Share

BAB 4 Keluarga Anderson

Penulis: Alia Zach
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 10:58:37

Jadi di sinilah Amanda--hanya bisa terdiam di mobil mewah yang mulai menjauh dari pusat kota.

Hal ini jelas berbeda dengan Ronald terlihat menikmati perjalanannya dengan mendengarkan musik favoritnya.

"Pak, kenapa kita harus ke tempat keluarga Pak Ronald? Kan kita cuma pura-pura," ucap Amanda setelah berhasil menenangkan diri.

"Siapa bilang? Kita memang berhubungannya pura-pura, tapi tunangannya benar-benar akan dilangsungkan. Tenang, kamu akan mendapakan kompensasi yang cukup untukmu hidup sampai punya anak cucu nanti."

Mendengar itu, sontak batin Amanda bergejolak.

Fotonya dengan Ronald di lift kemarin sudah membuat ibunya murka, bagaimana jika nanti ibunya menonton konferensi pers dan tahu dia bertunangan tanpa izin?

Bisa-bisa dia dicoret dari kartu keluarga!

"Pak, tapi saya belum memberitahu keluarga saya soal ini." Amanda menyampaikan secara terus terang. "Lagipula, saya sudah dijodohkan dengan seseorang."

Dirinya hanya asal bicara.

Hanya saja, Ronald tampak terkejut. "Oh, ya?"

"Iya, sebentar lagi kami akan menikah," ucap Amanda sedikit takut karena dia terpaksa harus berbohong. Tapi, itu lebih baik dibanding menikah dengan bos arogannya itu.

"Hmm..."

Ronald tampak berpikir. Baginya, rencananya sudah tak bisa diundur lagi.

"Amanda, sepertinya aku tak bisa menuruti permintaanmu. Kita harus menikah secepatnya setelah bertunangan. Itu adalah adat keluarga besarku," putusnya sembari menatap Amanda dengan serius.

"Tapi, Pak..."

“Amanda, aku berjanji kita akan menikah hanya dalam kurun waktu satu tahun. Setelah itu, kamu bebas kelakukan apapun yang kamu mau!"

"Ba-baiklah, Bos..." Seperti terkena mantra sihir, Amanda pun setuju.

Melihat itu, Ronald tampak lega.

Akhirnya perempuan keras kepala ini menurut juga. Langkah selanjutnya akan semakin mudah.

"Bagus! Kamu memang bisa aku andalkan, aku tahu kamu memang pantas disebut sebagai karyawan teladan!" serunya.

Tanpa sadar, keduanya pun telah tiba di rumah Eyang Ronald.

***

"Selamat datang!"

Seorang pria tua membentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Ronald dan Amanda. "Akhirnya aku bertemu kamu juga tahun ini! Ronald, kamu–"

"Terima kasih, Paman," potong Ronald, tak nyaman. "Oh, iya. Mana yang lain?"

"Semua sudah menunggumu di meja makan..." Sang Paman menuntun mereka masuk ke dalam. "Ngomong-ngomong, kamu belum memperkenalkan wanita cantik ini padaku. Siapa dia?"

Amanda tersipu malu saat dikatakan sebagai wanita cantik.

Dia tak terbiasa dengan pujian. Selama ini dia dihargai karena prestasi yang dia peroleh, bukan karena kelebihan fisik.

"Oh, dia adalah Amanda." jawab Ronald sambil memberhentikan langkah. "Ehm, dia asistenku!"

Pamannya terkejut bukan main. "What? Lalu, bagaimana dengan Sheila, Ivon, Maria dan yang lainnya?"

Ronald menyikutnya, cepat. "Mereka tidak bisa bekerja sesuai dengan schedule yang aku mau."

Hal ini jelas membuat Amanda penuh tanda tanya.

Terlebih, dia menyadari Ronald memasang wajah yang pura-pura innocent.

Jangan-jangan, Ronald ini typical playboy!

"Amanda, senang bertemu dengan kamu!" Paman pria itu tiba-tiba mengulurkan tangan dan menjabat tangan halus gadis cantik itu.

"Sama-sama, Tuan ..." Karena takut salah, dia memanggil 'tuan' tanpa izin terlebih dulu.

"Haha, panggil saja aku Jack," ralat pria tua itu cepat.

"Tapi, saya tidak bisa."

Jujur, Amanda merasa kurang sopan kalau memanggil seseorang tanpa ada sapaan atau gelar terlebih dahulu.

Itu tidak masuk ke tatanan tata krama yang telah diajarkan keluarganya.

Namun, paman dari Ronald itu justru tertawa.

"Oke, oke! Panggil aku 'om' kalau gitu ..." Lelaki itu tertawa melihat teman perempuan ponakannya yang masih lugu dan polos.

"Masuk sini... ayo, semua sudah menunggu!"

Amanda sontak mengikuti kedua lelaki itu dan berjalan menuju ke ruang pertemuan besar yang ternyata sudah dipenuhi dengan makanan serta keluarga yang lain.

"Ronald? Is that you?" Seorang wanita paruh baya memeluk Ronald saat menyadarinya. "Oh my goodness, is it your fiance?"

Ronald hanya nyengir dan mengangguk. Dia sedikit kaku saat harus memperkenalkan “kekasihnya” dalam acara formal begini.

"So, you are really fulfilling your promises!" serunya lagi bahagia setelah mendapati Ronald benar-benar datang ke acara keluarganya.

"Pak, apa maksud wanita itu?"

"Ssst... kamu jangan banyak tanya dulu. Yang jelas, sekarang tugas kamu hanya senyum dan perkenalkan diri sebagai asistenku," ucap Ronald tanpa menoleh ke arah Amanda.

"Ba-baik, Pak." Amanda masih sedikit canggung saat harus berhadapan dengan keluarga papan atas yang jauh dari status sosialnya.

Selama ini, dia hanya melihat keberadaan keluarga sekaya ini dalam drama atau film-film Hollywood, keluarga Kardashian!

"Hey... it's good to see you!" Kini seorang gadis muda dengan pakaian serba mini menyapa Ronald dan mencium pipi kirinya. "Long time no see, Ronald!"

Tak cukup demikian, sebuah pelukan hangat juga ditambahkan setelah cium pipi tadi.

Amanda sendiri merasa risih.

Apalagi, seorang lelaki juga muncul dari belakangnya, ikut-ikutan melakukan hal yang sama pada Amanda.

Namun cepat-cepat dia menolak dan menyalaminya saja.

"Sorry..." Amanda meminta maaf karena membuat lelaki itu kecewa.

"No, it's okay. It's okay!" Dia paham dan berlalu.

Amanda terdiam.

Lebih baik, dia menjauh saja daripada terjadi hal yang semakin tidak nyaman di sini.

Sengaja, dia ke tempat disajikannya makanan yang sudah menggodanya sejak dia datang.

Hanya saja, saat dia memilih mana makanan yang akan disantap, seorang wanita paruh baya mendekatinya.

"Coba makan ini!" ucapnya. "Ini adalah kue khas yang selalu ada di acara keluarga Anderson."

Diletakkannya semacam kue khas Eropa ke atas piring kecil milik Amanda.

"Oh, terima kasih," kata Amanda seraya mengambil dua kue kecil lain.

"Kamu orang baru ya?" tanyanya lagi.

Wanita itu tampak elegan khas majalah-majalah fashion itu kini berada tepat di hadapan Amanda.

Hanya saja, Amanda sadar bahwa dirinya diamati dari ujung kepala hingga ujung kaki sejak tadi yang hanya memakai setelan kantor.

Tapi, apa mau dikata?

Toh, Ronald tak pernah bicara kalau dirinya akan diajak ke acara mewah perkumpulan keluarganya.

"Hm, saya menemani bos saya ke sini," jawab Amanda, cepat.

"Tidak apa-apa. Kamu sudah cukup bisa membawa diri."

Meski terdengar lembut, entah mengapa kalimatnya terdengar sedikit menyinggung Amanda yang memang tidak memakai barang branded dan mewah seperti tamu lain.

Amanda mulai tak nyaman semakin lama berada di dekatnya.

"Terima kasih atas perbincangannya. Saya harus pergi dulu." pamitnya, lalu pergi.

"Lho, ke mana kok buru-buru? Aku belum tanya siapa nama kamu? Kok kamu mau pergi." Dia mulai sedikit tersenyum licik saat tahu Amanda merasa terintimidasi.

Wanita itu terus mendekati dan membuntutinya.

"Maaf, saya harus pergi dulu."

Tanpa disadari, Amanda berjalan cepat, hingga menabrak seorang lelaki.

Prang!

"Aaaawww.... aduh..."

Dia pun terjatuh sementara makanan yang ada di piringnya berlarian ke lantai.

"Makanya, gadis yang di bawah standar keluarga Anderson tidak seharusnya berada di sini," maki wanita tadi tampak lega setelah bisa mempermalukan Amanda di hadapan banyak orang.

Amanda tertegun. Dia merasa malu dan ketakutan kala menjadi sumber perhatian semua orang di sana.

Untungnya, sepasang tangan kekar terulur untuk membantunya.

Tanpa basa-basi, Ronald membuatnya berdiri lagi dan membersihkan beberapa kotoran yang menempel di tubuhya.

"Tante, kumohon bersikap sopanlah dengan Amanda. Dia datang bersamaku," tegas pria itu.

"Apa? Bagaimana bisa kamu dengannya?" protes wanita itu.

"Tentu saja, bisa. Amanda adalah tunanganku!" jawab Ronald dengan nada mengancam.

"APAAA?"

Mereka benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka dengar dari mulut Ronald.

Sesekali mereka melihat ke arah Ronald lalu beralih ke arah Amanda.

"Jadi gosip mesum kalian di lift itu benar?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 147 Jalinan Rasa

    Mata sang Mama penuh selidik."Apa kamu sedang jatuh cinta?"Dengan pertanyaan yang memojokkan begitu, tentu saja ini membuat Ronald malas melanjutkan interogasinya. Kenapa justru dia yang mendapatkan pertanyaan balik?"Aku hanya bertanya. Harusnya Mama menjawab, seperti itu. Simple."Gaya anak lelakinya ini, sang Mama sudah paham karena tahu karakternya sejak kecil yang selalu tak mau terlihat 'jatuh' di mata orang lain."Pertanyaanku sangat sederhana, Ronald. Apa kamu sedang jatuh cinta? Jawab saya dengan iya atau tidak." Mamanya menegaskan lagi."Lantas, apa hubungannya pertanyaanku dengan apa yang Mama tanyakan?!" "Hmmm, jawaban Mama nanti akan sangat bergantung pada suasana hati kamu. Jika kamu sekarang ini dalam kondisi berbunga-bunga atau jatuh cinta, tentu Mama akan mencarikan kalimat yang membuatmu semakin berbunga. Namun, jika kamu sedang dalam kondisi netral atau bahkan patah hati, maka kalimat Mama adalah sesuatu yang membuatmu bangkit!"Ronald mendengus, "sejak kapan Mam

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   Bab 146 Menunggu

    Ronald belum juga bisa memulai melakukan apa-apa.Dia masih terdiam di dalam mobil yang mesinnya sudah ia nyalakan sejak tadi.Masih di tempat yang sama, parkiran rumah sakit tempat di mana Amanda dirawat."Apa sebaiknya aku kembali?" Dia berbisik sendiri.Namun, kata-kata Simon membuat egonya terpukul. Seolah sekarang ini Ronald sedang memungut sampah yang sudah dibuang oleh saudara tirinya itu.Apa iya, Amanda adalah selayaknya sebuah barang bekas yang tak layak untuk ia rawat dan miliki lagi?Hmmm... otaknya mulai mencari alasan logis sementara itu hatinya masih belum menerima.Drrrrtttt... drrrt...Ponselnya berbunyi."Iya, halo?" Suaranya nampak malas menjawab."Kamu cepat kembali ke rumah. Mila mencarimu!" Rupanya sang Mama."Iya, aku akan segera pulang." Ronald dengan segera memutar setirnya dan menjalankan mobil.Dia mengingat perpisahan yang tak mengenakkan dengan Simon. Bahkan pria itu lupa kalau dia memiliki seorang anak yang harusnya dia jaga di rumah.Pintu gerbang rumah

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 145 Barang Bekas

    SIALAN!"Ronald, maafkan aku... Kuharap persaudaraan kita tetap baik-baik saja ya?"Sosok tinggi tegap itu berlalu dan menuju ke gate pemberangkatannya. Tak lama setelah melewati tangga berjalan, Simon menghilang dari pandangan.Yang tersisa kini, adalah kalimat kakak tirinya itu. "Aku minta maaf kalau saat kamu tidak ada di samping Amanda, aku sering.... tidur dengannya!"Seolah-olah Amanda hanyalah sebuah mainan yang saat Simon merasa puas bermain, kini dia mengembalikannya pada Ronald kembali.Biad*b!Ingin mengeluarkan sumpah serapah di tempat itu juga, tapi Ronald masih punya kewarasan.Tak seharusnya dia mengeluarkan semua kata-kata sumpah serapah itu di tempat umum.Seperti mendapatkan barang bekas? Ya, itu yang kini dirasakan oleh Ronald."Pak Ronald, maaf... kami baru saja menemukan fakta kalau Pak Simon telah menggelapkan dana puluhan Miliar.." Salah satu tim audit perusahaan menelpon Ronald.Dasar kurang ajar!Baru saja dia mengakui telah menggunakan Amanda sebagai 'pelampi

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 144 Terminal Pemberangkatan

    Simon menghela nafas panjang.Meski tidak yakin dengan keputusan yang baru saja dia lakukan. Mengubungi saudara tirinya itu, tentu membutuhkan nyali yang tidak sedikit.Setelah semua yang dia lakukan.Sekitar dua jam lagi penerbangannya ke Malaysia akan boarding."Kurasa dia bukan orang yang akan mengambil resiko untuk datang ke sini menemuiku." Simon bergumam pada dirinya sendiri.Menunggu saudara seayah-nya itu di dekat check point paling awal di bandara. Dia harus segera memeriksakan barang bawaannya ke petugas imigrasi bandara yang sudah berjajar rapi menunggu setiap calon penumpang.Sesekali dia menoleh ke kanan dan ke kiri.Saat dia sudah merasa tak harus menunggu lebih lama lagi, sosok itu muncul dan menepuk bahunya dari belakang.Sebuah tepukan yang cukup kuat untuk ukuran seseorang yang ingin memanggil dengan kode tepukan. Lebih tepatnya, Simon merasa dia akan dipukul oleh sosok itu jika mereka tidak berada di keramaian begini."Ada apa?" Simon pikir itu adalah sopir atau asi

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 143 Luruh

    "Bukan miliknya? Apa maksud kamu?" Tubuh Amanda sedikit menegang setelah mendapati fakta yang disampaikan oleh Ronald. Apa betul? Tapi, bukankah tes DNA sudah menunjukkan hasil dengan absolut kalau Simon adalah anak dari janin yang kemarin masih ada di rahimnya! Ronald merasa keceplosan saja sekarang. Tak seharusnya dia bicara fakta menyakitkan ini. "OHH... Amanda, maafkan aku. Maksud aku bukan begitu!" Ronald harus cepat-cepat meralat. "Tapi, tadi Pak Ronald kan bilang kalau anak ini bukan miliknya, apa maksud Bapak ini..." Wanita berambut hitam legam itu masih menyangsikan jawaban klarifikasi Ronald. Entah dengan cara apa dia harus meralat kalimatnya itu, yang jelas untuk saat ini dia tak bisa lebih banyak berkata lagi. Bisa jadi karena emosi sesaat, dia terpeleset dan memberikan info yang belum saatnya. "Apa aku mengatakan itu?" Ronald pura-pura lupa dengan apa yang barusan dia katakan. "Mungkin kamu salah dengar." Amanda gelisah dan masih belum percaya dengan klarifi

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 142 Bukan Miliknya

    "Amanda?" Ronald menyapanya.Dia yang semula terpejam, perlahan mulai membuka mata."Aku dengar dia laki-laki." Sahutnya lemah. Matanya menerawang ke langit-langit ruangan. Berusaha menyimpan lukanya."Kamu...istirahatlah dulu." Ronald mengelus tangannya."Apa dia sempat menangis saat lahir?" Pertanyaannya mulai ke mana-mana. Ronald menggeleng."Jadi, saat di rahimku, dia sudah tidak bernyawa lagi? Pantas saja dia tidak menendang-nendangku lagi..." Dia meraba perutnya. "Biasanya dia akan menendangku lebih keras saat kamu ada di dekatku. Aneh bukan?"Matanya yang sembab setelah menangis, kini harus dibasahi lagi dengan air mata."Jangan berpikir yang berat-berat dulu. Kamu harus istirahat biar cepat pulih..." Ronald tak kalah terpukul dan sedihnya dari wanita yang kini terbaring lemah itu."Apa Simon di sini juga?" Tanya Amanda ketakutan dan cemas."Tidak. Apa aku perlu memberitahu dia?" Meski dadanya terasa panas, Ronald harus mengontrol diri dan mengalah untuk saat ini.Dia tahu kal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status