Share

Bukti

Setalah membawa benda yang Mbok Asih beri Rasti berlari cepat menuju rumahnya, dilihatnya benda itu

'Bagaimana bisa Kang Sena memiliki benda ini, rasanya tidak mungkin' Guman Rasti memegang erat ponsel yang sepertinya baterainya sudah mati, bagaimana cara menghidupkannyapun Rasti tak tau, satu-satunya cara adalah ke kota, begitu pikir Rasti.

Malam semakin larut, tapi kantuk tak kunjung mendera.

'Kalau memang ini milik Kang Sena, pasti dia punya kabel untuk menghidupkan ponsel ini' Rasti bangkit dari tidunya, membuka semua laci yang ada di kamarnya memeriksa lemari dan baju-baju yang tidak seberapa yang mereka punya.

Pluk

Sebuah kabel terjatuh dari atas lemari yang sudah koyak itu, mungkin jika ada yang menendangnya, lemari itu bisa ambruk karena sudah rapuh termakan usia.

'Apa mungkin ini ya sepertinya ini aku pernah melihat Pak Lurah membawa ini'

Dengan hati-hati Rasti mencolokan ponsel itu, wajar saja dia tak tau bagaimana caranya ponsel itu hidup, karena selama ini hanya keluarga pak lurah yang memiliki ponsel, kalaupun ada sanak keluarga yang merantau pasti akan menghubungi kerumah pak Lurah nantinya.

Setelah terhubung ponselnya tak kunjung hidup, dengan yakin sepertinya besok Rasti akan ke kota memastikan apa isi dari ponsel yang kata Mbok Asih ada di saku celana Kang Sena.

***

"Kang bagaimana? Apa ponselnya masih bisa hidup?" Tanya Rasti ketika sudah sampai di tempat konter hp yang jaraknya cukup jauh, harus naik ojek dan angkot juga jalanan yang berbatu.

"Bisa, ini cuma habis daya saja Teh, tinggal di charger pake ini sudah bisa hidup" Jawabnya.

"Oh begitu, maaf nih Kang boleh ajarin aku? Aku sebenarnya belum pandai pakai ponsel ini" Dengan malu-malu Rasti meminta mengajari benda pintar itu, walaupun bukan ponsel keluaran terbaru, tapi bagi Rasti yang baru pertama kali menyentuh tentu saja akan kesulitan.

"Bisa, ini dipinggir untuk tombol power Teh, ini untuk volume, nah ini untuk pesan tapi harus ada pulsa kalau mau berkirim pesan Teh, nah ini Teteh tinggal mengetik mau kirim pesan kesiapa, kalau mau nelpon Teteh tinggal cari disini kontak, lalu cari nama siapa yang akan Teteh telpon, sepertinya sudah ada kartu disini, ada beberapa pesan masuk juga boleh Teteh lihat silahkan" Ucap tukang konter itu dengan panjang lebar dan Rasti mendengarkan dengan seksama.

"Wah canggih ya Kang" Kang konter hanya menanggapi dengan senyuman.

(Sena! Datang temui saya atau saya akan bawa istrimu!)

Pesan itu terkirim sudah beberapa hari lalu, apa maksudnya tidak ada nama di ponselnya, ada beberapa pesan masuk juga yang dikirim dari nomor yang sama tepat saat kejadian naas meninggalnya suaminya.

(Jika kamu ingkar janji maka nyawa Rasti yang akan menggantikannya)

(Berani berbohong pada saya Rasti yang akan menanggungnya)

(Datangi aku di bukit tebing)

Tangan Rasti gemeter, siapa yang melakukan ini, benar dugaannya kalau suaminya itu dibunuh, bukan jatuh seperti kata orang Desa.

"Kenapa Teh?" Karena melihat tangan Rasti yang gemeter sontak Kang konter itu begitu panik.

"Tidak apa-apa Kang, berapa saya harus membayar?" Rasti buru-buru bersikap biasa seolah tidak pernah membacaa apapun.

"Tidak usah teh ponselnya tidak kenapa-kenapa itu hanya perln di charger seperti tadi saja ya" Jawabnya.

Setelah mengucapkan Terimakasih Rasti cepat pergi dari konter Hp, karena waktu juga sudah akan sore, takut sudah tidak akan ada angkutan umum, karena jalan menuju Desa Rasti cukup jauh jaraknya.

Setelah sekian puluh menit menunggu angkutan umum menuju Desa kemuning akhirnya ada juga walaupun harus berdesak-desakan karena penuh.

"Teh Rasti darimana?" Tanya seorang Gadis yang mengenakan seragam SMA itu.

"Ehh Ella, ini habis dari konter hp, baru pulang sekolah La?" Tanya Rasti karena memang jika ingin bersekolah SMA jaraknya cukup jauh dari Desa.

"Iya Teh, habis kerja kelompok"

Rasti hanya mengangguk dan kembali fokus kejalanan, tidak enak juga mengobrol karena angkutan umum yang Rasti tumpangi cukup padat.

Chittttt

Tiba-tiba angkot berhenti mendadak membuat semua penumpang mengumpat karena terbentur satu sama lain.

"Turun kalian semua!"

'Ya allah ada apa ini' lirih Rasti merasa ini bahaya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status