Share

Ch. 2 Kenyataan Pahit

last update Last Updated: 2025-03-22 01:22:04

Ketika Asha membuka matanya kembali, ia sudah berada di kamar rawatnya. Asha segera ingat kalau ia sempat pingsan setelah melahirkan, tanpa melihat bayinya terlebih dahulu. 

Samar-samar Asha mencoba mengingat saat-saat sebelum ia tidak sadarkan diri. Ia merasakan betul, setelah ia mengejan sekuat tenaga, bayi itu berhasil keluar, namun ... kenapa Asha tidak mendengar suara tangis bayi pecah?

Hati Asha mendadak risau.

Suara pintu kamar yang terbuka membuat Asha langsung menoleh dan mendapati ibu mertuanya masuk. Ekspresi wanita paruh baya itu mengeras saat melihat Asha.

“Bu di mana anak aku?” tanya Asha lirih.

“Anak? Kamu masih bisa menanyakan di mana anak kamu?” Bukan jawaban yang diterima Asha, ia malah bentakan dan lemparan sorot mata tajam dari ibu mertuanya. “Perempuan gagal!”

“Bu?” Asha tidak mengerti. 

Apa yang terjadi? Kenapa perempuan itu nampak marah sekali?

Bukankah Asha sudah melahirkan normal seperti yang beliau inginkan?

Tanpa Asha duga, Darmi kemudian menghampiri Asya dan menjambak rambut wanita itu hingga Asha terhuyung jatuh dari tempat tidur pasien.

Wanita itu sontak memekik, merasakan rasa nyeri di organ intimnya makin tak tertahankan.

Tidak hanya itu, perbuatan Darmi membuat jarum infus Asha tercabut, otomatis darah Asha berceceran di lantai. Perempuan yang baru saja melahirkan itu berusaha meloloskan diri dari cekalan ibu mertuanya.

“I-Ibu–”

“Kamu benar-benar perempuan tidak tahu diuntung! Apa sih susahnya melahirkan? Begini saja kamu tidak becus! Seandainya putraku tidak menikahi kamu, cucuku tidak akan mati!” teriak Darmi membuat tubuh Asha lemas seketika.

Mati? Anak yang baru saja ia lahirkan sudah meninggal?

“Bu! Sudah, ini di rumah sakit! Malu dilihat orang.” Suara Dimas tiba-tiba terdengar. Pria yang sepertinya baru saja masuk itu sekuat tenaga menarik sang ibu dari Asha, sembari matanya bergerak gelisah ke sana kemari, khawatir kalau-kalau ia akan ditegur wali pasien lain atau suster di sana. 

Sementara Asha masih tidak memercayai pendengarannya dan jatuh terduduk di atas lantai.

Anaknya meninggal?

"Urus tuh perempuan pembawa sial, ibu nggak sudi!" ucap Darmi. Ia menyambar tasnya yang ada di kursi dan melangkah keluar kemudian. 

“Anak kita nggak meninggal, kan, Mas?” tanya Asha yang berharap kejadian buruk itu tidak terjadi. “Ibu salah, kan?”

Namun, bukannya memeluk Asha yang masih lemas dan kondisinya memprihatinkan, Dimas malah hanya diam berdiri di tempatnya sembari menatap lurus ke arah Asha, sama sekali tidak berniat membantu istrinya itu berdiri.

“Anak kita nggak akan meninggal kalau kamu becus melahirkan, Sha.” jawab Dimas dingin.

Hati Asha mencelos. "Ja-jadi benar? Anak kita meninggal?"  

"Iya, gara-gara kamu!” sergah Dimas kasar. “Bisa nggak sih kamu bener ngelakuin sesuatu, sekali ini saja, Sha!" 

Asha mulai terisak. Anaknya … anak yang dikandungnya selama 9 bulan ….

Proses persalinannya dua hari ini langsung membayang di kepalanya. Bagaimana saat kontraksi pertama datang, hingga ia rasakan lebih sering. Tentang rasa sakitnya, juga dengan penolakan-penolakan ibu mertua dan suaminya.

"Tapi aku udah ikutin semua mau kamu dan Ibu, Mas,” ucap Asha lirih. “Kamu selalu bilang kalau Ibu tahu yang paling baik soal melahir–”

“Kamu mau menyalahkan Ibu!?” tukas Dimas, tidak terima. Wajahnya memerah marah. “Nggak usah bawa-bawa Ibu! Ibuku sudah baik mau bantu kamu. Kamunya saja yang ngeyel! Bukaan kamu macet sampai harus induksi itu karena kamu selama hamil malas, bener kata Ibu. Aku saja yang salah sudah terlalu memanjakan kamu!"

Air mata Asha banjir. Ada nyeri di dadanya akibat kata-kata dan tuduhan Dimas yang menusuk.

Asha setengah mati menahan mual dan muntah sampai tidak bisa makan, kepalanya sakit sampai tidak bisa turun dari kasur demi berjuang memberi Dimas keturunan.

Tapi sekarang Dimas mengatai dia malas? 

"Mas, mungkin memang tadi seharusnya aku operasi,” ucap Asha. “Dokter menjelaskan–"

"Oh, sekarang kamu nyalahin aku?" potong Dimas dengan nada ketus, suaranya sedikit lebih tinggi, membuat Asha sampai melonjak kaget. "Kamu yang nggak becus lahiran, sekarang malah nyalahin aku yang nggak setuju operasi!?"

Lidah Asha mendadak kelu. Dibanding rasa nyeri di organ intim dan punggung telapak tangannya, hati Asha beribu-ribu kali lebih sakit. 

Ia menatap sang suami yang menatapnya dengan pandangan jijik. Asha sama sekali tidak menemukan cinta yang dulu ada dalam mata Dimas saat pria itu memandangnya. Sang suami sudah menjadi sosok yang sama sekali tidak Asha kenali.

Dan Asha baru menyadarinya. 

Seketika Asha mengingat semua hinaan dan cacian yang pernah ia dengar. Wanita miskin, perempuan malas, manja, dan lain sebagainya. Semua itu Asha terima karena berpikir bahwa  ia bisa bertahan asalkan bersama Dimas dan anak mereka. Tekad Asha kuat sebagai istri dan ibu dalam pernikahan ini.

Tapi kini Asha sadar. Sebagai suami, Dimas melupakan tugasnya untuk melindungi Asha. Pria itu tidak pernah ada di pihak Asha ataupun membelanya. Bahkan satu kali pun. 

Dan kini ... setelah anaknya meninggal, Asha kehilangan alasan untuk bertahan.

“Aku mau kamu minta maaf ke Ibu setelah ini,” ucap Dimas kemudian. “Gara-gara kamu, Ibu tidak jadi dapat cucu. Aku kehilangan anak! Pokoknya kamu harus tanggung jawab, Sha.”

Asha membuang muka, mengatur napasnya yang mulai berat.

“... Kalau aku tidak mau?” gumam perempuan itu lirih.

Dimas tampak tidak percaya dengan pendengarannya. “Apa?” tanyanya.

“Bagaimana kalau aku tidak mau?” Asha kembali menatap Dimas. “Ibumu kehilangan cucu dan kamu kehilangan anak. Tapi aku juga, Mas. Apa kamu pikir, aku tidak merasa kehilangan? Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan. Aku yang berjuang melahirkannya. Aku yang–”

“Tapi kamu gagal! Bukannya introspeksi, kamu mau nyalahin orang?” potong Dimas. Matanya berkilat penuh amarah. “Kamulah yang tidak becus, Sha. Tidak ada gunanya sebagai perempuan!”

Asha kehilangan kata-kata. 

Pria ini sama sekali tidak bersimpati padanya.

“Kalau memang bagimu aku perempuan tidak ada gunanya, mungkin kamu bisa cari perempuan lain, Mas,” ucap Asha dengan getir. Wajahnya penuh air mata dan suaranya bergetar. Tapi ekspresinya tampak tegas. “Kita pisah saja.”

Mendengar itu, mata Dimas membelalak. Sorot amarah itu semakin berkobar. Tiba-tiba tangan pria itu terulur dan menjambak rambut Asha dengan cepat.

“Mas!” Asha sontak berteriak. Suaranya makin keras saat Dimas menarik rambutnya hingga tubuh Asha sedikit terangkat dari lantai yang sudah digenangi darah. “Sakit!”

“Coba ulang! Kamu bilang apa tadi?” tanya Dimas dingin.

Air mata Asha kembali turun. “A-aku mau cerai! Aku udah nggak mau hidup sama kamu!” ucap Asha sambil menahan sakit.

“HAH!”

Dimas menghempaskan Asha sampai ia kembali tersungkur di lantai. 

Ketika Asha bersusah payah hendak menjauh, Dimas kembali menarik rambut Asha dengan kasar, satu tangannya mencengkeram rahang Asha, menengadahkan wajah itu agar menatap ke dalam matanya.

“Kamu perempuan miskin tidak tahu diri! Sudah baik aku mau menikahimu dan menampungmu selama ini. Kamu sudah bikin mati anakku dan sekarang kamu mau pergi begitu saja!?”

“Bukan aku yang menolak tindakan–”

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Asha, tubuh Asha sampai kembali tersungkur. Pipi itu terasa begitu panas, ditambah rasa sakit di sudut bibir Asha. Ketika jemarinya mengusap sudut bibir, bisa Asha lihat ada bekas darah. 

Asha tersenyum getir, ia mengangkat wajah dan mendapati tangan Dimas kembali meraih rambutnya sementara tangan yang lainnya terayun.

Ia refleks menutup mata. 

Namun, tidak ada tamparan keras seperti yang ia duga.

“Apa ini cara memperlakukan istri Anda yang baru selesai melahirkan, Pak?”

Suara dalam yang terdengar dingin itu membuat Asha membuka mata dan melihat seorang pria tegap tengah mencekal tangan suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
PiMary
Ibu mertua dan suami g**a,pergi yg jauh Sha...
goodnovel comment avatar
@yantigothil
judul baru,cerita baru,, kayaknya keluar jalur lagi nih, ga seperti biasanya walau masih berhubungan dengan rumah sakit dan dokter, semangat kak, lanjut terus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 62 Kita Ini Apa?

    Asha menarik selimut, sudah seminggu lebih sejak Jonathan mendatanginya sampai sekarang, lelaki itu tidak ada tanda-tanda mengganggu Asha. Itu artinya Asha bisa tidur tanpa gangguan sampai lagi kecuali Sabrina terbangun dan merenggek minta susu. Baru saja Asha hendak memejamkan mata, dering ponsel miliknya membuat Asha melonjak saking terkejutnya. Dengan malas dan menggerutu, Asha bangkit. Siapa yang meneleponnya malam-malam begini? Begitu ponsel berada di tangan, seketika tubuh Asha membeku. Terlebih ketika membaca nama Jonathan ada di sana. Asha menghela napas panjang, baru saja dia merasa lega tidak harus melayani bosnya itu, eh sekarang lelaki itu sudah meneleponnya malam-malam begini. Dengan segera Asha mengangkat panggilan itu, meskipun sebenarnya tanpa harus bertanya, Asha sudah tahu apa mau duda anak satu ini. "Halo, Pak?" tanya Asha lirih, matanya melirik Sabrina yang masih pulas. "Bina udah tidur, kan?""Sudah, Pak. Ada apa?" tanya Asha basa-basi. "Saya yang kesana a

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 61 Galau

    "... Kenapa nggak kamu nikahin dia sekalian?"Jonathan mendengus, kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut Ferdi kembali terngiang di telinga. Jonathan menyandarkan tubuh ke kursi, memejamkan mata dan memunculkan visual Asha dalam otaknya. Ferdi benar, memang Asha berubah sekali dibanding pertama mereka bertemu dulu. Asha benar-benar bermetamorfosis dengan sempurna, Jonathan akui itu. Bahkan jujur, visual itulah yang membuat Jonathan lantas tergoda dan berakhir dengan hubungan terlarang yang mereka jalin sekarang ini. Bukan hanya visual Asha yang memanjakan mata Jonathan, tetapi nikmat tubuh itu yang membuat Jonathan kini hampir gila kalau tidak menyentuh tubuh itu dan menghisap semua madunya! Tapi untuk menikahi Asha ... Jonathan mendesah panjang, ia belum memikirkan sampai kesana! Terlebih tentang siapa Asha yang sebenarnya, asal-usul wanita itu belum juga berhasil Adit dapatkan info lengkapnya. Tangan Jonathan segera meraih ponsel, ia menekan nomor Adit, menunggu sampai k

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 60 Aman!

    "Ada apa, Sha?"Jonathan baru saja memarkirkan mobil, ia mengangkat panggilan itu lebih dulu, membiarkan mesin mobilnya masih menyala. "Bapak lupa kasih saya pil, Pak!" ujar suara itu dengan nada panik. "Astaga!"Jonathan mendesis, ia menepuk jidatnya sembari bersandar di jok mobil. Matanya terpejam, bayangan Reni yang terus menekannya tadi kembali terngiang. Bahkan karena ibunya itu, Jonathan sampai lupa memberikan morning after pil untuk Asha yang semalam puas ia gauli. "Biar saya beli saja ka--""Ambil di lemari pakaian saya, Sha. Ada di laci." potong Jonathan cepat. "Saya nggak berani, Pak." jawab suara itu lirih. "Kenapa nggak berani? Masuk saja. Tidak saya kunci." tegas Jonathan seketika kepalanya mendadak sakit. "Tapi nanti kalau ibu tanya gimana?" Jonathan menghela napas panjang, ia memejamkan mata sembari menghirup udara banyak-banyak. "Terserah nanti apa alasanmu, yang jelas barangnya ada di lemari pakaian saya, Sha." tegas Jonathan lagi. "Ba-baik kalau begitu, Pak.

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 59 Introgasi

    "Jo?"Reni melongok masuk, nampak kamar itu kosong dengan pintu kamar mandi tertutup. Seketika Reni lega, rupanya Jonathan sudah bangun dan bersiap kerja sekarang. Ia hendak kembali keluar kamar ketika matanya menangkap suatu hal yang aneh di dalam kamar Jonathan. Langkah kaki Reni masuk ke dalam, ia memperhatikan sekeliling sembari berpikir, kira-kira apa yang nampak aneh dari kamar Jonathan ini? Cukup lama Reni berpikir mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar sampai kemudian ia menemukan hal aneh yang dia maksud. Mata Reni tertuju pada nakas yang ada di samping ranjang. Bukankah di sana ada bingkai foto Jonatan dan Tania ketika maternity shoot beberapa bulan sebelum kejadian nahas itu terjadi? Lantas kemana sekarang benda itu berada? Apa jangan-jangan .... Reni mendekati nakas, tangannya terulur hendak menarik laci ketika suara itu tiba-tiba mengejutkannya. "Ma? Mama cari apa?"Reni menoleh, ia mengurungkan niat membuka laci itu. Nampak Jonathan menatapnya dengan tatapa

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 58 Sangat Nyaman, Sha! (21++)

    "Night, Cantikku!"Cup! Asha mengecup pipi itu penuh cinta. Wajah Sabrina makin menggemaskan ketika tengah tertidur seperti ini. Sabrina menatap wajah itu tanpa kedip, semakin lama Asha makin jatuh cinta pada bayi cantik yang ayahnya tempo lalu menggumulinya dengan penuh nafsu. Jemari Asha mengusap jejak ASI di sudut bibir, ia baru saja hendak pergi dari sana ketika suara pintu terbuka itu mendadak mengejutkan dirinya. Dalam remang cahaya lampu, Asha menangkap sosok bayangan itu. Dari siluetnya, Asha bisa tahu bahwa sosok itu adalah Jonathan. "Kenapa kamu nggak datang ke saya, Sha?" bisik suara itu yang langsung merengkuh tubuh Asha. "Pak ... ta-tapi ada ibu." ujar Asha memperingatkan. "I know, Sha! Tapi sumpah ... saya nggak kuat, Asha!" bisik Jonathan lirih tepat di telinganya. "Kalo ibu tahu nanti gimana, Pak?" mendadak Asha mengigil, ia begitu takut. "Dipikir nanti aja, yang penting sekarang ayo pindah ke depan."Asha menggeleng cepat. Ia benar-benar gugup dan takut. "Ken

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 57 Batal?

    Reni membelalak dengan gemas, ia tak melepaskan pandangan dari anak lelakinya itu. "Ada apa? Kamu kayak syok banget mama mau nginep, Jo?" tanya Reni penuh selidik. Jonathan tersentak, ia nampak salah tingkah. Jonathan mencoba menenangkan diri, tentu dia tidak mau mamanya curiga. "Nggak apa-apa, Ma. Tumben aja dadakan jam segini baru ke sini. Biasanya dari balik kerja juga udah sampai sini." gumam Jonathan sembari pura-pura biasa saja. "Tadi mama ada arisan, makanya baru sampai." raut wajah Reni sudah tidak menampakkan kecurigaan, membuat Jonathan menghela napas lega. "Pantes jam segini baru nongol. Papa ikut?" Jonathan berusaha sealami mungkin berakting. Ada rahasia besar yang tidak boleh mamanya tahu. Setidaknya untuk saat ini. "Nggak lah. Papamu besok ada rapat sama dekan dan rektor, seharian sibuk entah ngerjain apa. Mama nggak berani ganggu." Reni menoleh ke belakang, pintu di mana kamar Sabrina berada. "Mama nengokin Bina dulu, kamu cepet ganti baju sana!"Reni segera memb

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 56 Hadiah Kecil

    "Sha!"Asha hampir melonjak ketika tiba-tiba suara itu memanggilnya. Ia segera menoleh, mendapati Jonathan sudah muncul di depan pintu kamar. "I-iya, Pak? Ada apa?"Jantung Asha berdegup kencang, bayangan pergumulan mereka beberapa hari yang lalu berkelebat. Apakah kali ini Jonathan akan melakukan hal yang sama padanya? Atau ... Nampak lelaki itu melangkah masuk ke dalam kamar, membuat Asha membeku di tempatnya berdiri. Harus apa dia? Sorot lelaki itu nampak begitu tenang, Asha menelan ludah dengan susah payah, rasanya ia ingin pingsan, sampai kemudian Jonathan benar-benar berdiri di depan matanya dengan jarak cukup dekat. "Saya nunggu kamu dari kemarin, tapi kamu nggak ada juga jawabannya, Sha!" ucap lelaki itu lalu dengan tiba-tiba meraih bahu Asha dan membalikkan badannya. "Saya nggak suka nunggu, jadi saya putuskan buat beliin kamu ini."Belum hilang rasa terkejut Asha, ia sudah dibuat kembali terkejut oleh kalung dengan liotin permata yang sangat cantik. Dari kilaunya, Asha bi

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 55 Curhat

    "Makasih, Mbak!"Adit segera menyambar plastik yang disodorkan pegawai apotek. Setelah puas ditanyai ini-itu dan diberi tatapan penuh intimidasi, akhirnya ia berhasil membeli barang yang diperintahkan oleh bosnya. Sial sekali Adit pagi ini! Selain harus menjemput Jonathan pagi-pagi sekali, ia juga diperintahkan untuk membeli benda yang ternyata adalah alat kontrasepsi darurat! Pertanyaan Adit, untuk siapa Jonathan membeli benda itu? Apakah ada hubungannya dengan wajah payah dan sorot mata lain yang kemarin Jonathan perlihatkan? Jika benar Jonathan jadi begitu karena tersiksa gairah seksual yang minta di lampiaskan, lantas dengan siapa Jonathan melakukan itu? "Nggak lagi-lagi deh, Bos!" umpat Adit gemas. Kenapa dia yang harus repot diinterogasi pegawai apotek dan diberi tatapan menyelidik? Padahal yang menikmati surga dunia itu adalah Jonathan dan partnernya. Tin! Tiin! Adit menekan klakson, memberi kode pada petugas security agar membuka pintu gerbang untuknya. Benar saja, tak

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 54 Fist Time (21++)

    Asha memekik tertahan, ia sesekali memejamkan mata sembari menikmati 'gesekan' antara dia dan Jonathan, lelaki yang juga ayah kandung dari anak susunya. Tubuh Jonathan bermandikan peluh, nampak berkilap dan menindihnya dengan begitu mendominasi sembari terus bergerak. Deru napas Jonathan terdengar memburu, sesekali lelaki itu mendesah panjang, meracau penuh nikmat yang terdengar sangat seksi di telinga Asha. Dia adalah laki-laki yang kedua, laki-laki kedua yang pernah menyentuh Asha sampai sedalam ini. Laki-laki pertama yang menyentuh Asha dengan begitu nikmat dan tidak egois. "Pak ... Bapak!" Asha memekik, ia merasa seperti ada yang mau meledak dalam dirinya. "Hm? Kenapa, Sha?" suara itu begitu lirih dan sensual. "Pak ... sa-saya mau-ah!"Terlambat! Tubuh Asha bergetar hebat, sangat hebat sampai ia mengejang. Diikuti dengan berdenyutnya organ intim Asha di bawah sana. Tak perlu waktu lama, sesuatu yang sedang coba Asha tahan, akhirnya jebol. Asha memekik, tubuhnya makin hebat b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status