Share

Kesepakatan

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-09 12:41:30

Refal dan Adrian saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangan Savira. Ayah dan anak itu akan menjumpai Savira serta ibunya untuk membahas mengenai kompensasi, dan juga pernikahan yang akan ditawarkan oleh Adrian.

Refal tidak mempunyai pilihan lain saat ini. Untuk sementara, ia akan mengikuti rencana sang ayah. Refal sangat tahu bagaimana sifat ayahnya yang tak bisa ditentang. Refal hanya akan membuat ayahnya semakin marah jika ia tak mau menuruti perintah.

"Selamat siang, Bu Dania!" sapa Adrian pada Dania dengan sopan.

Savira dan Dania cukup terkejut dengan kedatangan orang-orang yang tidak mereka kenal. Dania terlalu sibuk mengurus putrinya yang lumpuh dan mempersiapkan pemakaman suaminya, hingga wanita paruh baya itu belum sempat menjumpai orang yang sudah menabrak anak dan suaminya.

"Mohon maaf, Bapak siapa?" tanya Dania.

Adrian mengeluarkan kartu nama di sakunya, kemudian menyodorkannya pada Dania. "Saya orang tua dari Refal, pengemudi mobil yang terlibat kecelakaan dengan motor milik suami Ibu," ucap Adrian memperkenalkan diri. "Sebelumnya, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang sudah diperbuat oleh putra saya. Putra saya juga tidak menginginkan kecelakaan itu terjadi. Kami turut berduka cita atas meninggalnya suami Ibu, dan kami juga turut prihatin melihat kondisi anak Ibu yang terluka parah karena kecelakaan itu."

Refal hanya diam tanpa mengucapkan apa pun. Adrian berbicara panjang lebar, mengungkapkan permintaan maaf dan bela sungkawa untuk menarik simpati Dania.

"Jadi dia orang yang udah nabrak motor Ayah?" batin Savira, seraya melirik ke arah wajah angkuh Refal.

Tanpa sengaja, Refal mulai beradu pandang dengan Savira. Pria itu cukup terkejut saat melihat wajah Savira.

"Kenapa perempuan ini kelihatan familiar sekali? Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi di mana?" batin Refal.

Semakin Refal menatap wajah Savira, pria itu makin dibuat penasaran. Namun, ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal tidak penting seperti itu. Refal segera menepis pikirannya dan kembali fokus pada tujuan awal dirinya menjumpai Savira serta Dania.

"Apa yang Bapak mau? Anak Bapak sudah merenggut suami saya dan menghancurkan masa depan anak saya. Apa lagi yang Bapak inginkan?" sinis Dania.

Memang kecelakaan ini tidak disengaja. Tak ada satu pun orang di dunia ini yang ingin mendapatkan musibah. Meski begitu, tetap saja Dania tak bisa menahan diri untuk tidak menyalahkan Refal. Wanita itu tak bisa memaafkan Refal begitu saja.

"Kami datang ke sini bukan untuk mengusik Ibu. Justru saya dan anak saya datang ke sini untuk memberikan pertanggungjawaban. Kami akan membantu Ibu dan anak Ibu bangkit lagi," terang Adrian dengan penuh percaya diri.

Dania memandangi Adrian dengan penuh waspada. Wanita itu khawatir Adrian akan melakukan sesuatu yang buruk pada dirinya dan juga putrinya.

"Pertanggungjawaban seperti apa yang bisa Bapak berikan pada kami? Apa Bapak bisa menghidupkan suami saya lagi?" sungut Dania.

Dania terus berbicara ketus pada Adrian. Hanya dengan melihat pakaian Adrian saja, Dania sudah bisa menebak, Adrian pasti berasal dari kalangan orang berada. Dania takut, ia dan putrinya akan diintimidasi oleh Adrian.

"Saya ingin menawarkan kesepakatan pada Ibu dan anak Ibu," ucap Adrian. "Saya jamin, kesepakatan ini tidak akan merugikan Ibu dan keluarga."

"Kesepakatan apa?"

"Saya akan menikahkan anak saya, Refal, dengan putri Ibu," ujar Adrian kemudian.

Dania dan Savira membelalakkan mata. Mereka benar-benar shock mendengar perkataan Adrian yang tiba-tiba membahas pernikahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Perhatian Berlebih

    "Alhamdulillah!" gumam Savira saat tiba di rumah sakit dokter terapisnya.Keadaan rumah sakit kini tampak lebih ramai dari biasanya terlebih karena Savira sedikit terlambat. Bahkan sepanjang perjalanan pikiran Savira terus berkecamuk dengan kejadian malam sebelumnya. Ia mencoba mengusir ingatan itu, tetapi nama "Rania" yang disebut Refal saat mabuk masih terus terngiang di telinganya. Begitu sampai di tempat itu, Hadi membantu Savira turun dari mobil dan mengantarnya masuk. Saat tiba di ruang terapi, dokter Aryan sudah menunggu dengan senyuman ramah di wajahnya. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda dari tatapan dokter muda itu. "Selamat pagi, Savira," sapa dokter Aryan dengan hangat.Savira pun mengangguk kecil dan tersenyum tipis. "Selamat pagi, Dokter. Maaf, saya datang agak terlambat.""Datang dengan selamat saja sudah membuat saya tenang," balas dokter Aryan, matanya tidak pernah lepas dari Savira. Savira mengalihkan pandangannya, sedikit heran dengan ucapan dokter itu. Ia

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Sedikit Melawan

    "Oke, pastiin kamu nggak bikin masalah di luar selama kamu ke rumah sakit." Luna berucap dengan nada sedikit mengancam. Savira terkesiap saat ia hanyut dalam lamunannya tentang beberapa hal yang terjadi pagi ini. Pun setelah kepergian Luna dan suasana di ruang makan terasa hening. Ia dikejutkan dengan kemunculan ibu mertua dan ocehannya yang terdengar dingin, tetapi ada ancaman tersirat dalam nada bicaranya."Kita semua ingin kamu cepat sembuh, tapi jangan sampai ada hal lain yang bikin keluarga ini tercemar," ucap bu Rosnita lagi.Savira hanya mengangguk, berusaha perasaan sesak dalam hatinya. "Aku ngerti, Ma. Aku akan fokus pada terapiku."Bu Rosnita tersenyum tipis, lalu melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Savira duduk sendirian di ruang makan, menatap sarapan yang belum sempat ia sentuh karena suasana yang terus menekannya. Hatinya terasa sesak. Setiap hari ia harus menghadapi cemoohan dan sindiran dari keluarga ini. Namun, ia tahu bahwa ia harus bertahan. Satu-satunya

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Kejadian Semalam

    "Bismillahirrahmaanirrahiim ...."Savira menarik napas panjangnya, berusaha menenangkan diri sebelum menggerakkan kursi rodanya menuju ruang makan.Pagi itu suasana di rumah keluarga Adrian tampak seperti biasanya, penuh dengan aktivitas dan suasana sarapan yang sibuk. Savira mendorong kursi rodanya perlahan menuju ruang makan. Sejak semalam, ia sudah mempersiapkan dirinya untuk hari ini, mencoba menguatkan hati setelah kejadian tak terduga yang dialaminya dengan Refal. Ia berusaha melupakan hal itu meski sulit. Bahkan setiap pagi selalu menjadi momen yang sulit baginya, terutama saat harus bertemu dengan ibu mertuanya dan adik iparnya yang selalu bersikap seenaknya.Di ruang makan, bu Rosnita sudah duduk di kursinya, ditemani oleh Luna yang sedang sibuk menata rambutnya. Sedangkan Adrian tengah asyik menyesap kopinya. Refal datang tak lama setelahnya, mengenakan pakaian kerja yang rapi dengan wajah tanpa ekspresi. Lelaki itu tampak memijat-mijat pelipisnya berusaha berjalan dengan be

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Bukan Aku

    "Satu lagi!" teriak Refal pada bartender di hadapannya.Tanpa berlama-lama, baternder itu lekas mengisi gelas kosong milik customernya sampai penuh. Kemudian Refal segera meneguk minuman tersebut sampai habis hingga kini posisinya sudah terkulai dumi atas meja, tidak kuat menahan kepalanya karena pengaruh alkohol yang sudah mulai menguasai dirinya.Namun di sela-sela itu pula, Refal berusaha tersadar dan kembali mengacungkan gelasnya. "Beri aku satu lagi ...," pintanya, dengan suara yang sudah mulai lemah.Bartender itu pun geleng-geleng kepala tak habis pikir. "Anda sudah mabuk, Tuan.""Nggak!" Refal lalu mengerjap, seketika mengangkat kepalanya berusaha menatap bartender itu meski kesadarannya entah kemana, "aku nggak mabuk!""Ck! Merepotkan! Dengan siapa anda datang?"Refal tentu tidak akan menjawab, karena pria itu kini telah kembali terkulai lemas di atas meja, kesadarannya benar-benar sudah kacau. Entah berapa gelas minuman yang telah ia habiskan selama beberapa jam terakhir.Ba

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Bimbang

    "Astaga ... ada apa denganku!?" gumam Refal merutuki sikapnya.Di kantornya yang sepi, Refal duduk di kursi kerjanya dengan wajah muram. Pekerjaan yang biasanya bisa membuatnya tenggelam dan melupakan sejenak kehidupan rumah tangganya, kali ini tak mampu menyelamatkannya dari keresahan yang melanda hatinya. Pikirannya terus melayang pada percakapan dengan asistennya sebelumnya. Refal kemudian memijit pelipisnya, mencoba mengusir kegelisahan yang tak kunjung hilang. Mengapa ia harus merasa resah hanya karena mendengar cerita interaksi antara Savira dan dokter Aryan? Bukankah seharusnya ia tidak peduli? Toh, selama ini ia bahkan tidak pernah memedulikan kondisi Savira secara sungguh-sungguh. Namun, entah mengapa perasaan itu muncul begitu saja, mengusik ketenangannya. “Nggak mungkin ... aku nggak mungkin mikirin dia,” gumam Refal pada dirinya sendiri. Ia menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. “Hatiku hanya untuk Rania. Hanya untuk kekasihku.”Refal menghela

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Diam-diam cemas

    Mobil yang Savira tumpangi akhirnya tiba di pekarangan rumah setelah sesi terapi yang cukup melelahkan. Wajahnya terlihat lebih tenang, meskipun tubuhnya masih terasa lelah akibat latihan fisik yang cukup intens. Hadi membantu mendorong kursi roda Savira hingga ke ruang tamu sebelum berpamitan untuk kembali ke kantor."Terima kasih, Hadi," ucap Savira dengan senyum tipis."Sama-sama, Nyonya. Anda bisa beristirahat agar tenaga anda cepat pulih," jawab Hadi sebelum melangkah keluar.Savira pun mengangguk pelan, sebelum akhirnya Hadi berpamitan dan pintu rumah tertutup, Savira menghela napas panjang. Ia merasakan sedikit kelegaan setelah menjalani terapi pertamanya dengan baik. Namun, perasaan lega itu tak berlangsung lama. Dari sudut ruangan, Luna muncul dengan wajah dingin dan senyum sinis yang sudah sangat dikenal Savira."Wow, Kakak iparku kelihatannya sumringah banget hari ini," ujar Luna dengan nada menyindir. "Pasti menyenangkan, ya? Keluar rumah ketemu cowok lain?"Savira menoleh

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Dokter Muda dan Tampan

    "Kita sudah sampai, Nyonya," ujar Hadi. "Tolong tunggu sebentar, saya akan membantu anda turun."Savira lantas mengangguk pelan dan menjawab. "Terima kasih."Hadi segera keluar dari mobil dan membantu Savira turun lalu mendorong kursi rodanya memasuki rumah sakit. Tiada hentinya Savira berterima kasih kepada Hadi bahkan saat mereka menunggu di meja resepsionis.Suasana rumah sakit itu tampak ramai dan banyak dokter muda berparas tampan berlalu lalang bercampur dengan para pasien yang berdatangan. Savira pun merasa gugup hari ini meski sejak tadi berusaha menyembunyikannya."Apa dokternya belum datang?" tanya Savira, melihat ke arah Hadi yang baru saja selesai berbincang dengan salah satu petugas resepsionis.Hadi pun lekas mengalihkan pandangannya kemudian menjawab. "Sudah, Nyonya. Kita disuruh menunggu karena dokter Aryan masih ada pasien."Savira pun mengangguk paham dan tidak kembali bertanya lebih. Meski dalam pikirannya tiba-tiba terlintas sebuah nama yang baru saja disebutkan ol

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Datar dan Dingin

    "Astaghfirullah ...." Savira bergumam dalam hati, berusaha menenangkan dadanya yang bergemuruh.Savira terdiam, menatap kosong. Ia tidak pernah menyangka suaminya akan bersikap dan berkata sekejam ini. Meski mustahil, ia masih menyimpan harapan kecil bahwa mungkin seiring berjalannya waktu, Refal akan melunak dan mau bersikap tidak terlalu bersikap dingin padanya. Namun, malam ini semua harapan itu hancur berkeping-keping. Rasanya sangat mustahil seorang Refal berubah dalam memperlakukannya. Melihat Savira yang menangis dalam diam, Refal sama sekali tidak menunjukkan rasa simpati. "Besok pagi, kamu akan memulai terapi. Aku sudah mengatur semuanya," katanya tanpa melihat ke arah Savira. "Jangan pikir ini karena aku peduli padamu atau semacamnya. Aku cuma mau kamu cepat pulih biar kita bisa segera pisah."Savira menghela napas pelan. "Ya. Aku tahu ... tapi minimal kamu bisa bersikap sedikit hangat. Toh, semua ini juga karenamu."Refal lalu menaikkan sebelah alisnya, terkejut dengan pen

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Derita

    "Akhirnya kamu pulang, Mas." Savira tersenyum menyambut suaminya yang baru saja muncul dari balik pintu. Tetapi Refal hanya diam tak menanggapinya bahkan meneruskan langkah melewati Savira yang berada tepat di hadapannya. Savira pun tersenyum simpul, tidak menghiraukan respon suaminya yang demikian, dengan berusaha menyingkirkan perasaannya yang tak menentu, Savira tetap tersenyum dan berusaha mencairkan suasana. "Nanti kita makan malam sama-sama, ya? Aku udah masak," ucapnya lagi sembari menggerakkan kursi rodanya, berusaha menyusul langkah Refal yang tentu tidak akan terkejar olehnya. Savira pun terduduk dengan wajah penuh harap. Ia tahu bahwa malam ini adalah gilirannya untuk menyajikan makan malam bagi suaminya. Meski ia tidak sepenuhnya memasak sendiri dan masih banyak dibantu oleh Mbok Sari, ia tetap merasa senang dan berharap Refal akan menghargai usahanya. Di meja makan sudah tertata sop ayam hangat, nasi putih, dan tumis sayuran. Ia juga menyajikan teh hangat favorit Refa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status