Share

Bab 14. Sebuah Harapan

Pukul 08.00 pagi, di sebuah kamar VIP rumah sakit, Pak Mahendra dengan setia menemani sang istri yang masih tergolek lemah di atas ranjang pasien. Wanita paruh baya yang tak lain adalah Bu Sofia itu masih enggan untuk membuka matanya.

"Maira …"

Pak Mahendra tersentak saat istrinya menyebutkan satu nama yang sangat dibenci olehnya saat ini. Perlahan jemari tangan istrinya bergerak-gerak, seiring dengan kelopak mata yang mulai bergerak dan terbuka perlahan. Hati pak Mahendra lega seketika. Pria paruh baya itu mengucap syukur berkali-kali kepada Tuhan.

"Ma, Mama sudah sadar?" ucap Pak Mahendra penuh haru, netranya merebak, bulir bening mulai mendesak untuk keluar dari singgasananya.

Sofia memijit pelan pelipisnya, "dimana Maira, Pa?" ujarnya seraya menatap ke sekitarnya.

Mahendra menghela nafas panjang, dia menyesalkan kenapa sang istri justru mencari Maira–seseorang yang telah membuatnya jatuh sakit.

"Papa panggilkan dokter dulu ya, Ma. Mama baru sadar dari koma, jangan memikirkan hal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status