Pervert Boss becomes Husband

Pervert Boss becomes Husband

last updateLast Updated : 2022-01-11
By:  HimesamaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
21Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Ingatannya terbatas tak lebih dari 5 tahun silam, 4 tahun kemudian menikah dengan sahabat pria. Darinya Helen mendapatkan perlakuan dingin, diabaikan dan dicampakkan bak sudah menjadi makanan sehari-hari. Menginjak dunia bisnis malah bertemu bos cabul yang selalu minta cium. "Boss, aku ini sudah menikah lho." "Masih bica cerai 'kan?"

View More

Chapter 1

Kau dengannya

Helen terduduk di sofa ruang tengah dengan perasaan gugup yang tidak bisa di ungkap dengan kata-kata, seminggu sudah sejak dia pergi mengurus pekerjaan di luar kota, malam ini suaminya akan pulang. 

Helen menengadahkan kepalanya melirik jam dinding, "Sudah hampir jam 2 pagi, kenapa Davin belum juga sampai dirumah," resahnya dalam hati, selalu saja begitu. 

Tak lama terdengar suara mobil datang, dengan perasaan senang Helen beranjak dan berjalan menghampiri pintu untuk menyambut kepulangan suaminya. 

Piyama dress dengan renda yang sangat indah membalut tubuhnya, belum rambut yang tergerai juga bau parfum mempercantik dirinya. Sekali saja, Helen ingin Davin memperhatikannya. 

Dengan cepat Helen membuka pintu seraya memanggil nama suaminya dengan semangat, "Davin?" seketika raut wajahnya berubah, sayang sekali disana ternyata bukan suaminya-Davin, melainkan Asistennya-Yona.

Yona berdiri di hadapan Helen dengan sangat gugup, tampak ada sesuatu sungkan yang ingin dia katakan, "Nyonya ... T-tuan-" ucapnya terbata lalu terhenti. 

Helen menghela napas kasar, "Asisten Yona, aku sudah tahu, terima kasih sudah dan maaf merepotkanmu," ucap Helen kecewa. Setelah itu Asisten Yona pamit pergi, Helen menutup pintu dan pergi ke kamarnya. 

Sesampainya ia membenamkan tubuhnya diantara bantal dan selimut tebal, kedua tangannya mendekat di dada. Dia menggertakkan giginya menahan berontak air matanya. 

Ada apa dengan hatinya? Resah? Gelisah? Bukankah dia memang selalu seperti itu, tapi mengapa perasaan berharap itu masih ada? 

Satu tahun sudah berlalu semenjak dia menyandang status istri dari seorang pria yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, selama itu juga, diabaikan dan dicampakkan sudah menjadi makanan sehari-hari Helena. Dia tidak tahu mengapa. 

Hari berganti, sampai saat ini Helen masih mengemban pendidikannya di salah satu Universitas di Kota tersebut. Sedangkan Davin sudah bekerja di salah satu perusahaan dan menjabat sebagai Direktur Utama perusahaan bernama Linkai. 

Pagi itu Helen tengah bersiap diri untuk pergi ke kampus, ia dikejutkan oleh ketukan pintu kamarnya, "Nona supir sudah menunggu anda di bawah," ucap bibi mengingatkan.

Helen bersiap dengan tergesa, "Baik Bi, sebentar lagi," balas Helen sembari memasukkan keperluannya ke dalam tas.

Helen tak pandai merias diri, berpenampilan feminim pun nyaris tidak pernah karna menurutnya itu sangat merepotkan. Lain lagi dengan sahabatnya Annie, dia feminim dan cantik. Pantas berdiri di sisi Davin sebagai sekretarisnya. 

Derap langkah kaki tergesa mulai terdengar menuruni anak tangga, bibi yang mendengar hal itu lantas mengambil bekal makan siang yang sudah ia buatkan dan bergegas menyusul Helen. 

"Nona, ini bekal anda," ucap bibi memberikan sebuah kotak makan siang pada Helen, perhatian bibi layaknya seorang ibu membuat Helen senang dan menerima bekal yang sudah dibuatkannya dengan senang hati.

"Terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa," ucap Helen sembari melangkah pergi.

Didepan sana sudah terparkir mobil khusus yang disiapkan Davin untuk Helen gunakan, namun saat itu Helen sedang tidak ingin mengendarai mobil ataupun diantar oleh supir. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi dengan transportasi umum hari itu.

"Tapi Nyonya ... T-tuan akan marah jika dia tahu," ucap supir.

"Jangan beritahu dia. Kalau begitu aku pegi dulu, sampai jumpa," ucap Helen pergi meninggalkan pak supir sambil melambaikan tangannya. 

Memangnya kenapa kalau dia marah? Apa dia berhak marah? Ingin sekali Helen mengajukan beberapa pertanyaan, sebuah pertanyaan yang siapa lagi yang tahu jawabannya selain Davin. Tapi Davin tidak pernah memberi Helen kesempatan dan selalu mencari alasan untuk menghindarinya.

Setibanya di halte, Helen malah kesulitan mendapatkan tumpangan, "Tch ... Kenapa Bis-nya belum juga datang? Aku bisa terlambat masuk kelas kalau begini," Ia menggerutu, dia sedikit menyesali keputusannya yang memilih pergi dengan transportasi umum. Dia pun memutuskan untuk jalan kaki sembari mencari tumpangan.

Beberapa saat kemudian. 

Nafasnya terengah, entah sudah berapa kilometer dia berjalan kaki namun tak kunjung mendapatkan tranport. Helen menghentikan langkahnya dan terduduk sebentar di kursi pinggir jalan. Dia mengambil botol minum didalam tas lalu meminumnya beberapa teguk. 

Dia kemudian melirik arloji-nya, "Gawat! Ini sudah terlambat, bagaimana ini---Hah?" gumamnya dalam hati, tak lama ia dikejutkan oleh sesuatu yang tak sengaja tertangkap oleh sepasang netranya, suatu abstrak masuk dan melukai hatinya begitu dalam. 

Sebuah mobil hitam melintas di hadapannya, dari kaca mobil yang dibuka Helen melihat suaminya tengah bercanda ria bersama seorang wanita yang tak lain adalah sahabatnya-Annie. Mengapa? 

Helen menundukkan kepalanya, tangan kiri yang memegang botol minuman menutupi wajahnya, menutupi wajahnya yang jelek karna menangis. Hatinya bertanya, mengapa mereka melakukan itu padanya? Adakah Helen berbuat salah pada mereka? 

Kini hatinya menjadi resah, beberapa pertanyaan baru mulai berdatangan dan saling berkecamuk didalam pikir Helen. Tangan dan kedua kaki yang tak hentinya gemetaran, tak lama dia memutuskan untuk pergi.

Tanpa arah, dia ingin pergi ke tempat yang tenang dan hanya ada dia seorang. Merenung. Namun belum Helen menemukan tempat itu, kepalanya terasa pusing dan ia tak sadarkan diri.

Beberapa jam kemudian Helen terbangun, dia membuka matanya perlahan dan dengan memegangi kepala yang terasa pusing dia pun beranjak duduk. Dilihatnya sebuah ruangan asing yang sangat luas nan megah, yang di hadapkan pada pemandangan indah diluar jendela sana.

"Kau sudah bangun?" Suara seseorang mengejutkannya, dengan cepat Helen memutar kepalanya ke arah suara tersebut. Disana dia mendapati seorang pria dewasa berpakaian rapi tengah duduk elegan di sofa salah satu sudut ruangan. 

"Ini Dimana? Siapa kau?" Tanyanya pada pria itu. 

"Rumahku, dan kau bisa memanggilku Ken," ucap Ken seraya berdiri dari posisinya, ia kemudian berjalan perlahan menuju jendela lalu duduk di tepi ranjang tidur didekat Helen.

"Kenapa aku bisa berada disini?" Tanya Helen.

"Heh! Pagi tadi kamu pingsan di depan mobilku di tengah jalan dan membuatku dituduh telah menabrak seseorang, untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak aku lakukan, aku pun membawamu pergi," balas Ken dengan nada acuh sedikit angkuh dan dingin. 

Helen sudah ingat, dia tersenyum canggung lalu berkata, "Terima kasih," ucap Helen canggung. 

Ken menghela napas kasar, "Ya ya. Hampir menjelang malam, aku akan minta seseorang untuk mengantarmu pulang," ucapnya lalu beranjak, Ken mulai melangkahkan kaki menuju pintu keluar, "Ingat! Jangan melakukan hal itu lagi. Merepotkan tahu! Gara-gara itu aku kehilangan proyek besar!" Omelnya sampai akhirnya keluar dari kamar. 

Helen menghela napas lega, dia kemudian menoleh menatap keluar jendela. Sebenarnya dia tidak ingin pulang, hanya saja dia ingin menanyakan kebenarannya pada Davin maupun Annie, tapi itu juga jika Davin pulang ke rumah.

Seorang pelayan datang dan memberitahu Helen bahwa seseorang yang akan mengantarnya pulang sudah menunggu di luar, Helen turun darij ranjang tidur dan pergi. Sayangnya dia tak bertemu pria itu lagi. 

Jika dilihat lebih teliti, itu bukan hanya sebuah rumah namun sudah seperti sebuah villa besar. Melihat sekeliling Villa yang ditumbuhi pepohonan memungkinkan Villa tersebut berada jauh dari perkotaan. Mungkin akan memakan banyak waktu untuk tiba di rumahnya. 

Sepanjang jalan Helen memandangi pepohonan yang rindang dengan lampu lampu yang sangat cantik, membuat hatinya sedikit merasa tenang. Sampai tidak terasa dia kemudian tertidur pulas.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
21 Chapters
Kau dengannya
Helen terduduk di sofa ruang tengah dengan perasaan gugup yang tidak bisa di ungkap dengan kata-kata, seminggu sudah sejak dia pergi mengurus pekerjaan di luar kota, malam ini suaminya akan pulang. Helen menengadahkan kepalanya melirik jam dinding, "Sudah hampir jam 2 pagi, kenapa Davin belum juga sampai dirumah," resahnya dalam hati, selalu saja begitu. Tak lama terdengar suara mobil datang, dengan perasaan senang Helen beranjak dan berjalan menghampiri pintu untuk menyambut kepulangan suaminya. Piyama dress dengan renda yang sangat indah membalut tubuhnya, belum rambut yang tergerai juga bau parfum mempercantik dirinya. Sekali saja, Helen ingin Davin memperhatikannya. Dengan cepat Helen membuka pintu seraya memanggil nama suaminya dengan semangat, "Davin?" seketika raut wajahnya berubah, sayang sekali disana ternyata bukan suaminya-Davin, melainkan Asistennya-Yona.Yona berdiri di hadapan Helen dengan sangat gugup, tampak
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
Kemarin malam bermalam dengannya?
"Nona! Nona!" Seseorang mengguncang bahunya, membangunkannya sambil terus memanggil, "Nona, bangun sudah sampai," ucap supir mobil membangunkan Helen yang tertidur, rupanya mereka sudah sampai di depan rumah Helen. Perlahan Helen membuka matanya, ia menggosok matanya seraya bangkit dari sandaran. Dia melihat paman supir berdiri diluar pintu, tak lama dia membukakan pintu mobil untuk Helen, Helen pun keluar dari mobil. "Terima kasih," ucap Helen.Paman supir kembali masuk ke dalam mobil, setelah itu pergi. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul Heoen mulai melangkah kaki. Disana dia melihat mobil Davin terparkir di garasi, "Masih ingat pulang kah?" Batinnya. Langkah demi langkah, sampailah di depan pintu rumah, dengan perlahan Helen mulai membuka pintu. Seketika suasana yang sangat dingin datang menyapa, membuatnya merasa tidak nyaman."Sudah pulang?" Suara itu tampak tidak asing, barulah Helen menyadari adanya seseorang
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
Bertemu pria menyebalkan
Helen benar-benar tidak pulang, dia menginap di hotel tanpa memberitahu Davin. Esoknya dia keluar dari kamarnya dan melakukan Check out untuk akhirnya pergi ke kampus. Didalam lift Helen melamun, kekacauan didalam kepalanya membuatnya tidak fokus, sampai akhirnya seseorang menyapanya."Nona," panggil seorang pria dalam lift, seketika lamunan Helen buyar, dia kemudian menoleh ke arah suara yang memanggilnya itu. Ia mendapati beberapa orang pria berpakaian rapi dengan Jas hitam, "Ya? Apakah kita saling mengenal?" Tanya Helen, memperhatikan dengan teliti beberapa pria berjas berdiri di belakangnya itu, dimana yang salah satunya nampak tidak asing.Terhenti sejenak, orang yang memanggilnya tersenyum canggung sementara Helen menaruh tangan di dagunya dan berusaha mengingat orang yang tak asing itu."Nona, beliau Tuan Ken. Beberapa hari yang lalu kami pernah membawa Nona pulang ke kediaman Tuan, apakah sudah ingat?" Tanya pria di sebelah Ken, kini Helen d
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
Si pengirim pesan
"Helen Aurora, mahasiswa Universitas Mada, anak bungsu dari pasangan Herles dan Ami. Apa hanya informasi seperti ini saja?" Tanya Ken dengan nada sedikit kesal dan melemparkan lembar berkas itu ke atas meja."T-tuan, saya mendapat informasi dari sebuah rumah sakit yang mengatakan bahwa dia mengalami amnesia sejak 5 tahun lalu karna suatu tragedi yang di alami oleh Nona Helen, sepertinya sebuah penculikan yang membuatnya trauma. Dan satu tahun ini, Nona Helen sudah menikah," beber Dio menambahkan informasi tentang Helen.Tak lama Ken memasang senyum seringai, "Tidak disangka bisa bertemu dengannya lagi. Dio, Universitas Mada ada tugas magang di perusahaan, undang Helen untuk interview dan pastikan terima dia di perusahaan. Beri dia posisi asisten pribadi," ucap Ken memberi perintah pada Dio."Baik, Tuan," balas Dio.Sudah ditemukan, gadis SMA yang 5 tahun lalu Ken cari sudah hampir berada di dalam genggamannya dan Ken tidak ingin melepaskannya lagi. Tidak
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
Tidak ada kesempatan
"Kau! Siapa kau?" Tanya Helen pada pria asing di depannya itu."Perkenalkan, saya Erwin Bryan, wakil Direktur RB group. Senang bertemu dengan Nona Helen, kami mendengar bahwa Uni Mada menugaskan magang bagi mahasiswanya sebagai gambaran dan percobaan bergelut di bidang perkantoran. Anda mendapatkan nilai terbaik dan kami sangat tertarik. Ini berkas kontrak, silahkan diperhatikan baik-baik kemudian mohon tanda tangan," ucap Erwin, wajahnya asing namun terlihat sangat familiar.Helen jadi gugup, "Tuan, saya ingin memulainya dari posisi biasa saja seperti divisi pemasaran," ucap Helen bernegosiasi."Oh jangan khawatir, justru posisi ini yang terbaik sebagai bahan pembelajaran. Di lembar kertas terakhir, isilah nominal gaji yang Nona inginkan. Dan juga, berhubung magang ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, lebih baik Nona tidak menyia-nyiakan kesempatan ini," ucap Erwin bersikeras. Helen membuka lembar demi lembar berkas kontrak yang harus ia tand
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
Boss menjengkelkan
"Tuan sudah pulang?" tanya bibi sesaat setelah Davin tiba dirumah siang itu. Davin tidak banyak bicara dan melangkah pergi ke lantai atas menuju kamarnya. Bibi terus menatap Davin seperti ada yang ingin dia katakan padanya, "Tuan ... Semalam Nona Helen menunggu Tuan pulang," ucap bibi.Davin berhenti sejenak, dia sedikit menoleh sambil melempar tatapan dingin, "Setiap malam dia selalu menungguku pulang, dia juga tahu aku jarang pulang ke rumah 'kan." Katanya, kemudian melanjutkan langkahnya. "T-tapi Tuan, semalam Nona memasak banyak makanan untuk merayakan diterimanya dia bekerja. Nona ... Nona juga Berdandan dan menunggu Tuan pulang, tapi Tuan tidak pulang," ucap bibi."Nanti aku jelaskan ke dia, bibi jangan khawatir," balas Davin terdengar acuh tak acuh. Seiring menghilangnya Davin dari pandangan, bibi menghela napas kasar. Sementara itu. Hari pertama bekerja Helen akan melakukan yang terbaik, dia sudah mempunyai nama sebagai ma
last updateLast Updated : 2021-10-17
Read more
Kita bercerai saja
Malam hari, Davin turun kelantai bawah untuk menyantap makan malam. Setibanya dia tidak melihat Helen disana kemudian dia meminta menghampiri bibi dan berkata, "Panggil Nona untuk makan malam," perintahnya.Alih-alih menjalankan perintah Davin, bibi malah diam dengan raut wajah ragu seperti ada ingin dia katakan, "Tuan ... itu ... Sebenarnya Nona---""Aku tidak makan dirumah," ucap Helena yang tiba-tiba muncul dengan gaun yang sangat cantik dan riasan wajah cantik membuat Davin terpesona seketika saat melihatnya. Ditentengnya tas kecil sembari berjalan anggun dengan sepatu heelsnya.Davin menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu bertanya, "Kemana kau akan pergi?" Helen sedikit mengabaikan pertanyaan Davin yang diajukan untuknya, dia berjalan pergi, "Aku ada makan malam bareng atasan, jadi tidak makan dirumah. Tidak pulang larut malam juga kok," ucap Helen kemudian pergi begitu saja.Gaun cantik yang sedikit terbuka membuat Davin se
last updateLast Updated : 2021-10-21
Read more
Pria dengan mulut wanita
Satu jam kemudian mereka sampai di rumah, Davin menggendong Helen yang tertidur dan membawanya ke kamar. Dibaringkannya tubuh ringan Helen, Davin menatap Helen cukup lama pada wajah yang sudah kehilangan senyumnya saat bersama dengannya."Helen ... Andai peristiwa itu tidak pernah terjadi, kita mungkin tidak akan seperti ini. Tidak akan saling menyakiti," ucapnya pada Helen yang tengah tertidur. Tak lama Davin menaruh tangannya di kepala Helen, kemudian mengelusnya lembut, "Tapi hal itu juga tidak luput kesalahanku, Helen maafkan aku," tambahnya.Malam berlalu, Davin menemani Helen tertidur. Sebenarnya dia sendiri tidak bisa memahami perasaannya pada Helen. Jika mengatakan Davin mencintai Helen itu sangat naif, faktanya Davin menikahi Helen hanya karna rasa bersalah atas peristiwa 5 tahun lalu yang telah menimpa Helen.Sesuatu yang sangat ia simpan rapat-rapat dan menyembunyikannya dari Helen. Bersyukur Helen mengalami amnesia sejak saat itu, jika tidak, entah s
last updateLast Updated : 2021-10-21
Read more
Kelinci yang tidak patuh
Dengan menggunakan segala cara dan juga bujukan, Helen akhirnya lolos dari hukuman dan omelan sang Boss, disayangnya dia harus merelakan bekal makan siangnya, "Ah bekal makan siangku ... Huhuhu ...," gumamnya dalam hati sembari menemani Ken menyantap sarapannya.Meski lolos dari hukuman berat, Ken tetap menyuruh Helen untuk berdiri di dekat pintu sebagai peringatan untuknya. Tak butuh waktu lama, Ken menyikat habis makan siang milik Helen tersebut, "Lumayan," ucap Ken sambil menyeka bibirnya menggunakan tisu. "Ja-jadi ... Apa saya sudah bisa duduk sekarang?" tanya Helen."Tidak, belum. Kemarilah." pintanya, Helen tidak tahu apa yang dia inginkan namun dia memilih untuk mematuhinya dan mulai berjalan menghampirinya. Entah apa yang sedang Ken pikirkan didalam kepalanya dengan senyum menyeringainya itu, menanti kedatangan Helen.Merasa ada yang tidak beres dan mencurigakan dari sikap Ken, Helen menghentikan langkahnya untuk berjaga-jaga. Seekor kelinci
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more
Melupakan sesuatu
"Tch ... Dasar pria mesum, mencari kesempatan dalam kesempitan," gerutu Helen saat keluar dari ruangan Direktur saat jam pulang tiba. Dia menggerutu soal Ken yang dengan semena-mena menciumnya.Untuk meminta maaf Ken menawarkan tumpangan untuknya namun Helen menolak, yang membuatnya berjalan dengan tergesa karna tidak ingin jika Ken sampai menyusul.Sampai didepan lift Helen pun berdiri menunggu pintu lift terbuka, sementara itu dia berpapasan dengan Sekretaris Dio yang datang dengan tergesa dan wajah yang panik. Helen tidak sempat menyapanya.Dan tak lama sekretaris Dio masuk ke ruangan Direktur, "Tuan Ken, ada apa?" tanya sekretaris Dio."Dio, cari informasi tentang orang tua dan juga saudara laki-laki Helen di negara J, selengkap mungkin. Bila perlu, utus seseorang untuk menyelidikinya langsung. Lalu ... Kelompok mafia Lordi itu, taruh mata-mata kita disana," ucap Ken pada Sekretaris Dio."Baik, Tuan," balas Dio kemudian berlalu pergi.Ke
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status