Share

Ch. 6 Tawaran Jonathan

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 23:18:46

"Kamu serius?"

“Iya. Aku dengar kamu sempat menolongnya kemarin.”

Jonathan menatap Ferdi dengan tatapan tak percaya. 

Jadi ASI 'emas' ini milik Asha? Wanita yang dipukuli suaminya tempo hari?

Bukan salah Jonathan kalau dia sampai tidak percaya, Asha tengah dirundung permasalahan hidup yang cukup berat. Padahal dalam kamus menyusui, hal utama yang harus dihindari para ibu menyusui agar ASI-nya lancar adalah stres. Tidak boleh banyak pikiran dan bersedih. 

Lalu Asha? Bagaimana bisa?

Perempuan itu sedang hancur. Tidak cukup ditinggal bayi yang sudah dia perjuangkan dengan separuh nyawa, suami dan mertuanya justru menyalahkan dirinya. Bahkan mencaci maki hingga memukuli.

Apalagi kalau memang benar dia adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan oleh para perawat, bukankah wanita itu justru baru saja diceraikan suaminya?

Lengkap sudah, kan, penderitaan perempuan muda itu? Dengan tekanan dan kesedihan yang bertubi-tubi seperti itu, bagaimana bisa Asha masih mampu memproduksi ASI bahkan dengan kualitas sebagus ini? 

"Lebih baik kamu segera temui wanita itu,” saran Ferdi. “Sebelum ia pergi.”

Jonathan menghela napas panjang, kepalanya terangguk pelan lalu menepuk bahu Ferdi dan segera melangkah keluar ruangan. Langsung menuju ke ruang rawat inap yang ada di paling ujung.  

Sejenak Jonathan berhenti dan mematung di depan pintu ruang inap, telinganya berusaha menangkap ada atau tidaknya percakapan di dalam sana. 

Setelah beberapa saat, Jonathan menarik nafas dalam lalu mengetuk pintu dan menekan knopnya. 

***

Pikiran Asha sedang benar-benar penuh sekarang. 

Badannya masih belum pulih. Jahitannya masih sakit dan kini ASI sudah mulai merembes lagi membasahi bagian dadanya karena bayinya sudah tiada untuk menyusu. 

Namun, sekarang ia juga harus menanggung beban biaya  rumah sakit yang tidak sedikit? 

Asha sama sekali tidak memiliki uang. Ia tidak diperkenankan bekerja selama menikah dengan Dimas. Bahkan, uang pun dikelola oleh ibu mertuanya. Asha sempat punya barang bawaan berupa perhiasan emas yang dulu dijadikan mas kawin.

Tapi itu pun sudah dijual oleh Darmi.

Jika masih berstatus istri Dimas saja, Asha tidak pernah memegang uang, apalagi sekarang dia diceraikan dengan semua kesalahan yang dilimpahkan padanya? 

Dengan apa ia harus melunasi biaya rumah sakit? Menghubungi orang tuanya untuk meminta bantuan? Itu sangat tidak mungkin mengingat–

Tok, tok, tok. Kriiettt!

Suara pintu terbuka itu segera membuyarkan lamunan Asha, Asha menoleh dan mendapati Jonathan muncul di balik pintu. 

Sontak, Asha terkejut. Dengan segera wanita itu memperbaiki posisi duduknya, sedikit canggung ketika sosok itu melangkah kan kaki masuk ke dalam kamar inap Asha.

“Maaf mengganggu,” ucap pria itu dengan suara baritonnya. “Ada yang ingin saya bicarakan denganmu.”

Alis Asha berkerut. Ia menatap Jonathan dengan pandangan heran, tapi juga penasaran. 

Memangnya apa yang ingin dibicarakan dokter ini padanya? Sampai-sampai Jonathan menghampirinya di ruangan ini?

Masalahnya, Jonathan bahkan bukan dokter yang bertanggung jawab atas Asha. Mereka nyaris tidak pernah berinteraksi, kecuali saat–

“Ah, Dokter. Sebelumnya saya ingin berterima kasih karena telah membantu saya waktu itu ….” Asha berkata buru-buru. “Saya tidak tahu bagaimana jadinya kalau Dokter tidak masuk dan menolong saya.”

Jonathan tampak sedikit mengernyit dengan ucapan terima kasih yang tiba-tiba itu. Namun, pria itu tidak berkomentar dan hanya mengangguk.

“S-silakan masuk, Dok,” ucap Asha kemudian, tiba-tiba merasa kikuk. Apalagi melihat ekspresi Jonathan yang tampak serius. “Ada apa?”

Lalu tiba-tiba pikiran itu menyusup dalam kepalanya, membuat Asha waswas.

Bagaimana kalau pihak rumah sakit menagih pembayaran sekarang?

Asha menelan ludah, sementara ia melihat Jonathan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Suami kamu?” tanyanya, membuat Asha tersenyum getir.

“Sudah pergi, Dok. Dan kami sedang proses cerai,” jawab Asha lirih, sembari menahan sesak di dadanya. Asha menyusut air mata, sementara Jonathan tampak tertegun sesaat di tempatnya duduk, sebuah tanggapan yang makin membuat Asha penasaran dan bertanya-tanya. 

“Ada apa, Dok?” Asha akhirnya kembali bertanya.

Jonathan mendekat ke arah Asha. Sikap tubuhnya tampak kaku dan canggung. Meski begitu, sepasang mata tajam itu menatap Asha dengan kesungguhan dalam sorotnya.

“Saya kurang tahu harus memulai dari mana, tapi Nona Asha.” Jonathan menarik napas. “Saya bisa berikan semua fasilitas yang kamu butuhkan. Tempat tinggal, pakaian, makanan bergizi lengkap dengan vitamin dan tak lupa uang bulanan.” 

Jonathan berhenti bicara, tampak lelaki itu menghela napas beberapa kali, sementara Asha?

Wanita membulatkan mata sembari mencerna kalimat Jonathan. 

Apa maksud dari perkataan dokter ini? Ke mana obrolan ini mengarah? Apakah–

“Saya bisa kasih semua, asalkan ... kamu menyanggupi permintaan saya.”

Asha makin tidak mengerti, kenapa tidak langsung ke intinya? Apa yang sebenarnya dokter ini inginkan dari Asha? 

“Maaf, Dokter. Sebenarnya apa yang Dokter inginkan?”

“Saya butuh kamu, Nona Asha. Saya ingin kamu ....”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sri Marliyati
Fighting Author...
goodnovel comment avatar
Sri Marliyati
Cerita Novel nya sangat menyedihkan,tapi seru untuk di baca. Semoga Cerita Novel ini Happy Endingnya ga sampai 200 Chapter. Aamiin... ...
goodnovel comment avatar
Ulum
akhirnyaaaaaa...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 160 Bahagia (END)

    Asha tersenyum menahan tangis ketika Jonathan dan beberapa perawat membantu mendorong bednya keluar dari ruang operasi. Nata, papanya, segera bangkit dan memburu bed yang didorong itu. Tangan Nata segera meraih tangan Asha, menggenggam tangan itu erat-erat dengan air mata berderai.Asha melirik sekeliling, ada Sabrina yang nampak menahan tangis dalam gendongan Reni. Sementara yang lain ikut melangkah mengikuti kemana bed didorong. Tidak ada pertanyaan ataupun percakapan selama bed itu didorong keluar dari OK, semua diam menahan tangis sampai kemudian masuk ke dalam kamar inap Asha yang sudah dihias dengan bunga dan balon-balon bernuasa pink-putih. "Gimana, Sayang? Pengen makan apa?" tanya Nata begitu bed Asha sudah diposisikan. "Asha belum boleh makan, Pa. Masih nanti jam dua." jawab Jonathan setelah membentulkan selang infus Asha. "Begitu? Nanti bilang papa pengen makan apa, Sha. Apapun bakalan papa berikan, nggak ada pantangan, kan?" cecar Nata tak sabar. Asha hanya tersenyum

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 159 Bahagia

    "Nggak lihat adek?"Asha masih belum beranjak, ia merasakan sejak tadi ada benda aneh yang terasa menembus kulit. Tidak sakit, tapi pergerakan benda itu bisa Asha rasakan. "Terus kamu sama siapa?" tanya suara itu lirih. Asha tersenyum, pandangannya jelas tapi Asha merasa separuh tubuhnya seperti ada di tempat lain. Asha memejamkan mata, berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa kini, setelah drama panjang dan menyakitkan dalam hidup Asha, ia bisa merengkuh darah dagingnya sendiri. "Kalau pengen bobo, bobo aja, Sayang. Aku tetep di sini, temenin kamu sampai dibawa keluar nanti." gumam Jonathan yang membuat Asha kembali membuka mata. "Nggak pengen liat adek?" kembali itu yang Asha tanyakan. Pasalnya, setelah bayi itu diperlihatkan dan ditaruh ke atas dada Asha tadi, Jonathan belum beranjak dari sisinya sama sekali. "Tadi udah liat, udah cium juga." jawab Jonathan sembari mengusap dahi Asha dengan lembut. "Lagipula dia udah aman sama perawat neonstusnya, sama kakek-neneknya mungki

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 158 Baby Lauching

    "Sini bangun, duduk dulu!" Jonathan sudah lengkap dengan setelan scrub, masker dan perlengkapan yang lain, berdiri di sisi meja operasi, membantu Asha bangun dan duduk di sana. "Seperti yang tadi dok Revi info ke kamu, habis ini kamu bakalan di anestesi sama beliau, duduk tegap, jangan tegang, gerak sedikitpun, oke?" ucap Jonathan yang hanya bisa Asha lihat sorot matanya itu. Asha menangguk pelan, ruangan ini cukup dingin dan dia hanya memakai selapis baju. Jonathan merentangkan kedua tengah, kode yang biasa dia beri kalau dia minta dipeluk. Kening Asha berkerut, ia hendak bertanya ketika Jonathan lebih dulu menariknya dengan lembut dan memeluknya. "Dok Rev udah ke sini, rileks aja, oke?" bisik Jonathan lirih. "Langsung ini, Dok?" tanya lelaki itu pada Jonathan. "Iya, langsung aja. Saya pengangin ini." Jonathan melirik Asha, ia tahu istrinya itu sedang takut. "Rileks, jangan takut, aku di sini, sama kamu, temenin kamu." bisiknya lagi. Asha mengangguk pasrah, terlebih ketika Jon

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 157 Detik-detik

    "Mas aku takut!" desis Asha begitu mereka masuk ke dalam mobil. Jonatan batal memakai sabuknya, ia memilih untuk mengusap puncak kepala Asha dan menciumnya dengan lembut. "Kamu lupa kalau punya aku, Sayang?" bisik Jonatan lirih, dengan sangat mesra. "Kalau bisa dipindah, aku pengen sakit selama hamil dan melahirkan nanti, dipindah aja ke aku.""Tapi mana bisa, Mas!" protes Asha dengan mimik takut dan gemas yang membaur menjadi satu. "Nah oleh karena itu, aku janji kan sama kamu kalo aku nggak bakalan biarin kamu sendirisn?" Asha tersenyum, sorot mata itu begitu teduh dan lembut, membuai Asha sampai semua rasa takutnya hilang. "Nggak lupa kan karena tidak dapat ACC operasi kamu harus rela kehilangan Bintang dulu. Jadi sekarang aku ACC, jadi jangan takut, oke?" tangan Jonatan meremas-remas tangan Asha dengan lembut, membuat mata Asha memerah lalu mengangguk perlahan. "Sekarang kita pulang dulu, kabari mama dan yang lain-lain. Kamu istirahat aja, sisanya aku yang urus."Ketakutan y

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 156 Tanda Tanya

    "Nah, kan? Aku bilang juga apa? Malu-malu dia, Pa!"Mereka sudah keluar dari ruang praktek dokter Jeremi yang ada di rumah. Memang ada dokter kandungan buka di hari Minggu? Kalau bulan Jonathan yang minta, belum tentu dokter kandungan itu mau diganggu hari liburnya. Dan sama seperti yang diminta oleh Jonathan, jawaban dokter itu 11-12 mirip dengan jawaban Asha ketika ditanya perihal gender bayi yang ada di perutnya. "Kok bisa, ya?" desis Nata heran. Untung saja papa dan mama Asha bukan dokter, jadi meskipun ikut masuk dan liat layar monitor, mereka tidak bisa membaca hasil yang ada di sana tak peduli mesin USG canggih sekalipun.Untungnya lagi, janin Asha seperti pro dengan bapak-ibunya, kakinya dengan jelas terlihat dilayar menutupi area kelamin, membuat kakek-nenek yang jauh-jauh datang sedikit kecewa. "Kira-kira yang bikin selalu ketutupan itu apa sih, Jo?" tanya Nata pada Jonathan yang tengah menyetir si sebelahnya. "Banyak hal sih, Pa. Yang jelas posisi dan gerakan janin juga

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 155 Tamu Tiba-tiba

    "Seriusan ini kalian periksa belum kelihatan?"Asha tentu langsung melotot, ia menatap mamanya yang mendadak sekali muncul bersama papa Asha di depan rumah tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Asha buru-buru menelan makanannya, meneguk minuman yang ada di gelas dan menjawab pertanyaan itu. "Mama sama papa jauh-jauh ke sini, nyebrang pulau tanpa ngasih kabar dulu cuma buat nanyain itu?" sungguh Asha begitu terkejut. "Siapa suruh ditanya nggak pernah mau jawab?" kini Nata bersuara, ia menatap Asha yang tengah menikmati kudapan di halaman belakang rumahnya m"Masalahnya tiap dibawa USG ketutupan mulu, Pa. Posisinya nggak pas jadi nggak bisa kelihatan!" sebuah jawaban template yang sudah Jonathan briefing kan padanya jika ada yang menanyakan jenis kelamin janin mereka. Nata nampak menghela napas panjang, bisa Asha liat papanya itu begitu ingin punya cucu perempuan. Sementara Diana, ia terus menatap perut Asha yang sudah menyembul, nampak memperhatikan perut itu dengan saksama selama be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status