Home / Romansa / Pesona Duda Keren / 19. Surat Talak Dari Ahem

Share

19. Surat Talak Dari Ahem

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2021-09-05 19:18:35

     Armand selalu menjadi Sengkuni dalan keluarga Abidin. Tak henti-hentinya menghasut ke sana-sini.

     Sore itu Abidin bermain bola dengan kedua cucunya yang baru bisa berjalan, di halaman belakang. Mereka tampak bahagia, Titin sedang mengamati sambil tertawa.

    "Tiffa, andai saja kamu tahu betapa lucu dan menggemaskannya anakmu, kamu pasti bahagia dan bangga," gumamnya dalam hati.

    "Sore, Mbak?" sapa Armand.

    "Selamat sore, Armand," jawab Titin.

    "Mana Mas Abidin, Mbak?" 

    "Itu lagi main sama cucunya," jawab Titin sambil menunjuk ke arah Abidin.

     Armand bergegas menghampiri Abidin di taman belakang rumah.

   "Lagi olah raga, Mas?" tanya Armand yang mendekati Abidin.

    "Iya Armand, ini momong cucuku," ujarnya sambil tertawa kecil sambil melempar bola ke arah Arjun.

    "Suster, awasi anak-anak jangan sampai jatuh!" lanjutnya berpesan kepada suster.

    Kemudian dia duduk di bangku taman bersama Armand. Tak lama dua cangkir kopi datang dibawa oleh Titin.

    "Armand, kopinya diminum!" Titin mempersilahkannya.

    "Terima kasih, Mbak Titin, jadi merepotkan," basa-basi nya.

     Abidin mengajak Armand duduk santai dan ngopi di bangku taman. 

    "Mas Abidin, kelihatannya sayang sekali sama cucu-cucunya ya?" tanyanya sambil menyeruput kopinya di cangkir.

    "Iya Armand, aku sangat menyayangi mereka. Ternyata benar kata orang, sayangnya kepada cucu melebihi sayangnya kepada anak sendiri." Abidin berkata dengan bahagianya dengan senyum lebar menatap kedua cucunya yang berjalan tertatih-tatih. Pandangannya penuh cinta yang teramat dalam.

     Arman menatap dengan cemburu dan khawatir.

    "Kehadiran dua bocah ini membahayakan kedudukan Virgo dan anak-anaknya nanti. Seluruh harta Abidin dan Titin akan jatuh kepada mereka," Arman berpikir licik.

    Hubungan Titin dengan Ahem berangsur membaik. Sekalipun Tiffara belum sadar dari koma tapi setiap hari Ahem selalu VC untuk menyapa dan memberi semangat.

    "Mas Abidin, aku tahu Mas Abidin sangat sayang  sama cucu, tapi bagaimana dengan menantumu? Apakah kamu tidak ingin punya menantu yang sempurna sebagai ibunya Arjun dan Ruhi? Sampai kapan Mas Abidin akan mengurusi bangkai hidup yang tak berguna itu?" tanya Armand menohok.

    "Aku sih terserah Ahem, Arman. Apalagi Titin sudah terlanjur sayang kepada Tiffa," jawab Abidin.

    "Kamu harus membantu mereka menata hidupnya kembali. Ahem orang berpendidikan luar negeri, calon pewaris perusahaan besar. Masak beristrikan bangkai hidup yang tak berguna. Anak dari keluarga yang biasa-biasa saja dan tidak pendidikan tinggi. Dulu aku mendengar setelah melahirkan mereka akan bercerai, kenapa belum juga bercerai? Anak mereka bahkan sudah satu tahun lebih.' Arman mengingatkan.

    "Coba nanti aku tanyakan pada Ahem, harusnya  dengan keadaan istrinya seperti itu justru secepatnya dia memulangkan kepada kakaknya. Biarkan dia diurus kakaknya, bukannya kita yang mengurusnya" ujar Abidin berpikir.

    "Mas, ibarat rumah yang rapuh kenapa tidak secepatnya kita robohkan sekalian. Secepatnya kita bangun kembali dengan pondasi yang lebih kokoh dan kuat. Tidak ada yang diharapkan dari dia Kak, dia cuma benalu yang bikin malu. Masak sih istri seorang Direktor muda yang kaya raya beristrikan gadis biasa, yang mati tidak ... hidup juga tidak." Armand mengejek bermaksut menggoyahkan pikiran Abidin.

    "Benar apa kata kamu, Armand," gumam lirih Abidin.

    "Kalau kakaknya tidak mau menerima dia, suntik mati aja dia, Mas! Tapi jangan ada yang tahu, Mbak Titin, Ahem juga Virgo pasti tidak setuju," usul Armand.

    "Apa? Tidak Arman, itu sadis. Aku yakin Bagas pasti akan menerima dia. Dia juga hampir setiap hari telepon menanyakan adiknya. Dia sangat menyayangi adiknya. Nanti aku akan bicara sama Bagas," ujar Abidin.

    "Secepatnya Mas, tapi sebelumnya ceraikan dulu dia. Sehingga dia keluar rumah sudah keadaan bukan istri Ahem lagi. Bukankah mereka menikah karena ingin status anak-anaknya agar sah. Sekarang anak mereka sudah besar, sudah waktunya mereka bercerai. Dia tidak pantas untuk Ahem, Mas." Arman terus memanasinya.

    "Betul apa kata kamu, Arman," jawab Abidin dengan tegas.

    Arman tersenyum licik penuh kemenangan. Dalam hati dia bersorak kegirangan. Karena dia berhasil memprovokasi Abidin. Dan Abidin yang dari awal tidak senang dengan pernikahan Ahem dengan Tiffara, seolah mendapat angin segar. Karena ada orang yang akan membantunya memuluskan rencananya.

    Dret ...

    Dret ...

    Dret ...

    Ponsel  Abidin berdering, Dian melirik layar ponselnya ternyata Ahem yang sedang menghubungi video. Tahu kalau Ahem yang video call, Armand segera pamit pergi.

    "Iya, Ahem?" sapanya setelah VC diangkatnya.

    "Papa lagi di taman belakang ya?" tanya Ahem.

    "Iya, bermain tuh sama anak-anak kamu," jawab Abidin.

    "Oh ya? Mana anak-anak ku, Pa?" tanya Ahem.

    "Arjun, Ruhi ...nih papa kalian telepon!" teriak Abidin.

    Arjun dan Ruhi yang dalam gendongan baby sitter menghampiri Abidin,

    "Halo sayangku Arjun, apa kabar?" tanya Ahem sambil melambaikan tangannya.

    "Papa," celoteh Arjun. 

    "Sayang anak papa yang ganteng, udah makan belum?"

    "Papa ...!" sahut Ruhi berteriak. Dan Abidin segera mengarahkan video ganti  ke arah Ruhi.

    "Ruhi sayang ...!" jawab Ahem berteriak juga sambil melambaikan tangannya.

    "Anak Papa yang ganteng dan cantik, mama mana?" tanya Ahem basa-basi.

    "Mama ... Mama .. Mama!" celoteh Arjun dan Ruhi.

    "Kalian memggemaskan, Papa kangen kalian berdua dan Mama," ujar Ahem terbawa perasaan.

    Ahem menatap wajah kedua anaknya dengan haru, matanya berkaca-kaca.

    "Kasihan kalian berdua hidup tanpa kasih sayang Mama dan Papa. Karena Papa, mama kalian tidur lama tidak mau bangun. Dan entah kenapa, Papa kalian tetap di sini, apa sebenarnya yang Papamu cari? Maafkan Papa ya sayang!" keluh Ahem sedih.

    "Papa ...!" Ganti Arjun yang berteiak ingin menatap Ahem.

    "Iya Arjun sayang!" seru Ahem. "Papa kangen sayang, Papa ingin memeluk kalian berdua!" rintih Ahem.

    Tiba-tiba Abidin mengarahkan videonya kearah dia. Sambil dia berkata,

    "Sus, bawa anak-anak masuk, aku mau bicara sama Papanya.

    "Papa ...!" Teriak Arjun kecewa dan disusul juga Ruhi berteriak menangis dan merengek.

    Tapi kedua suster itu memaksa mengajak keduanya masuk. Arjun dan Ruhi merengek berteriak.

    "Papa ...!"

    Ahem semakin terbawa perasaannya, rasa sedih dan haru. Panggilan papa membuat hatinya tergetar. Ada perasaan aneh yang menjalar menguasai relung hatinya.

    "Ahem, Papa ingin bicara denganmu," kata Abidin sambil menatap layar kamera video ponselnya.

    "Bicara apa, Pa?" tanya Ahem penasaran. 

    "Kemarin Bagas telepon ke Papa. Dia menagih janji kepada Papa," katanya berbohong.

    "Janji apa, Pa? sahut Ahem penasaran.

    "Dulu kamu bilang setelah Tiffa melahirkan kalian akan bercerai. Kini dia minta kamu secepatnya menceraikan Tiffa. Dia akan membawa Tiffa pergi dari rumah kita. Bagas bilang akan mencarikan dokter terbaik di luar negeri." Abidin berkata masih dengan berbohong.

    "Pa, masak iya Tiffa keadaan koma saya harus menceraikannya? Aku tidak bisa berbuat sekejam itu, Pa!" jawab Ahem memekik.

    "Kenapa tidak bisa, Ahem? Pernikahan hanya akan membuatnya selalu terluka oleh keegoisan kamu. Apa kamu kira Tiffa bahagia dengan pernikahannya? Kamu selalu melukainya .. Bagas mengharap kamu melepaskan nya secepatnya." Abidin makin berbohong.

    "Tiffa? Apa mungkin dia mengharapkan perpisahan ini, Pa?" gumam Ahem bersedih.

    "Tentu Ahem, kalian tidak saling mencintai ... apa yang kamu harapkan dari pernikahan yang tidak sehat ini? Biar pengacara yang mengurus prosesnya, kamu terima jadi ya? Nanti saat kamu mengucap Talaq di pengadilan, bisa dilakukan lewat video call." Abidin menjelaskannya.

    "Tapi Pa, aku berjanji pada Tiffa bahwa apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskan Tiffa." Ahem memekik.

    Tapi justru itu yang menyakitinya!" sahut Abidin.

    Ahem sejenak melamun, selama ini memang dia selalu menyakitinya. Bagaimana bisa justru ikatan itu yang selalu melukainya?

   "Iya Pa, kalau itu maunya Bagas, aku bisa apa? Dia bukan saja sebagai kakak, tapi dia adalah ayah bagi Tiffa." Ahem dengan sedih dia menyetujuinya.

    Padahal itu semua hanyalah rekayasa Abidin yang mulai terhasut bujukan Armand.

     ***

    Semua urusan perceraian ditangani pengacara terkondang. Tanpa kendala apa pun semua serba lancar bahkan Titin dan Virgo tidak mengetahuinya. Abidin dan Armand bekerja sangat hati-hati dan rapi.

    Ini sidang terakhir saat pengadilan memakzulkan permohonan Talaq dari Ahem. Dia menjatuhkan Talaq lewat video call di tengah-tengah ruang sidang. Dan jatuhlah Talaq satu, tanpa dihadiri termohon ataupun pengcaranya. Justru karena tidak ada keluarga termohon yang hadir membuat sidang sangat lancar.

    Kini Ahem resmi menjadi seorang duda muda, apalagi Tiffa, seorang janda muda belia.

Bagaimana kalau Bagas mengetahui nasib adiknya yang tergolek tak berdaya, justru Ahem menceraikannya?

     Bersambung ...

    

     

   

    

     

    

..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Duda Keren   52. Arti Sebuah Pengorbanan

    "Ikut aku!" ajak Ahem tiba-tiba."Kemana?" tanya Tiffara penasaran.Ahem tidak menjawab, dia berjalan menuju mobilnya. Tiffara terpaksa mengikuti tanpa banyak bertanya. Para mahasiswa tertegun menatapnya."Masuk!" perintah Ahem singkat."Apa dia yang terpilih?" teriak seorang mahasiswi."Apa benar?" yang lain menimpali.Ahem membukakan pintu dan meminta Tiffara masuk. Tak lama kemudian mobil pun melaju kencang.Dret ... dret ... dret! Ponsel Tiffara berdering, Virgo yang menelepon. Ini saatnya Tiffara membalas Ahem, dia telah membuat hati Tiffara tercekam cemburu karena biro jodoh yang dia buka."Kak Virgo?" sapanya manja."Tiffara, lagi dimana nih?" tanyanya lembut."Lagi jalan, Kak Virgo. Kakak sendiri lagi ngapain?" "Aku lagi suntuk, aku butuh teman ngobrol, Tiffa," kata Virgo sedih."Lagi mikirin apa? Boleh berbagi sama aku, udah makan belum? Apa kita ketemu makan malam saja," Tiffara dengan lembut menawarkannya.Ciiiit!Spontan Ahem menginjak rem dan berhenti. Ternyata sikap gen

  • Pesona Duda Keren   51. Masuk Biro Jodoh

    "Akulah yang pertama jatuh cinta padamu, Tiffa. Dan kamu malah menikah dengan Ahem adikku yang belum kamu kenal sebelumnya. Dan selama menikah pun kamu tidak pernah bahagia, tapi anehnya aku tidak bisa masuk diantara kalian," kata Virgo sedih."Maafkan aku Kak Virgo, yang belum bisa membalas cintamu," jawab Tiffara sedih."Aku tidak akan pernah memaksa perasaanmu, tapi setidaknya kamu mau percaya padaku bahwa aku sangat mencintaimu," Virgo meyakinkan."Duh, kok malah curhat di depanku sih," gerutu Ahem dalam hati.Dret ... dret ... dret! Ponsel Virgo berdering, Diva yang sedang menelepon."Aku keluar dulu, Tiffa!" pamit Virgo."Papa Virgo mau kemana?" tanya kedua bocah kecil itu bersamaan."Papa keluar sebentar, Sayang! Nanti kembali lagi," janji Virgo.Dia segera keluar ruangan dan mengangkat telepon dari Diva."Dimana kamu?" tanya Virgo kasar. Dia berpapasan dengan Bagas tapi Virgo tidak menyadarinya. Sontak membuat Bagas penasaran dan berpikiran ingin membuntutinya dan menguping.

  • Pesona Duda Keren   50. Cinta yang Menyakitkan

    Tiffara mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia berbaring di ranjang rumah sakit. Sebentar dia mengingat-ingat apa yang terjadi. Sontak dia bangun dan hendak turun dari tempat tidur tapi tiba-tiba perutnya mual dan pusing-pusing. Akhirnya kembali dia roboh di tempat tidur. "Tiffa, istirahatlah dulu! Kamu masih terkena pengaruh racun ular," gumam Bagas yang baru saja masuk ruangan. Bagas membantu membaringkan tubuh Tiffara kemudian memeriksa keningnya apakah masih demam ataukah sudah membaik. "Syukurlah kamu sudah membaik, Tiffa," gumam Bagas lega. "Bagaimana keadaan anak-anak dan Kak Ahem, Mas?" tanya Tiffara khawatir. "Anak-anak sudah baik-baik saja, Tiffa. Jangan khawatir!" hibur Bagas. "Gimana dengan Kak Ahem?" tanya Tiffara masih khawatir. "Kenapa kamu mengkhawatirkan dia? Dia kan bukan apa-apa kamu?" tanya Bagas menggoda. "Dia kan papa dari kedua anakku, Mas. Dia juga dosenku, apakah salah kalau aku mengkhawatirkannya?" jawab Tiffara tersipu malu. "Ooo jadi seorang

  • Pesona Duda Keren   49. Mimpi Menjadi Nyata

    Karena jaraknya tidak jauh Bagas dan Tiffara sudah sampai di rumah Ahem. Pintu pagar juga masih tertutup rapat. Dua satpam menjaga dengan aman pintu gerbang, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar masuk lewat pintu. Apa itu artinya mereka pelakunya orang dalam sendiri. Din ... din ... din! Klakson mobil dibunyikan, Bagas dan Tiffara telah sampai dan satpam berlari membukakan pintu. Satu-satunya akses untuk keluar masuk rumah itu. "Ada apa, Pak?" tanya Bagas saat turun dari mobil. "Ada penyusup, Mas. Kenapa kamu masih di sini tidak mencari atau mengejarnya?" ketus Bagas. "Bos Ahem yang minta kami berdua harus jaga ketat pintu keluar," jawab salah satu satpam. "Dua bodyguard sudah berusaha mengejarnya,' lanjutnya. Tiffara bergegas berlari menuju rumah, sebelum kaki melangkah masuk dia melihat sekilas bayangan di semak-semak rerimbunan tanaman bunga. Sontak dia berhenti dan berbalik arah. "Mas Bagas, itu dia!" teriak Tiffara. Sontak sosok yang bersembunyi itu pun segera berlari t

  • Pesona Duda Keren   48. Firasat Lewat Mimpi

    Kini acara pertunangan telah selesai. Tiffara diam-diam mengawasi Ahem, apakah benar tidak ada luka di hatinya. Sebelum Tiffara hadir dalam hidupnya, Ahem dan Diva adalah sepasang kekasih. Rasanya tidak mungkin tidak ada luka di hatinya, apakah dia menutupinya? Tiffara sambil memegang foto yang dia temukan di lemari Ahem, dia terus mengingat-ingat. "Ada apa denganmu, Tiffa?" tanya Bagas. "Mas, kemarin Mbak Diva tunangan sama Kak Virgo," ujarku. "Sama Virgo? Iyakah? Hati-hati Tiffa, dia ular! Jaga anak-anakmu!" pesan Bagas. "Sebenarnya Kak Ahem meminta aku untuk tidur di sana agar bisa fokus mengawasi anak-anak. Tapi aku masih minta waktu berpikir, Mas," ungkap Tiffara. "Kenapa harus berpikir, Tiffa? Demi anak-anakmu ke sampingkan egomu, Tiffa," pesan Bagas. "Jangan sampai kamu menyesal," lanjutnya sedih. Tiffa mulai berpikir serius dengan apa yang baru dikatakan Bagas. Selama ini dia belum berpikir sejauh itu. "Ma

  • Pesona Duda Keren   47. Pertunangan Virgo dan Diva

    Tak berselang lama Ahem masuk ke kamarnya. Saat itu Tiffara sedang berdiri di depan pintu akan keluar kamar. Ahem terperanjat, melihat Tiffara yang tampil cantik sekali. Ahem berjalan mendekati Tiffa sehingga membuatnya terdesak mundur. "Apa yang kamu lakukan?" ketus Tiffa. "Aku akan memperkosa kamu lagi," kata Ahem terus menggoda. "Hiks ... hiks ... hiks, silakan! Emang Dede'nya bisa bangun?" balas Tiffa menggoda diiringi tawanya. "Boleh kita coba, kamu akan menjadi kelinci percobaanku," desaknya sambil terus memepet Tiffa sampai terhimpit antara dinding dan tubuh Ahem. "Kak Ahemmmm!" pekik Tiffara sambil memejamkan mata. Tak sadar kedua tangan Tiffara mencengkeram pinggang Ahem membuatnya semakin terbakar birahinya. Bibir sexinya melumat lembut bibir Tiffara. Membuat cengkeraman itu semakin kuat bahkan tak sadar tangan Tiffara melingkar kuat di pinggang Ahem membuat Ahem semakin terjebak dalam pagutannya. "Kak Ahem," desahnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status