Home / Romansa / Pesona Istri Bayaran CEO Arogan / BAB 1 Petaka di Hari Jum'at

Share

Pesona Istri Bayaran CEO Arogan
Pesona Istri Bayaran CEO Arogan
Author: Alia Zach

BAB 1 Petaka di Hari Jum'at

Author: Alia Zach
last update Last Updated: 2024-01-10 10:56:36

"Amanda, sebaiknya kamu selesaikan juga pekerjaan ini hari ini juga!"

Titah sang manajer bagaikan petir di telinga Amanda yang sedang bersiap-siap untuk pulang.

Jelas, dirinya merasa keberatan jika harus lembur lagi seperti kemarin. Terlebih, nanti malam, keluarga pria yang dijodohkannya akan datang. Bisa-bisa, ibunya mengamuk jika dia telat!

"Tapi, hari ini kan hari Jumat, Bu. Saya harus pulang cepat," ucapnya pada akhirnya, "Selain itu, saya juga--"

"Kamu kan single, siapa yang nungguin di weekend begini?" potong manajernya tak mau tahu, "lebih baik, gunakan waktumu untuk segera menyelesaikan pekerjaanmu. Hitung-hitung nanti kamu bisa segera saya promosikan kamu naik jabatan!"

Brak!

Tanpa basa-basi, manajer itu pun meninggalkan Amanda dengan tumpukan file di meja.

Adilkah ini?

Semenjak masuk di perusahaan ini, Amanda selalu menjadi tumbal di divisinya.

"Huh, ganti CEO rupanya nasibku tak berubah juga," ujarnya saat melihat deretan pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.

Entah harus berapa lama lagi di sini sendirian.

Namun, tak ada gunanya meratapi nasib terus-menerus. Yang ada, akan memperpanjang waktu lembur.

Jadi, Amanda pun mulai mengerjakan pekerjaannya satu per satu meski matanya sudah lelah sejak pagi menghadapi layar komputer.

Tepat pukul 08.30, ia matikan lampu di kubikelnya dan berjalan menuju lift. 

Seperti dugaannya, tadi dia sempat diomeli oleh ibunya. Untung, Amanda bisa cepat mengelak.

Hanya saja, ketika Amanda berjalan, mendadak dia merasa ada seseorang yang berada di belakangnya.

Padahal, seharusnya hanya ada dia di sana!

Bulu kuduk Amanda seketika meremang. Dia pun mempercepat langkahnya dan memencet tombol di lift.

Tak berapa lama, lift-pun terbuka.

Namun, sebuah suara tiba-tiba mencegahnya untuk tidak menutup lift. "Tunggu!"

Amanda syok kala menemukan CEO baru di perusahaannya kini berdiri tegak di hadapannya.

“Si–silakan, Pak.”

"Thank you," ucapnya dingin, lalu berdiri di depan Amanda dan menutup lift.

Hanya saja, lift tiba-tiba berhenti dari lantai tujuh belas!

Brugh…!

Ctak!

Ada getaran dan guncangan hebat yang terasa. Seketika Amanda dan CEO itu berpegangan pada railing sisi kiri dan kanan lift.

"Ada apa ini?" CEO muda itu tampak terkejut.

Amanda sendiri hanya bisa menggeleng, panik.

"Tuhaan, aku tidak mau mati di sini!!" batinnya. Dia menekan tombol permintaan bantuan dan keadaan darurat. Namun, tak ada respon.

Amanda sontak mencoba membuka handphone-nya namun sayangnya tak ada sinyal.

Melihat itu, keduanya sama-sama terduduk lemas sekarang di dalam lift.

"Mister CEO, tolong lakukan sesuatu, kamu adalah pria. Seharusnya kamu punya ide untuk meloloskan diri dari keadaan ini," ucap Amanda yang pasrah karena segala usaha telah dia lakukan.

"Namaku Ronald, jangan panggil 'mister CEO'! Aku benci itu..." kata Ronald sambil meluruskan kakinya di lantai.

Entah karena AC di lift yang mati, keringat sudah mulai bercucuran di kening pria itu.

Tapi, mengapa Ronald juga tampak kesulitan bernapas?

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Amanda panik karena baru kali ini dia melihat ada orang yang mengalami sindrom seaneh itu di lift.

"Aku... haabb... ahhh..."

Ronald tampak tak mampu bicara dan seperti tercekik. 

Amanda sontak semakin ketakutan. Bagaimana jika CEO muda dan tampan itu mati di lift ini bersamanya?

Dia tak mau masuk di headline berita keesokan harinya!

"Bertahanlah!" pekik perempuan itu panik.

Tangan Amanda terus-menerus menekan tombol permintaan tolong di dekat pintu lift.

"Ayo! Siapapun kalian yang ada di sana dan mendengarku, CEO kalian dalam bahaya. Cepatlah datang dan membantu kami!" teriaknya seperti orang kesetanan.

Terlebih, melihat kondisi Ronald sekarang semakin parah.

"Pak Ronald, tenang ada saya. Saya akan mencari bantuan. Jika kita tidak mendapatkan bantuan," hibur Amanda. 

Ada kelegaan di wajah Ronald, sampai mendengar ucapan lanjutan bawahannya itu.

"Kalau tidak ada yang menolong, berarti kita akan mati bersama!" kata Amanda setelah menunggu pasrah pada keadaan. Bisa saja para penolong mereka tak akan pernah datang.

"Aku... aku..." Ronald memperlihatkan ekspresi lebih panik dari sebelumnya.

Amanda sama sekali tak membuat keadaan lebih baik.

Tak tahu mendapatkan bisikan dari mana, Amanda tiba-tiba meletakkan kepala Ronald di atas pangkuannya.

Kurang nyaman, tapi ya.. sudahlah. Ini emergency!

"Bertahanlah. Ini belum saatnya kita mati di sini, Pak. Saya belum menikah dan hari ini seharusnya saya pulang untuk dipertemukan dengan lelaki yang akan meminangku," ucap Amanda curcol.

Hanya saja, tangisnya mulai pecah.

Ronald yang sedang kesakitan itu bahkan dapat merasakannya.

BRAK!

Tiba-tiba saja ada suara dari luar.

Ada hentakan kerasa yang memekakkan telinga.

Amanda berharap itu adalah tim rescue yang akan menyelamatkan mereka berdua. Dia sangat ingin segera bisa keluar dan pulang ke rumah.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, pintu pun mulai terbuka.

"Apa kalian tidak apa-apa?" Salah satu petugas berompi oranye datang menghampiri keduanya.

Disusul yang lain. Anehnya, mereka mengambil foto Ronald dan Amanda yang dalam posisi lumayan rancu....?!

Tapi, saat ini Amanda tak mempedulikannya.

"Pak.. Pak.." Amanda menjerit. "Tolong... Boss kita sedang dalam bahaya."

Mendengar itu, salah satu dari mereka pun mengangkat tubuh boss Amanda dengan hati-hati. "Tenang, kita bawa ke lobby dulu."

Untungnya, lima menit kemudian mobil ambulance sudah disiapkan.

Amanda menghela napas lega, sampai salah satu petugas medis tiba-tiba berkata, "Mbaknya juga harus ikut."

"Lho, saya mau pulang, Pak?"

"Pulang bagaimana? Lalu siapa nanti yang bertanggung jawab sebagai keluarga pasien?" ujar petugas lainnya.

Di tengah kebimbangan saat melihat tubuh lelaki itu terbujur lemah tak berdaya, naluri kemanusiaan Amanda bangkit.

Entah bagaimana dengan keselamatan perjodohannya. Hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas, untuk saat ini, dia harus mendahulukan keselamatan sang atasan.

Bukankah bila jodoh, tentu tak akan ke mana?

Siapa tahu dengan memudahkan urusan orang lain, Tuhan akan mudahkan urusan baginya, kan?

Menghela napas, Amanda pun mengangguk. "Baik. Saya ikut!" ucapnya setuju.

Segera, mereka pun menuju rumah sakit.

Hanya saja, di tengah perjalanan, salah satu tim medis yang duduk di dekat Amanda memberinya kejutan lagi!

"Apa kalian tadi melakukan hubungan intim di dalam lift saat sebelum terjadinya insiden?" tanyanya, curiga.

"Mengapa Anda bertanya hal seperti itu?"

"Ini keadaan emergency. Sepertinya pasien tadi kekurangan oksigen dan sedikit kelelahan. Jadi, kamu perlu tahu apa yang terjadi sebelumnya," ucapnya mempertegas maksud pertanyaannya tadi.

Mendengar itu, Amanda jelas semakin emosi. "Asal Anda tahu, dia adalah bos saya. Kami tidak sedekat itu dan dia bukan tipe saya!"

Sayangnya, tatapan tak percaya dapat dirasakan Amanda dari petugas medis lain. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 150 Kembali ke Masa Lalu

    WHAT?Sekali lagi Amanda masih mencoba memahami apa yang dikatakan laki-laki di depannya.RONALD? Apa yang dia bilang?Amanda membuka matanya lebar-lebar. Ingin rasanya memuntahkan kembali makanannya."Lho? Kamu kenapa?" Ronald bertanya satir.Ia sudah berhasil membuat Amanda terkejut dengan candaannya.Rasain!"Maaf, Pak. Jangan kelewatan kalau bercanda." Serunya sambil memasang wajah tak suka."Hah, kamu ini jadi orang serius terus..."Sejak kapan Ronald jadi suka humor? Aneh!"Justru saya yang kaget, Pak. Kenapa Pak Ronald tiba-tiba bicara begini?""Amanda, kamu ingat kan?" Tangannya meletakkan mangkuk yang awalnya dipegang dengan tangan kiri.Perlahan dia mengembalikannya ke meja samping ranjang tidur."Apa?"Amanda dibuatnya was-was dan penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh mantan suaminya itu."Dulu, kamu itu adalah salah satu wanita

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 149 Keluarga?

    "Jangan pakai kejutan begini, kan kamu bisa bilang kalau tadi datang sama..."Amanda terkejut. Wajah itu muncul begitu saja. Mulutnya mendadak terkunci seketika.Tanpa ada angin dan hujan, kenapa tiba-tiba dia ke sini?Dan, dari mana dia tahu kalau dirinya berada di rumah mungil yang jauh dari keramaian?"Amanda, di sini kamu rupanya! Hmmm, siapa itu suaranya yang sedang memasak di dapur? Simon ya?" Dia bermaksud nyelonong untuk masuk."Tunggu, Ibu sejak kapan punya hak untuk masuk seenaknya di sini? Siapa yang mengizinkan ibu masuk?" Protes Amanda."Sejak kapan seorang ibu perlu izin pada anaknya untuk masuk ke rumahnya? Hah? Sejak kapan?" Nada bicaranya lantang seperti pemenang yang akan mendapatkan tropi kejayaan.Suara itu menggelegar ke seluruh ruangan."Ibu!?" Amanda yang belum sepenuhnya pulih, tak leluasa untuk mencegah ibunya ke mana-mana."Ibu Amanda, ini siapa?" Pembantunya yang baru beberapa jam bekerja di hari pertama, harus dikejutkan dengan kedatangan tamu yang tak diund

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 148 Recall Memory

    Asisten Pribadi?Rasanya baru kemarin dia tinggal bersama Ronald dan belum lama juga dia berhenti bekerja dari kantor lamanya."Hmm, tapi... aku sudah lama tidak bekerja, Pak Ronald!" Nalurinya sebagai seorang wanita muncul.Bayangan kembali ke kantor lantas mendapatkan gunjingan atau bully-an dari rekan sejawatnya, apa kiranya dia sanggup menghadapi itu semua?Terlebih dulu dia mengalami skandal yang cukup membuat heboh saat dia keluar dari kantor lantas menikahi Ronald, boss yang sejatinya jadi idola kaum hawa."Yang penting kamu dulu pernah punya pengalaman kerja, ya kan?" Ronald berusaha meyakinkannya.Sebuah anggukan singkat membuat lelaki itu akhirnya berhenti membujuk, meski dirinya masih ragu.. bisakah ia mengambil peran menjadi asisten pribadinya lagi?Hatinya masih belum sepenuhnya pulih. Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk terlalu mengasihani diri ya sendiri. Amanda harus bangkit. Itu saja!**Tinggal sendirian di rumah yang dalam bayangannya beberapa hari yang lalu, aka

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 147 Jalinan Rasa

    Mata sang Mama penuh selidik."Apa kamu sedang jatuh cinta?"Dengan pertanyaan yang memojokkan begitu, tentu saja ini membuat Ronald malas melanjutkan interogasinya. Kenapa justru dia yang mendapatkan pertanyaan balik?"Aku hanya bertanya. Harusnya Mama menjawab, seperti itu. Simple."Gaya anak lelakinya ini, sang Mama sudah paham karena tahu karakternya sejak kecil yang selalu tak mau terlihat 'jatuh' di mata orang lain."Pertanyaanku sangat sederhana, Ronald. Apa kamu sedang jatuh cinta? Jawab saya dengan iya atau tidak." Mamanya menegaskan lagi."Lantas, apa hubungannya pertanyaanku dengan apa yang Mama tanyakan?!" "Hmmm, jawaban Mama nanti akan sangat bergantung pada suasana hati kamu. Jika kamu sekarang ini dalam kondisi berbunga-bunga atau jatuh cinta, tentu Mama akan mencarikan kalimat yang membuatmu semakin berbunga. Namun, jika kamu sedang dalam kondisi netral atau bahkan patah hati, maka kalimat Mama adalah sesuatu yang membuatmu bangkit!"Ronald mendengus, "sejak kapan Mam

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 146 Menunggu

    Ronald belum juga bisa memulai melakukan apa-apa.Dia masih terdiam di dalam mobil yang mesinnya sudah ia nyalakan sejak tadi.Masih di tempat yang sama, parkiran rumah sakit tempat di mana Amanda dirawat."Apa sebaiknya aku kembali?" Dia berbisik sendiri.Namun, kata-kata Simon membuat egonya terpukul. Seolah sekarang ini Ronald sedang memungut sampah yang sudah dibuang oleh saudara tirinya itu.Apa iya, Amanda adalah selayaknya sebuah barang bekas yang tak layak untuk ia rawat dan miliki lagi?Hmmm... otaknya mulai mencari alasan logis sementara itu hatinya masih belum menerima.Drrrrtttt... drrrt...Ponselnya berbunyi."Iya, halo?" Suaranya nampak malas menjawab."Kamu cepat kembali ke rumah. Mila mencarimu!" Rupanya sang Mama."Iya, aku akan segera pulang." Ronald dengan segera memutar setirnya dan menjalankan mobil.Dia mengingat perpisahan yang tak mengenakkan dengan Simon. Bahkan pria itu lupa kalau dia memiliki seorang anak yang harusnya dia jaga di rumah.Pintu gerbang rumah

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 145 Barang Bekas

    SIALAN!"Ronald, maafkan aku... Kuharap persaudaraan kita tetap baik-baik saja ya?"Sosok tinggi tegap itu berlalu dan menuju ke gate pemberangkatannya. Tak lama setelah melewati tangga berjalan, Simon menghilang dari pandangan.Yang tersisa kini, adalah kalimat kakak tirinya itu. "Aku minta maaf kalau saat kamu tidak ada di samping Amanda, aku sering.... tidur dengannya!"Seolah-olah Amanda hanyalah sebuah mainan yang saat Simon merasa puas bermain, kini dia mengembalikannya pada Ronald kembali.Biad*b!Ingin mengeluarkan sumpah serapah di tempat itu juga, tapi Ronald masih punya kewarasan.Tak seharusnya dia mengeluarkan semua kata-kata sumpah serapah itu di tempat umum.Seperti mendapatkan barang bekas? Ya, itu yang kini dirasakan oleh Ronald."Pak Ronald, maaf... kami baru saja menemukan fakta kalau Pak Simon telah menggelapkan dana puluhan Miliar.." Salah satu tim audit perusahaan menelpon Ronald.Dasar kurang ajar!Baru saja dia mengakui telah menggunakan Amanda sebagai 'pelampi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status