Share

Perdebatan

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-07 17:31:45

Refal membelalakkan mata. Memang pria itu sudah membuat kesalahan besar, hingga ia menghilangkan nyawa seseorang. Tapi Refal tak menduga, ayahnya akan meminta dirinya untuk memberikan tanggung jawab dalam bentuk pernikahan.

"Maksud Papa apa? Kenapa aku harus menikah sama anak gadisnya yang udah lumpuh itu?" protes Refal. "Bukan aku satu-satunya orang yang bersalah dalam kecelakaan ini! Kalau aja motor itu nggak muncul tiba-tiba, aku juga nggak akan nabrak motor itu! Kenapa cuma aku yang disalahin? Orang yang bawa motor itu juga salah!"

"Kamu masih berani membela diri?" sentak Adrian. "Apa omelan Papa masih kurang? Apa teriakan Papa masih kurang kencang? Kamu tahu nggak, perbuatan kamu itu sudah fatal, Refal!"

"Tapi permintaan Papa itu nggak masuk akal! Kenapa Papa tiba-tiba minta Refal buat nikahin perempuan lumpuh itu?" sahut Rosnita ikut melayangkan protes pada suaminya. Rosnita juga tidak setuju pada rencana Adrian yang ingin menikahkan putra kesayangannya dengan gadis sembarangan.

"Papa kan punya banyak uang! Kalau mereka meminta pertanggungjawaban, kita tinggal kasih uang ke mereka! Gampang, kan?" seru Refal dengan angkuhnya. "Buat apa aku nikahin perempuan nggak jelas itu? Lagi pula, aku nggak kenal sama dia. Dan aku rasa, aku nggak perlu bertanggung jawab sampai sejauh ini. Kita masih bisa kasih penawaran lain, selain pernikahan."

Refal berusaha menawarkan solusi lain. Pria itu tak mau dijadikan kambing hitam untuk menutupi kasus ini. Refal tak mau menghancurkan pernikahan impiannya. Satu-satunya perempuan yang ingin ia nikahi hanyalah Rania.

"Kamu pikir Papa meminta kamu menikahi gadis itu untuk apa, Refal? Ini semua juga demi kamu! Kalau kamu nggak bikin ulah, Papa nggak akan maksa kamu untuk menikah sama gadis lumpuh itu!" timpal Adrian. "Kamu pikir uang aja cukup untuk menutup mulut mereka? Nggak ada jaminan mereka akan menutup mulut, sebanyak apa pun uang yang kita kasih ke mereka!" sambungnya.

"Kita cuma berhadapan sama orang miskin, 'kan? Kenapa Papa harus bersikap berlebihan seperti ini?" sungut Refal. "Kita tinggal ancam aja mereka dan paksa mereka untuk menutup mulut! Kenapa Papa harus takut sama orang miskin? Memangnya mereka bisa apa? Mereka nggak akan menang melawan kita!"

Refal benar-benar sombong. Pemuda itu sangat mengagungkan uangnya dan merasa dirinya bisa melakukan apa pun dengan uang, termasuk membeli nyawa seseorang.

"Dari mana kamu mendapatkan keangkuhan seperti ini, Refal? Kamu sudah merasa hebat karena kamu punya uang? Kamu pikir dari mana kamu mendapatkan semua uang yang bisa kamu nikmati sampai saat ini?" sinis Adrian. "Kamu nggak akan bisa menikmati apa pun tanpa kerja keras Papa! Kamu pikir Papa akan membiarkan kamu menghancurkan hasil keringat Papa begitu aja? Kalau sampai kasus ini mencuat ke publik, kamu berani menanggung resikonya? Kamu berani menanggung semua kerugian Papa?" tantang Adrian.

Perdebatan ayah dan anak itu semakin memanas. Rosnita berusaha menengahi, tapi perkataan wanita paruh baya itu tidak didengar oleh Adrian dan Refal.

"Kamu nggak perlu menikah sama perempuan itu! Tapi sebagai gantinya, kamu harus bertanggung jawab kalau sampai terjadi sesuatu pada perusahaan Papa!" seru Adrian.

"Pa, jangan ngomong begitu! Papa terlalu membebani Refal!" tegur Rosnita. "Apa yang Papa takutkan sekarang? Perkataan Refal ada benarnya, 'kan? Papa tinggal kasih uang ke keluarga perempuan itu dan ancam mereka supaya mereka tutup mulut. Mama yakin, mereka nggak akan berani berbuat macam-macam sama kita. Toh, mereka juga bukan lawan kita, 'kan?"

Adrian menatap nyalang ke arah sang istri. "Mama juga mau mendukung Refal? Kalau begitu, Mama harus siap kehilangan semuanya! Apa Mama udah siap kehilangan mansion mewah? Mama udah siap ke mana-mana naik taksi? Mama udah siap kehilangan perhiasan Mama? Jangan harap Mama bisa hidup enak lagi kalau sampai perusahaan Papa kenapa-napa!"

Rosnita tak berani bercicit lagi. Tentu saja wanita itu tak mau kehilangan kemewahan dan kemakmuran yang ia nikmati selama ini. Rosnita tak mau hidup melarat karena bangkrut.

"Refal, kamu nggak punya pilihan lain selain mengikuti perintah Papa!" seru Adrian. "Asal kamu tahu, ya, lawan kamu sekarang bukan gadis lumpuh itu, tapi publik! Kamu pikir kamu bisa menang melawan publik? Begitu kasus kecelakaan ini mencuat dan tersebar ke kalangan masyarakat, kamu pasti masuk penjara, Refal! Apalagi kalau sampai semua orang tahu Papa sempat membungkam media dengan uang. Reputasi Papa akan semakin hancur dan Papa juga akan terseret hukum!"

Keputusan Adrian tak bisa diganggu gugat. Suka tidak suka, Refal harus menikah dengan Savira.

"Kalau kamu menikahi gadis lumpuh itu, kita bisa mengawasinya dari dekat. Dia nggak akan berani macam-macam di bawah pengawasan kita," ungkap Adrian. "Kita juga harus bertanggung jawab atas kelumpuhan yang dideritanya. Kamu harus merawat gadis itu sampai sembuh untuk menebus kesalahan kamu!" sambungnya.

Ini adalah cara yang paling aman untuk membungkam mulut Savira dan ibunya. Adrian harus mengubur kasus ini rapat-rapat demi menyelamatkan bisnisnya.

Sementara itu di tempat lain, Rania saat ini sudah berada di bandara menunggu penerbangan menuju ke Paris. Gadis itu benar-benar akan berangkat ke kota mode itu pada hari ini.

Meski sudah memutuskan untuk pergi, Rania masih berharap Refal akan datang untuk mengejarnya. Memang Rania sudah menolak Refal, tapi bukan berarti Rania sudah tidak menyukai Refal lagi.

Wanita itu memang egois dan tamak. Jika bisa, Rania ingin memiliki keduanya. Rania tak bisa melepaskan kesempatan emasnya untuk pergi ke Paris, tapi ia juga tak rela jika harus mengakhiri hubungannya dengan Refal seperti ini. Rania masih sangat mencintai Refal, tapi ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit.

"Tolong datang ke sini, Refal! Kamu nggak akan biarin aku pergi, 'kan?" gumam Rania seraya menatap foto sang kekasih yang masih tersimpan di ponselnya.

Rania sudah tahu mengenai kabar kecelakaan yang dialami oleh Refal, tapi wanita itu masih menantikan kemunculan Refal. Rania tak peduli entah bagaimana kondisi Refal saat ini, yang jelas ia ingin Refal menyusul dirinya.

"Kenapa Refal nggak datang juga?"

Rania pun berusaha menghubungi Refal, dan menelepon pria itu puluhan kali. Tak lama lagi pesawat Rania akan segera lepas landas. Jika Refal tak kunjung datang, wanita itu akan pergi tanpa bisa melihat Refal lagi.

"Kenapa nomornya nggak aktif?"

Waktu Rania sudah habis. Ia sudah tak bisa menunggu lebih lama. Dengan berat hati, wanita itu pun segera masuk ke dalam pesawat sebelum dirinya tertinggal.

Walau merasa pilu dan terpaksa, akhirnya Rania benar-benar memilih karirnya, dan memutuskan untuk meninggalkan Refal. Gadis itu berani mengorbankan hubungan yang sudah ia jalin bersama dengan kekasihnya selama bertahun-tahun, hanya demi karir yang di damba-dambakan olehnya.

"Selamat tinggal, Refal. Semoga kita bisa berjumpa lagi nanti."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Ending

    "Kamu baik-baik aja selama di sini?" tanya Refal, berusaha mencari topik pembicaraan selama di perjalanan."Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja," jawab Savira singkat. Tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca jendela mobil.Refal tersenyum simpul mendengar jawaban itu, ia sedikit sedih mendapati Savira yang hanya diam bahkan berusaha menghindari kontak mata dengannya. Wanita itu hanya memusatkan pandangannya ke luar jendela bahkan saat Refal mengajaknya berbicara.Refal tetap bersabar karena dengan begitu pun ia merasa senang karena akhirnya bisa berada satu mobil dengan Savira, lelaki itu pun sengaja memelankan mobil dengan alasan jalan kecil dan berkerikil.Hingga dengan helaan napas panjang, Refal kembali berkata. "Maafkan aku ....""Untuk?" tanya Savira."Karena selama ini udah banyak menyulitkanmu," lanjut Refal.Savira kembali terdiam, memilah perkataan apa yang ingin ia ucapkan. Meski banyak sekali hal yang ing

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Luluh

    Setelah pertemuan tak terduga di kota kecil itu, Refal kini bertekad untuk memperbaiki segalanya. Kali ini, ia tidak hanya ingin meminta maaf tetapi juga ingin menunjukkan rasa cintanya yang baru ia sadari begitu mendalam terhadap Savira.Hari-hari Refal di kota itu berubah drastis. Ia mencari cara untuk terus bertemu Savira tanpa mengganggu ruang pribadinya. Mulai dari alasan-alasan kecil, seperti memberikan dokumen terkait bisnis, hingga sengaja muncul di tempat-tempat yang biasa Savira kunjungi. Namun, semua dilakukan Refal dengan penuh kehati-hatian agar tidak membuat Savira merasa terganggu dengan kehadirannya."Aku tahu aku terlambat, tapi aku akan menunggu," gumam Refal.Lelaki itu duduk sendiri di apartemennya, memandangi foto Savira yang diam-diam ia simpan selama ini. Setiap kali bertemu, Refal berusaha menunjukkan sikapnya yang hangat. Ia tidak lagi menyembunyikan rasa cintanya, meski Savira seringkali memilih untuk menjauh. Namun, Ref

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Tak Terduga

    Sudah berbulan-bulan berlalu sejak Savira meninggalkan hidupnya. Refal terus mencari dengan segala cara. Ia menyewa tim profesional, membayar orang bayaran, bahkan mencoba menghubungi orang-orang yang mungkin memiliki koneksi dengan Savira. Namun, semua usahanya sia-sia. “Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tidak ada yang bisa ditemukan, Tuan Muda,” ucap salah satu orang bayaran yang ia sewa, dengan nada pasrah. “Mungkin nyonya Savira memang berusaha menyembunyikan identitasnya sehingga siapa pun tidak akan bisa menemukannya.""Mungkin? Kalian cuma bisa mendasari semua itu dengan kata mungkin, hah?!" Kata-kata itu membuat Refal murka. “Bagaimana bisa kalian mudah sekali menyerah? Bukankah saya membayar kalian cukup mahal untuk menyelesaikan ini?!” “Kami sudah mencoba sesuai kemampuan kami, Tuan. Semua kemungkinan telah kami periksa, tetapi nyonya benar-benar hilang tanpa jejak.” Refal hanya bisa menggeram kesal sambil menggengg

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Sesal yang Terlambat

    Di tengah situasi yang sedang genting, Rosnita dan Luna tampak lebih sering berbicara tentang rencana besar mereka. Di meja makan, suara tawa Luna bergema. “Akhirnya kak Rania pulang juga ke Indonesia. Aku udah nggak sabar kalo kak Refal nikahin kak Rania,” seru Luna penuh semangat. Rosnita mengangguk setuju. “Pasti, dong. Mama juga udah nggak sabar punya menantu secantik dan terkenal kayak Rania. Dia jauh lebih cocok daripada gadis kampungan itu. Kita harus segera berbicara dengan Papa tentang ini," ucapnya tanpa peduli apakah Savira akan mendengar ucapan menusuknya itu atau tidak. Namun, mereka tidak tahu bahwa Rania telah diusir bahkan dijauhi oleh Refal beberapa hari lalu. Refal yang murka setelah mengetahui kebohongan Rania kini sedang mencoba merapikan pikirannya di tempat lain, menjauh dari semua orang, termasuk keluarganya sendiri. Sedangkan Savira kini tetap menjalani rutinitasnya dengan tenang. Setiap pagi, ia berangkat ke butik u

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Bersiap Pergi

    Setelah keputusan Savira tentang keinginannya mengakhiri pernikahan dengan Refal bulat, Adrian bergerak cepat. Ia segera menghubungi pengacara keluarga dan memulai proses perceraian Savira dan Refal. Semua dokumen sudah disiapkan dengan rapi tanpa sepengetahuan Refal. Savira hanya menunggu waktu untuk menandatangani surat-surat itu."Maaf, Tuan. Apa sebaiknya kita beri tahu dulu pada tuan muda? Bagaimanapun juga perjanjian ini melibatkannya juga," ucap Rendra, seorang pengacara yang sudah lama bekerja sama dengan keluarga Adrian.Adrian pun mengangguk. "Aku sudah berusaha, tapi dia sulit dihubungi. Sekretarisnya juga bilang kalau Refal sedang sibuk. Jadi, kupikir kita akan beri tahu dia nanti. Aku juga tidak mau kalau hal ini akan mengganggu urusannya di kantor. Dia juga pasti akan mendukung keputusan ini, jadi harusnya tidak akan ada masalah di lain waktu.""Baiklah, Tuan." Rendra pun mengangguk paham.Sementara itu di butik, Savira mencoba menja

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Aib

    "Ayo ke dokter! Aku akan mengantarmu." Refal sigap menawarkan bantuan dan mendekati Rania."Nggak!" Rania sontak berkata dengan lantang, "a-aku baik-baik aja, nggak perlu ke dokter."Rania duduk gelisah di sofa ruang kerja Refal, memegangi perutnya yang terasa mual. Pandangan Refal menatap tajam ke arah wanita yang selama ini menjadi pusat pikirannya, meski hatinya mulai meragukan semua hal tentang Rania. "Sungguh? Kamu beneran baik-baik aja?" tanya Refal dengan nada tegas. Rania tersentak. Mulutnya hendak menjawab, tetapi gelombang mual yang tak tertahankan tiba-tiba menyerangnya. "Maaf, tapi aku harus ke toilet!" katanya terburu-buru sambil berlari keluar ruangan. Refal hanya bisa menghela napas, bingung dengan perilaku Rania yang tampak tidak biasa. Ketika Rania berjalan tergesa-gesa, tasnya jatuh ke lantai dengan keras, isinya hampir berserakan. Refal menatap tas yang terbuka itu, awalnya enggan untuk menyentuhnya. Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status