Share

Bab 39

last update Last Updated: 2025-11-15 14:34:14

Deg! Deg! Deg!

Jantung Gilbert berdegup sangat keras sampai ia bisa mendengarnya di telinga. Darahnya seolah membeku melihat siluet Seta yang berdiri di balkon lantai tiga—menatap ke arahnya.

Berapa lama Seta di sana? Apa yang ia lihat?

Seta dan Gilbert saling menatap dari jarak puluhan meter—tidak ada yang bergerak, seperti waktu berhenti.

Sampai akhirnya Seta berbalik dan masuk kembali ke kamar.

Brak!

Pintu balkon tertutup.

Gilbert langsung berlari—sprint dengan kecepatan penuh melintasi pantai menuju hotel.

Tap tap tap tap tap!

Kakinya bertelanjang di pasir, lalu di tangga batu, lalu di karpet lobby hotel yang sepi.

Ia naik tangga darurat—tidak mau menunggu lift yang terlalu lambat.

Tap tap tap tap!

Nafasnya tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipis. Pikiran kacau.

"Shit shit shit..." gumamnya sambil terus berlari naik tangga.

Sampai di lantai tiga, ia keluar dari pintu darurat dan berlari ke kamarnya.

Cklek!

Key card ditempelkan dengan tangan gemetar. Lampu hijau menyala.

Kri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 39

    Deg! Deg! Deg!Jantung Gilbert berdegup sangat keras sampai ia bisa mendengarnya di telinga. Darahnya seolah membeku melihat siluet Seta yang berdiri di balkon lantai tiga—menatap ke arahnya.Berapa lama Seta di sana? Apa yang ia lihat?Seta dan Gilbert saling menatap dari jarak puluhan meter—tidak ada yang bergerak, seperti waktu berhenti.Sampai akhirnya Seta berbalik dan masuk kembali ke kamar.Brak!Pintu balkon tertutup.Gilbert langsung berlari—sprint dengan kecepatan penuh melintasi pantai menuju hotel.Tap tap tap tap tap!Kakinya bertelanjang di pasir, lalu di tangga batu, lalu di karpet lobby hotel yang sepi.Ia naik tangga darurat—tidak mau menunggu lift yang terlalu lambat.Tap tap tap tap!Nafasnya tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipis. Pikiran kacau."Shit shit shit..." gumamnya sambil terus berlari naik tangga.Sampai di lantai tiga, ia keluar dari pintu darurat dan berlari ke kamarnya.Cklek!Key card ditempelkan dengan tangan gemetar. Lampu hijau menyala.Kri

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 38

    Gilbert bangkit perlahan dari tempat tidur dengan gerakan hati-hati agar tidak membangunkan Seta.Tap... tap... tap...Langkahnya pelan melewati karpet tebal. Ia meraih kaus dan celana pendek, mengenakannya dalam gelap, lalu keluar dari kamar dengan sangat hati-hati.Cklek... kriiiit...Pintu tertutup perlahan tanpa suara.***Pantai hotel sepi di tengah malam. Hanya lampu-lampu taman yang menyala redup di sepanjang jalan setapak menuju pantai. Suara ombak terdengar lebih jelas tanpa gangguan suara lain.Byuuuur... crasssh... byuuuur...Gilbert berjalan ke pantai dengan kaki telanjang. Pasir putih terasa dingin dan lembut di bawah telapak kakinya.Ia duduk di pasir—cukup jauh dari air tapi masih bisa merasakan semburan angin laut yang asin. Menatap ombak yang bergulung di bawah cahaya bulan sabit.Langit penuh bintang. Indah. Tapi terasa begitu sepi.Tap tap tap...Suara langkah kaki di pasir dari belakang. Gilbert menoleh dengan refleks.Sesosok figur berjalan mendekat dengan langkah

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 37

    Byuuuuur... crasssh...Ombak pantai Legian menghempas pasir putih dengan ritme yang menenangkan. Matahari pagi bersinar terik tapi tidak terlalu menyengat. Langit biru cerah tanpa awan. Pemandangan yang sempurna untuk liburan keluarga.Tapi bagi Gilbert, ini adalah neraka.Sheilla berjalan keluar dari kamar ganti pantai dengan bikini two-piece berwarna putih yang kontras dengan kulit sawonya yang eksotis. Tubuhnya langsing dan proporsional—hasil rajin yoga dan gym. Rambut panjangnya yang basah tergerai di punggung.Gilbert yang sedang duduk di sun lounger dengan Seta langsung mengalihkan pandangan ke laut—berpura-pura tidak melihat.Tapi sudah terlambat.Bayangan Sheilla dalam bikini itu sudah tercetak di otaknya. Dan ia tahu ia akan terus membayangkannya malam ini.Pak Arman berjalan di samping Sheilla dengan celana pantai dan kemeja Hawaii yang terbuka—memamerkan tubuh yang masih atletis untuk pria seusianya. Tangannya melingkar possessively di pinggang Sheilla."Sayang, kita foto d

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 36

    Bzzt! Bzzt! Bzzt!Ponsel Gilbert bergetar keras di atas meja kost. Nama "Seta" terpampang di layar dengan foto profil sahabatnya yang sedang tersenyum lebar. Gilbert menatap layar itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat dengan berat hati."Halo?"Suara Seta meledak excited di seberang—terlalu ceria untuk pagi yang mendung ini."BRO! Lo HARUS dateng ke Bali! Udah lama kita gak hang out beneran! Please please please!"Gilbert mengusap wajahnya dengan tangan yang lelah."Set, aku ada tugas kuliah yang harus dikumpulin—"Seta langsung memotong dengan nada memohon."Come on! Tugas bisa dikerjain nanti! Ini all expense paid! Papa yang bayarin semuanya! Hotel bintang lima, makan enak, private tour—GRATIS! Kapan lagi ada kesempatan kayak gini?!"Gilbert terdiam—mencari alasan lain yang masuk akal tapi otaknya kosong."Gilbert, please. Aku butuh kamu di sana. Suasana di rumah lagi... aneh. Aku butuh temen. Kamu kan sahabat terbaik aku."Kalimat terakhir itu seperti pisau yang menusuk da

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 35

    Klek klek klek...Suara sendok dan garpu beradu dengan piring di meja makan bergema di ruang makan yang hening. Tidak ada percakapan. Tidak ada tawa. Hanya kesunyian yang mencekam.Sheilla duduk di satu sisi meja, Pak Arman di sisi lain, dan Seta di tengah—mencoba makan dengan nyaman tapi gagal. Udara terasa berat, seolah ada tembok tak kasat mata yang membagi ruangan.Pak Arman memotong steak-nya dengan gerakan presisi—seperti robot. Wajahnya datar, tidak ada ekspresi. Matanya tidak pernah menatap Sheilla, bahkan sekilas.Sheilla menyuap nasi dengan gerakan mekanis. Makanan terasa hambar di lidahnya meski ia yang memasaknya sendiri dengan resep favorit keluarga.Seta sesekali melirik kedua orang tuanya—bingung dengan atmosfer yang begitu dingin."Papa, Mama, besok Minggu mau kemana?" tanya Seta mencoba memecah keheningan.Pak Arman menjawab tanpa mengangkat wajah dari piringnya."Tidak kemana-mana. Papa ada kerjaan."Sheilla menambahkan dengan suara pelan."Mama juga ada tenggat wakt

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 34

    Bzzt! Bzzt! Bzzt!Ponsel Sheilla bergetar keras di atas meja studio. Layar menampilkan nama “Maya” dengan huruf tebal. Sheilla meraihnya dengan tangan yang sedikit gemetar—ada firasat buruk di dadanya.“Halo?”Suara Maya terdengar mendesak dari seberang—tanpa basa-basi, langsung ke inti.“Sheilla, kita harus ketemu. Sekarang. Ini penting banget.”Jantung Sheilla berdegup kencang, tak karuan.“Ada apa? Kenapa suaramu—”Maya memotong cepat.“Jangan di telepon. Kafe Kopi Keliling, lima belas menit lagi. Aku tunggu.”Pip!Sambungan terputus sebelum Sheilla sempat bertanya lebih lanjut.---Kafe Kopi Keliling—kafe kecil berinterior industrial di kawasan dekat kantor Sheilla. Suasana sore itu cukup ramai, dipenuhi pekerja kantoran yang sedang beristirahat.Sheilla datang dengan napas tersengal, separuh berlari dari parkiran. Matanya menelusuri kerumunan, mencari sosok Maya.Maya duduk di meja paling pojok, wajahnya serius. Tak ada senyum, tak ada sapaan ringan.Tap tap tap...Sheilla berjal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status