Share

Cemburu?

Author: LV Edelweiss
last update Huling Na-update: 2025-10-28 20:21:56
Mendengar pertanyaan Arumi, Langit diam sejenak. Ia lalu melepas bingkai tangannya dari wajah sang istri dan kembali berjalan ke arah meja kerja.

Arumi masih mematung. Diam dan hanya menunggu Langit untuk berbicara. Pertanyaan yang ia ajukan, harus suaminya jawab. Sebab Arumi tak mau hanya dijadikan sebagai kekasih cadangan. Di mana ketika nanti Andini kembali, maka ia akan dibuang. Tidak adil bukan?

"Saya akan beritahu Mama kamu, kalau dia sudah menampakkan diri."

"Beri tahu apa Om?"

"Beri tahu kalau kita ini sudah menikah resmi."

"Gimana kalau Mama marah sama Om? Atau Marah sama Arum? Arumi nggak mau kecewakan Mama, Om. Biar bagaimanapun, Mama tetap Mamanya Arum. Apalagi, selama ini Mama keliatan cinta banget sama Om Langit." Arumi sedikit menunduk pilu. Dengan jari-jari tangan yang saling bertemu.

Langit menoleh ke arah Arumi. Dan dapat ia lihat betapa istrinya itu sangat menghormati ibunya. Walau Arumi sudah mengorbankan masa depannya akibat ulah Andini, tapi tak terb
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Masih Perkara Mimpi

    Seperti soal matematika yang rumit, Langit begitu sulit untuk menjawab pertanyaan Arumi. Hanya jari-jari tangannya yang mengepal dalam kebisuan. Tempat tidur itu, yang biasanya menjadi pelabuhan rasa aman bagi mereka, kini terasa seperti lapangan ranjau yang siap meledak. “Kenapa kamu bertanya seperti itu, Arumi?” tak menjawab, Langit justru melempar pertanyaan lain. “Arum cuma mau Om Langit jujur sama Arum. Kayak Om minta Arum buat jujur sama Om. Tolong, kalau Om tau sesuatu tentang Mama, kasih tau Arumi.” Tatapan Arumi penuh tuntutan dan pengharapan. Yang semakin membuat Langit menjadi begitu merasa bersalah dan tak tenang hati. “Om … please ….” Tangannya kini sudah berada pada punggung tangan Langit. Merengek seperti anak kecil yang sedang minta uang jajan pada ayahnya. “Masih pukul empat Arumi, sebaiknya kamu lanjut tidur, ya? Besok kita bicarakan lagi.” Langit menyentuh kedua lengan Arumi. Niatnya ingin membaringkan kembali tubuh istrinya, tapi justru penolakan yang ia dap

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Mimpi Buruk Itu ...

    Udara serasa membeku, dan waktu terpilin menjadi sebatang jarum yang menghujam tepat di ulu hati. Suara desahan yang tercekat itu, seolah mengoyak setiap janji suci dan memusnahkan fondasi kepercayaan yang selama ini ia bangun. Berusaha untuk tidak percaya, tapi penampakan di depan mata terlalu nyata untuk diabaikan. Kedua tangannya mengepal di samping paha. Bukan karena marah, tapi lebih kepada menahan rasa sakit yang kentara. “Om Langit …?” lirihnya pelan, nyaris tenggelam oleh suara detak jarum jam di dinding kamar. Langit yang tampak tengah bergerak maju mundur di atas Andini, mendadak berhenti dan menoleh. Anehnya, tak ada ekspresi nanap yang ia tunjukkan. Semuanya tampak datar dan biasa saja. “Om Langit, a—apa ini?” tanya Arumi terbata. Suaranya benar-benar seperti tertahan di tenggorokannya. Seperti ada sesuatu yang mencekik lehernya. “Yah … seperti yang kamu lihat,” jawab Langit terlalu biasa. “I—iya … Arumi tahu apa yang sedang Om Langit lakukan, tapi … kenapa?”

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Rahasia Di Antara Kita

    Arumi menelan ludah berat. Peringatan Langit barusan seperti tiupan terompet kematian. Yang membuat bulu kuduknya berdiri dan merinding. Ia hanya berharap, dengan segenap kekuatan, bahwa getaran halus pada suara dan tangannya tidak sampai tertangkap. "Ya, Om. Arum nggak akan pernah bohongi Om Langit." "Janji?" tanya Langit lagi. "Ja—janji, Om." Langit tersenyum. "Bagus," ucapnya seraya mengusap pucuk kepala Arumi. "Sekarang kita tidur ya? Sudah mau pukul dua belas." "Ya, Om." Arumi lekas berbalik dan jalan ke arah kamar. Namun entah mengapa, sepanjang jalan menuju kamar, perasaan tidak tenang sama sekali. Seperti ada sesuatu yang tertahan di dadanya. Sesuatu yang ingin ia ungkapkan tapi bibirnya terasa berat untuk digerakkan. Hingga mereka tiba di kamar. Langit pun langsung mengajak Arumi untuk menyikat gigi berdua. Setelah itu, lanjut membaringkan tubuh di ranjang. "Arumi ...," lirih Langit. "Ya Om." "Tidak ada apapun yang kamu sembunyikan dari saya, kan?" ti

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Mulai Over Protective

    "Nonton," jawab Langit. "Nggak, Om. Mendadak ngantuk. Capek juga." "Oh, ya sudah. Kamu tidur saja ya." Langit bangkit dan segera berlalu keluar kamar. Entah apa yang akan dia lakukan. Namun sikapnya itu berhasil memancing kembali rasa penasaran Arumi. Dari balik selimut, dua bola mata indah itu tampak bergerak ke kiri dan ke kanan secara bergantian. Tak lama, bedcover pun tersingkap. Arumi bangkit dan langsung turun dari atas ranjang. 'Om Langit mau ke mana sih?' tanya Arumi dalam hati. Dia langsung berjalan, mengendap-endap seperti maling. Segera menarik handle pintu secara perlahan. Lalu melangkah keluar kamar dengan hati-hati. Dari arah pintu kamar, Arumi langsung menuju ruang tengah. Namun ternyata Langit tidak ada di sana. Terpaksa, ia pun kembali mengayun langkah menuju ke ruang tamu. Akan tetapi, tiba di sana, Langit juga tak ada. Pria dewasa itu benar-benar hilang seperti hantu. Padahal keluar kamar baru beberapa detik. Dan, di saat Arumi sedang mencari

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Mulai Kecanduan

    Langit bergeming. Dengan mata mereka yang saling mengunci. Seolah memutus semua urusan dunia luar. Dalam diam yang penuh makna itu, ia dapat membaca seluruh hasrat istrinya. Bukan sekadar kepuasan, melainkan rasa rindu yang berulang. "Kamu mau lagi?" tanya Langit. Ia tak mau kalau sampai salah dalam mendengar. Sebab ini bukan sekedar kepuasan semata, tapi harus ada kerelaan antar kedua belah pihak. "Eum ... mau nonton lagi, maksudnya." Langit tergelak. Ternyata apa yang ia pikirkan salah telak. Arumi bukan meminta mereka untuk kembali beradegan ranjang, melainkan kembali ke ruang nonton. "Kok Om ketawa, sih? Mang ada yang lucu ya sama permintaan Arum?" "Tidak. Saya pikir tadi kamu minta apa. Saya salah paham ternyata," jelas Langit. Sisa tawa tadi masih terlihat di wajah tampannya. "Emangnya, Om mikir apa?" tanya Arumi. Kedua tangannya sudah mulai menjelajah ke mana-mana. Jemarinya yang lembut mulai memainkan garis rahang yang tegas dan simetris itu. Lalu turun ke bahu

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Om, Mau Lagi ....

    "Ini kartu ATM saya. Semua gaji, service, dan uang lainnya dari bisnis sampingan saya, dikirim setiap bulan ke sini. Kamu boleh pakai untuk kebutuhan rumah, gaji Mbok Jum, biaya kuliah dan kebutuhan pribadi kamu," jelas Langit. Kata-katanya begitu lugas. Tak ada yang terdengar dipaksa ataupun terpaksa. Arumi mematung sejenak. Tak menyangka jika Langit akan memberikannya sesuatu, yang sebenarnya, tidak pernah ia bayangkan apalagi harapkan untuk suaminya berikan. Sudah dibiayai kuliah dan tinggal di rumah dengan fasilitas mewah saja ia sudah bersyukur. Benar-benar tidak meminta yang lebih lagi. "Om ... apa ini nggak berlebihan? Arum—" "Tidak Arumi. Tidak ada yang berlebihan untuk seorang istri. Saya sudah menikahi kamu, artinya semua yang saya miliki, adalah milikmu juga. Termasuk masalah finansial. Lagi pula, sejak dulu saya selalu berencana. Jika suatu hari nanti saya menikah, maka saya mau semua kebutuhan rumah termasuk kebutuhan saya, diatur oleh istrinya saya sendiri. Jadi .

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status