“Astaga!” Rosaline menoleh dan mendapati sosok Callyx yang tengah berdiri sambil menatapnya. Tangannya meraih sesuatu yang menyentuh pundaknya dan ia menyadari bahwa itu adalah jas yang dipakai sang duke ketika ia makan malam. “Apa yang kamu lakukan di sini sendirian?” “Mencari udara segar. Kamu sendiri? Bagaimana bisa kamu menemukanku disini?” Callyx Seibert duduk di sebelah sang putri sambil mengulurkan tangannya dan menyelipkan rambut panjang milik gadis itu ke belakang telinga. “Bukankah ini tempat yang selalu kamu datangi ketika kamu ingin menenangkan diri?” “Benar.” “Omong-omong, apa yang kamu lakukan tadi…” “Pembatalan pertunangan?” Callyx mengangguk, “Benar. Aku tidak menyangka kamu akan melakukan itu.” Rosaline terdiam sambil kembali memandangi pantulan dirinya di air. Di sebelahnya, Callyx terlihat ragu untuk melakukan sesuatu. “Apakah menurutmu itu hal yang tepat?” tanya sang duke. “Tentu saja. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Apa yang membuatmu
Callyx terdiam sambil menatap ke arah Rosaline setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis itu. “Wanita seperti…” “Rosaline!!!” Teriakan seseorang mengagetkan keduanya dan membuat Callyx tidak melanjutkan kalimatnya. Sekali lagi terdengar suara seseorang yang terus memanggil sang gadis. “Itu suara raja…” gumam Callyx. Mendengar itu Rosaline beranjak dari duduknya. “Sampai nanti, Callyx. Kamu berhutang jawaban atas pertanyaan tadi. Selamat malam!” Rosaline berlari menuju ke arah sumber suara meninggalkan Callyx sendirian yang duduk sambil menatap ke arah sang gadis yang semakin lama semakin jauh hingga akhirnya menghilang. Callyx melihat ke arah langit malam lalu tangannya menutupi wajahnya yang sedikit merona. “Hampir saja… Rose…” Callyx berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu. Di sisi lain, Rosaline berjalan menghampiri sumber suara dan dari kejauhan, ia melihat sang raja, ratu dan juga kakaknya, Kane sedang berdiri menunggu kedatangannya. Rosaline s
Rosaline melindungi dirinya dengan kedua tangannya akan tetapi ia dapat mendengar suara yang begitu keras dari hadapannya. Ketika ia menurukan tangannya, ia melihat Ophelia yang sangat terkejut. Tangan dari sang gadis ditahan oleh sebuah tangan yang begitu kuat dan kekar. “Ingat kedudukanmu, Ralli.” Suara itu, suara yang sangat familiar dan wangi yang sangat Rosaline kenal. Rosaline mendongak dan di sebelahnya berdiri sang Duke dengan ekspresi dingin dan penuh kemarahan. “D-Duke Callyx!” Ophelia terlihat ketakutan, badannya gemetaran. Di belakangnya, Sylveryn sontak berdiri dan beberapa saat kemudian, ia terlihat mengurungkan niatnya. Callyx melepaskan tangan Ophelia dan menatapnya dengan dingin. “Nona Ophelia. Saya tidak menyangka seorang gadis seperti anda tidak dapat menahan emosi anda dan bermain fisik.” “T-Tuan Duke, saya bisa jelaskan!” “Anda lupa dengan kedudukan anda di kerajaan ini?” Ophelia mundur selangkah sambil menundukkan kepalanya. Sambil menahan tangis,
“Linette, ambilkan aku pakaian yang hangat.”“N-Nona? Anda akan menemuinya?”“Tentu saja! Aku tidak akan membiarkannya menunggu lebih lama.”Linette mengambilkan sebuah gaun yang berbahan tebal untuk sang gadis dan membantunya mengenakan gaun itu. Setelah memakai pakaian yang cukup hangat, Rosaline berjalan keluar dari kamarnya menuju ke tempat yang tertera pada kertas itu. Sang putri berjalan menyusuri jalan yang ditunjukkan sampai akhirnya ia bisa melihat danau itu sudah tidak jauh lagi. Rosaline mempercepat langkahnya dan ia pun tiba di tepi danau. Gadis itu melihat ke kanan dan ke kiri berusaha mencari sosok orang yang dikatakan Linette tengah menunggunya namun gadis itu tidak melihat siapa pun.
Mendengar pertanyaan dari sang gadis, Callyx terlihat tidak terkejut maupun menunjukkan kesedihan. Ekspresi wajahnya terlihat datar dan ia langsung memberikan jawaban atas pertanyaan Rosaline.“Kecelakaan yang disengaja.”“Kecelakaan…. disengaja?“Callyx menganggukkan kepalanya, “Benar. Kejadian itu terjadi ketika mereka hendak pergi ke negara tetangga untuk urusan bisnis. Selagi mereka dalam perjalanan pulang, kereta mereka tergelincir dan… mereka terjatuh.”“Siapa yang tega melakukan itu? Apakah orang itu telah ditangkap dan dihukum dengan layak?”Callyx menggeleng
“Rosaline…”Wajah sang putri terlihat begitu cantik di malam itu. Jemari sang duke bergerak menyusuri garis wajah dari gadis itu dan berakhir di bibir ranum milik sang dara. Rosaline mematung dengan wajah semerah tomat.“Terima kasih.” ucap sang pria secara tiba-tiba.“Untuk apa?”“Karena kamu mau membantuku untuk mengungkapkan kebenaran. Sejujurnya, aku tidak menyangka kamu akan berkata seperti itu. Maafkan aku, Rose tetapi belakangan ini aku merasa kamu berbeda… Seakan-akan kamu bukanlah Rosaline yang aku kenal.”Perkataan dari Callyx mengejutkan Rosaline. Apakah s
Anak pertama dari raja dan ratu? Dirinya? Sepertinya ada yang salah dengan pelayannya. Sudah sangat jelas bahwa Kane adalah kakak dari Rosaline yang berarti Kane adalah anak pertama dari sang pemimpin kerajaan. Tidak mungkin dirinya adalah anak pertama. Jika memang benar seharusnya Kane yang memanggilnya kakak. Semua ini terlalu tidak masuk akal bagi sang putri. “Linette, sebaiknya kamu beristirahat.” “N-Nona?” “Mungkin kamu kelelahan, omonganmu tidaklah masuk akal sama sekali.” Raut wajah terkejut bercampur dengan kecewa terlihat di wajah sang pelayan. Linette menatap ke arah sang nona tanpa mengatakan apapun lalu ia membungkukkan badannya sebelum berjalan keluar dari kamar itu. Di sisi lain, Rosaline meragukan perkataan Linette namun jika ia mengingat ekspresi wajah dari sang pelayan, ia terlihat sangat yakin dan hal itu membuat sang putri mempertanyakan pernyataan Linette. Ia berjalan menuju lemari yang berada di kamarnya dan matanya menyusuri judul-judul buku yang ada di dal
Sebuah senyuman hangat, rambut pirang dan juga mata hijau bak permata. Itulah yang dilihat oleh sang putri. Lengan sang pangeran melingkar pinggang mungil sang gadis. “K-Kane?!” “Ada apa, Rosaline? Kenapa kamu terlihat begitu marah? Apa kamu tahu suaramu terdengar sampai ke ruang kerjaku?” “M-Maafkan aku…” Kane melirik ke belakang tubuh adiknya dan mendapati gadis yang tengah terduduk di lantai sambil menangis. “Itu…” Rosaline menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. “Linette menghilang.” “Menghilang? Kemana? Bukankah seharusnya dia yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengurusmu?” “Iya, aku dibuat kesal olehnya dan aku memintanya untuk pergi beristirahat saja… Namun pagi tadi, aku diberitahu bahwa ia tidak pernah kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan tidak ada yang tahu dimana keberadaannya. Namun aku melihat dia dan dari gerak-geriknya, aku sangat yakin bahwa gadis itu mengetahui sesuatu mengenai hilangnya Linette akan tetapi ia tidak mau berbicara.”