malam. Setibanya dia tidak melihat Helen disana kemudian dia meminta menghampiri bibi dan berkata, "Panggil Nona untuk makan malam," perintahnya.

Alih-alih menjalankan perintah Davin, bibi malah diam dengan raut wajah ragu seperti ada ingin dia katakan, "Tuan ... itu ... Sebenarnya Nona---"

"Aku tidak makan dirumah," ucap Helena yang tiba-tiba muncul dengan gaun yang sangat cantik dan riasan wajah cantik membuat Davin terpesona seketika saat melihatnya. Ditentengnya tas kecil sembari berjalan anggun dengan sepatu heelsnya.

Davin menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu bertanya, "Kemana kau akan pergi?" 

Helen sedikit mengabaikan pertanyaan Davin yang diajukan untuknya, dia berjalan pergi, "Aku ada makan malam bareng atasan, jadi tidak makan dirumah. Tidak pulang larut malam juga kok," ucap Helen kemudian pergi begitu saja.

Gaun cantik yang sedikit terbuka membuat Davin sedikit terganggu, kemana istrinya akan pergi dengan pakaian seperti itu? Batinnya menerka-nerka.

Tak lama bibi menghampiri sambil meletakkan piring berisi makan malam yang ia buat di meja, "Tuan, malam itu nona juga berdandan seperti itu," ucap bibi memberitahu Davin, pernyataan bibi membuat hati Davin resah. Hal itu kemudian membuat nafsu makannya hilang dan memilih untuk pergi ke kamar.

Sementara itu ... 

Helen berdiri cukup lama didepan rumah, tak berapa lama akhirnya Ken datang menjemputnya, "Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Ken setibanya di depan rumah Helen dengan mengendarai mobilnya.

Ken membukakan pintu untuk Helen, "Tidak lama ko, ayo pergi," balas Helen kemudian masuk ke dalam mobil. Jauh dari salah satu jendela kamar, Davin berdiri dan menyaksikan hal itu terjadi. 

Kring! Kring! Ponsel Davin berbunyi, sebuah panggilan masuk dari seseorang. Mereka membicarakan sesuatu yang tampaknya membuat Davin sedikit merasa lega, "Aku akan pergi," ucapnya, mengambil jas di dalam lemari kemudian bergegas pergi.

Beberapa saat kemudian setibanya di Restoran, Ken membawa Helen duduk di tempat yang sudah ia pesan sebelumnya. Dan sesampainya ternyata Ken mengajak seseorang untuk bergabung dengannya, orang itu membuat Helen sedikit terkejut. 

"Bukankah kalian sudah saling kenal?" tanya Ken menggoda Helen.

"Tentu saja, dia adalah Direktur Erwin, Direktur KW," ejek Helen sambil memasang wajah kesal.

Ken dan Erwin terkekeh lucu melihatnya, "Ah haha ... Sebenarnya itu adalah ide kakak, terlebih dia menawarkan sesuatu yang sangat menggiurkan," ucap Erwin.

"Sudah ku duga," batin Helen dengan raut wajah datar, menatap Ken yang tersenyum canggung padanya. Setelah itu mereka menyantap makanan sembari sesekali mengobrol, dari situ Helen bisa mengenal lebih jauh mereka berdua. Dari yang Ken katakan, Erwin adalah seorang Otaku tingkat tinggi namun dia juga termasuk pria yang tegas dan baik.

Helen kemudian mengakui bahwa dirinya juga bisa disebut sebagai Otaku tapi dengan tingkat rendah, berbeda dengan Erwin.

Lalu Ken, tidak perlu diberitahu pun Helen sudah bisa menebak sikap dingin milik Boss mesumnya itu. Namun siapa sangka, Ken ternyata sangat menyukai Game dan ahli dibidangnya. 

"Akhir bulan nanti ada festival di gedung Aze lho, mau pergi bareng?" tanya Erwin pada Helen.

"F-festival? Bukankah hampir semua peserta memakai kostum cosplay ya?" tanya balik Helen.

"Ya, kau tahu, tahun lalu aku cosplay sebagai karakter Itachi lho, hahaha," aku Erwin kemudian tertawa sangat lantang mentertawakan dirinya sendiri, sisi lain dari Erwin yang sangat menyenangkan dan tidak membosankan, tidak seperti tuan yang satunya lagi.

Namun tak lama ... 

"Helen ...," seseorang memanggilnya ditengah canda tawa mereka. Helen segera menoleh dan mendapati Annie dan Davin disana. 

"Davin, Annie? Kalian disini?" tanya Helen.

Annie melirik kedua tuan muda yang duduk bersama Helen, "Ya, selamat malam direktur dan wakil direktur RB group," sapa Annie pada mereka berdua.

Ken meruncingkan matanya, "Oh? Direktur Linkai dan sekretaris Annie, senang bisa bertemu dengan kalian disini. Bergabunglah, kami baru saja mulai," ucap Ken mengajak mereka bergabung.

"Terima kasih Direktur Ken, ayo," balas Annie kemudian mengajak Davin ikut duduk bergabung dengan mereka. Helen maupun Davin tidak saling menyapa dan terjadi keheningan disana.

Untuk mencarikan suasana Erwin memulai obrolan tentang bisnis dengan Davin, dan sesekali Ken berbaur disana. Sedangkan Helen dan Annie hanya berdiam diri saja.

Annie melirik Helen yang sedari tadi hanya berdiam diri, rasanya tidak enak hanya saling diam padahal mereka saling kenal, "Helen, tidak menyapa suamimu?" tanya Annie di tengah perbincangan mereka membuat Ken dan Erwin terkejut.

"Suami?" tanya Erwin sambil menatap kakaknya, Ken. 

"Benar. Direktur Linkai, Davin, adalah suami Helen. Kalian tidak tahu?" tanya Annie. Helen tidak tahu apa maksud dari perkataan Annie dengan mengatakan bahwa Davin adalah suaminya didepan mereka.

Suasana menjadi canggung tak kala mereka malah jadi saling diam, "Direktur Linkai, selamat malam," ucap Helen menyapa Davin. Mendengar perkataan Helen itu membuat Davin tersenyum.

"Kenapa panggil Direktur Linkai? Aku suamimu lho, apa kau malu pada Tuan Direktur RB?" tanya Davin memojokan Helen. Dia sedikit menyinggung Ken. 

Ken tersenyum menyeringai, "Ternyata Direktur Davin suaminya Helen, aku sempat bertanya tanya pria mana yang ... bisa-bisanya mengabaikan wanita secantik Helen--"

"Tuan!" bentak Helen sembari menggebrak meja dan menatap tajam Ken.

"Maaf maaf. Aku sudah kenyang, Erwin ayo kita pulang. Nona Helen biar pulang bersama suaminya," ucap Ken seraya beranjak dari tempatnya, Helen mengira bahwa dia sudah keterlaluan membentak Ken di depan umum dan membuat Ken tersinggung.

Dia kemudian menyusul Ken, "Tuan, aku antar keluar," ucap Helen menawarkan diri, setelahnya Helen menoleh ke arah kedua sahabatnya, "Davin, pulanglah bersama Annie. Aku akan mencari taksi," ucap Helen kemudian menyusul Ken dan Erwin yang berjalan keluar dari Restoran.

Sebelum pulang Erwin terlebih dahulu pergi ke kasir untuk membayar tagihan mereka. Sementara Ken menunggu mobil menjemputnya ditemani oleh Helen disana.

Di sampingnya berdiri Helen yang setengah melamun dengan mata yang terlihat sudah sangat lelah, Ken meliriknya lalu menghela napas panjang, "Aku antar pulang ya," ujar Ken, namun kemudian Helen menggelengkan kepalanya.

"Sudah malam, mana ada taksi," ucap Ken lagi.

Helen masih shock, bagaimana mungkin hal memalukan itu bisa diketahui oleh orang lain. Bagaimana pandangan mereka pada Helen saat itu. Seorang wanita bersuami namun tidak pernah digauli suaminya. Menyedihkan bukan?

"Maaf ...," ucap Ken, dia menyesali perbuatannya yang secara tidak sengaja justru sudah membuat Helen terluka. Mendengar permintaan maaf dari Ken membuat mata Helen berkaca-kaca, "Maaf," ucap Ken lagi. 

Helen mengedipkan matanya agar air mata tak jatuh, namun tetap saja butiran-butiran cair transparan itu kian memberontak, "Kenapa? Kenapa Tuan lakukan itu?" tanyanya dengan suara lirih pelan. 

Lagi-lagi Ken hanya mengucapkan kata Maaf, apa semua kesalahan bisa dilupakan hanya dengan kata maaf? Tetiba kedua tangan Ken mendarat di bahu Helen, "Helen! Memangnya kenapa kalau dia mengabaikanmu? Diluar mungkin ... ada orang yang sangat ingin membahagiakanmu," ucap Ken membuat Helen terkejut.

Seketika Helen malah terpaku, kemudian Ken menyela air matanya dan membantu Helen tersenyum. Setelah itu, dengan semangat Helen menganggukkan kepalanya, "Itu baru sekretarisku."

Beberapa saat kemudian Erwin keluar, "Sudah-- Eh?" terkejut melihat pipi Helen yang basah karna air mata, Erwin lantas mendekat sambil berkata, "Konon katanya, kalau seorang pria membuat wanita menangis, saat terbangun esok pagi dia akan kehilangan peliharaan tercintanya," celetuk Erwin. 

Ken memukul pelan kepala Erwin, "Jangan banyak bicara lagi. Helen kami pulang dulu, besok jangan lupa datang ke kantor dan berikan ucapan selamat Pagi untukku, Hehe," ucap Ken diikuti senyuman nakal membuat Helen gugup dan Erwin terheran.

Kemudian mereka masuk ke mobil dan pergi. Saat hendak melangkahkan kakinya pergi Helen mendengar seseorang memanggilnya. Helen menoleh dan mendapati Davin dan Annie menghampirinya. 

Annie mengatakan bahwa dia masih ada urusan dan belum bisa pulang, sementara Davin mengajak Helen pulang bersama. Sungguh sandiwara yang sangat bagus dari mereka berdua.

Helen setuju untuk pulang bersama Davin karna memang ada beberapa hal yang harus dibicarakan oleh mereka berdua.

Di dalam mobil mereka tak banyak bicara, namun sesuatu mengganjal di hati Helen dan dia sadar harus segera meluruskannya, "Aku tidak mengatakan apapun pada mereka atau siapapun tentang hal itu. Bagaimana pun itu masalah rumah tangga kita," ucap Helen memulai pembicaraan.

"Ya," balas Davin.

Helen meletakkan tangan di dagunya, menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil yang masih terasa hangat bekas Annie itu. Dia menatap jauh keluar jendela, kemudian memberanikan untuk berbicara, "Ayo ... Kita bercerai."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status