Share

Bab 3

Penulis: Miss Kay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 14:22:01

"Selama ini, aku selalu bisa mendapatkan apa yang ku inginkan, kecuali satu hal—hati Abizar Yazid. Tapi apa katanya barusan, jangan bermain hati kalau tak ingin terluka? Jangan-jangan dia diam-diam sudah punya kekasih... Akh, Aku tak peduli selama janur kuning belum melengkung aku lah pemenangnya!" jelas Celine.

Tanpa berpikir panjang, ia bergegas mengejar pria itu. "Abizar! Tunggu!" serunya, berlari kecil di koridor hotel. Namun, Abizar tetap berjalan tanpa memperlambat langkahnya. Pria itu seakan tak peduli.

Setelah beberapa langkah lagi, akhirnya Celine berhasil meraih lengan Abizar, menghentikannya tepat di depan lift. Napasnya terengah-engah, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena kesal dicueki Abizar.

"Ada apalagi Nona?" ucapnya dingin tanpa melihat Celine.

"Aku pulang. Jangan tinggalkan aku," ucapnya dengan nada yang dibuat semanja mungkin. Ia bahkan berani menarik lengan Abizar agar pria itu menatapnya.

Abizar terdiam sejenak, lalu dengan lembut melepaskan tangan Celine dari lengannya. "Nona, jangan seperti ini, jaga batasan Anda," ucapnya tenang, tetapi matanya tetap dingin.

Celine mendengus kesal, melirik ke belakang dan mendapati dua pengawalnya, Bob dan Will, yang sejak tadi mengawasi mereka dengan wajah datar.

"Bob, Will, kalau kalian mengadu ke Kak Darwin, aku pastikan uang bonus kalian bulan ini lenyap!" ancamnya.

Will menahan tawa, sementara Bob hanya mengangguk dengan wajah pasrah. Abizar, di sisi lain, hanya menghela napas panjang. Gadis ini memang sulit diatur.

Ketika pintu lift terbuka, Celine buru-buru menarik Abizar masuk, lalu melotot ke arah dua pengawal yang hendak ikut masuk. "Kalian pakai lift lain! Aku mau bicara empat mata dengan Abizar."

"Tapi, Nona—"

"Sudahlah, ada Abizar di sini. Aku aman," potongnya tegas.

Pintu lift tertutup, menyisakan mereka berdua dalam ruang sempit dan sunyi. Celine melirik Abizar, yang berdiri tegap dengan tatapan lurus ke depan seolah dirinya tak ada di sana. Merasa diabaikan, Celine nekat bergerak maju dan melingkarkan lengannya di pinggang Abizar, menempelkan wajahnya ke dada bidang pria itu.

"Abizar, kamu marah padaku?" bisiknya lembut.

Abizar tetap diam, tetapi Celine merasakan tubuh pria itu menegang. Itu pertanda baik—setidaknya dia bereaksi.

Celine mengangkat wajahnya, menatap Abizar dengan mata berbinar. "Kamu tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini, aku akan meminta Kak Darwin untuk menikahkan kita," katanya santai, namun nada suaranya jelas mengandung ancaman.

Abizar akhirnya menatapnya, mata dinginnya menelisik dalam wajah Celine. "Kenapa anda ingin menikah dengan saya, Nona?"

Celine tersenyum penuh percaya diri. "Karena aku mencintaimu, Abizar Yazid. Aku yakin, kalau kita menikah, kamu bisa mencintaiku juga."

Abizar menghela napas, lalu menunduk sedikit, menyamakan tinggi mereka. "Nona, saya hanya pengawal anda. Status kita berbeda. Jangan menganggap pernikahan sebagai permainan."

"Siapa bilang ini permainan? Aku serius," ucap Celine tegas.

"Saya harap anda bangun dari mimpi!" ucap Abizar sinis lalu menatap lurus ke depan membuat Celine mengerucutkan bibirnya.

Lift berbunyi pelan, menandakan mereka telah sampai di lobi. Ketika pintu terbuka, Abizar melangkah keluar lebih dulu, membiarkan Celine mengikutinya.

Namun, sebelum ia masuk ke dalam mobil yang telah menunggu, Celine berbalik dan mendekati Abizar. Dengan cepat, ia berjinjit dan mencuri ciuman singkat di bibir pria itu.

Abizar tidak bereaksi, hanya menatapnya dalam diam.

Celine tersenyum penuh kemenangan. "Selamat malam, kekasih dinginku."

Tanpa berkata apa-apa, Abizar hanya membukakan pintu mobil untuknya.

Dari kejauhan, Will yang menyaksikan adegan itu hanya bisa menghela napas panjang. "Drama orang kaya memang beda," gumamnya pelan.

Setelah mobil Celine melaju pergi, Will menoleh ke Abizar yang masih berdiri diam di tempatnya. "Anda masih tak ingin memberitahukannya, Tuan muda?"

Abizar tak menjawab, hanya menatap langit malam yang gelap. "Kapan pria tua itu pulang?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan.

"Beliau sudah ada di mansion, menunggu anda."

"Bertahanlah di sini, jaga dia untukku," pesan Abizar singkat sebelum beranjak pergi.

Will menatap punggung tegap pria itu dan hanya bisa menggelengkan kepala. "Dia yang dingin, aku yang repot."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 22

    Celine duduk gelisah di ruang tamu, menunggu kedatangan Darwin. Jantungnya berdegup kencang, tak tahu apa yang akan dibicarakan kakaknya. Beberapa menit kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah, membuatnya spontan berdiri. Pintu terbuka, dan Darwin masuk dengan langkah tegap. Tatapannya tajam, ekspresinya sulit ditebak. "Duduk," perintahnya singkat. Celine menurut, menunggu dengan napas tertahan. Darwin menatapnya lekat. "Apa hubunganmu dengan Abizar?" Celine terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "H-Hubungan apa?" Darwin mendengus. "Jangan bohong, Celine. Aku tahu ada sesuatu di antara kalian." Celine mengerutkan kening, merasa heran dengan pertanyaan kakaknya. "Kan Kakak yang menyuruhku mengambil proyek kerja sama dengan

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 21

    Celine mengusap wajahnya dengan frustasi. Berurusan dengan Abizar Yazed? Itu sama saja dengan melemparkan dirinya ke dalam mulut harimau. Pria itu terlalu licik, terlalu penuh tipu daya, dan yang lebih buruk—terlalu menggoda. "Baiklah, cukup bicara soal itu. Aku harus pergi sebelum Darwin benar-benar pulang dan mengira aku ikut campur terlalu jauh dalam urusan kalian," ujar Ayana yang pergi meninggalkan mereka kembali ke kamarnya, ekspresinya serius. "Dan Abizar, jangan berbuat macam-macam. Aku serius." Abizar hanya mengangkat alis, senyum jahilnya tak berkurang sedikit pun. "Aku? Berbuat macam-macam? Oh, Nyonya Darwin, kau benar-benar salah menil—" "Ya, ya, simpan akting tak berdosamu itu untuk orang lain!" potong Ayana sebelum pergi ke kamarnya. "Celine, jangan biarkan dia menggodamu lagi!" Celine menghempaskan diri ke sofa dengan napas panjang. Percakapan barusan dengan Ayana masih t

  • Pesona Panas Asisten Dingin   bab 20

    Celine menghela napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian barusan. Abizar benar-benar membuatnya kehilangan kendali, dan sekarang, dengan Ayana duduk di depannya sambil bertanya dengan nada serius, ia harus kembali ke realita. "Celine? Kau mendengar pertanyaanku, kan?" Ayana menyipitkan mata, memandangnya penuh selidik. "Kau baik-baik saja?" Celine buru-buru mengangguk. "Tentu saja. Aku hanya... sedikit kaget. Maksudku, Kak Darwin baru pulang besok, kan? Jadi kenapa kau panik begitu?" Ayana melipat tangan di dada. "Karena aku tahu kau dan Abizar tidak bisa dibiarkan berduaan terlalu lama. Buktinya tadi, aku hampir kebobolan!" Abizar yang duduk di seberang meja hanya terkekeh santai, menyilangkan kaki dengan ekspresi tak berdosa. "Kau terlalu khawatir, Nyonya. Aku hanya ingin memastikan Celin baik-baik saja. Tidak lebih, tidak kurang." "Tentu saja Celin pasti baik-baik saja," gumam Ayana, me

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 19

    "Kalau kau belum ingat juga, aku akan menunjukkan sesuatu yang pasti akan membantumu mengingatnya," bisik Abizar, jari-jarinya usil mengelus paha Celine. Celine menepis tangan Abizar, tapi hanya sedikit. "Jangan macam-macam! Aku curiga kau menyimpan sesuatu... sesuatu yang sangat pribadi milikku?" Suaranya sedikit gemetar, campuran rasa malu dan gairah. Abizar terkekeh rendah, suaranya berat dan sensual. "Ada di mobilku. Dan aku yakin, melihatnya akan membuatmu mengingat semuanya dengan sangat jelas." Ia sengaja menggeser tubuhnya, membuat tubuhnya bersentuhan dengan Celine. Celine mendesah pelan, tubuhnya menegang. "Yaaak! Kau ini! Bicaramu... mesum sekali!" Ia mencoba mendorong Abizar, tapi gerakannya justru membuat tubuh mereka semakin erat bersentuhan. "Menyingkirlah! Sangat sesak... dan panas..." Gerakannya tak terkendali, membuat Abizar semakin tegang. Abizar menahan napas, suaranya serak menahan gairah. "Jangan banyak bergerak, Celine... kau membuatku... sangat tegang..

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 18

    Satu jam lebih Abizar menunggu Celine yang belum juga turun. Matanya, tajam dan tak berkedip, menatap lantai atas. Tanpa basa-basi, ia berjalan menaiki tangga dengan langkah tegap dan pasti. Bob dan Will, yang berdiri tak jauh darinya, ingin melarang, namun sebelum mereka sempat bersuara, Abizar berkata dengan suara berat dan lantang, menghentikan mereka seketika. "Satu langkah, nyawa kalian akan melayang." Abizar melangkah dengan santai, namun elegan, menuju kamar Celine. Namun langkahnya terhenti ketika Ayana berdiri di ujung tangga, menghalangi jalannya. "Abizar Yazed! Kamu tidak boleh masuk ke kamar Celine! Nanti aku adukan ke Darwin!" Ayana berkata dengan mata melotot dan tangan di pinggang, sebuah pose yang bagi Abizar terlihat lucu. Tanpa ragu, Abizar mengeluarkan kotak perhiasan—sebuah kotak beludru merah tua berisi sebentuk berlian The Constellation, s

  • Pesona Panas Asisten Dingin   Bab 17

    Celine mengepalkan tangannya, jantungnya berdebar—bukan karena takut, tapi karena excited yang tercampur sedikit panik. "Cih! Mana berani dia kesini menjemputku," gumamnya, suaranya terdengar seperti tawa halus yang diredam. Celine keluar kamar, aura keanggunannya tak terbantahkan, meski dipadu dengan ekspresi slight sassy. Ia mencari Will, bodyguard-nya yang lebih mirip model iklan parfum. "Will, cepatlah kesini. Aku membutuhkanmu," teriak Celine. Will, yang tengah bergosip—mendapatkan gosip terbaru tentang hubungan asmara kepala koki dan tukang kebun—langsung berlari kecil, kemeja putihnya sedikit kusut. "Nona Celine! Ada apa, Nona?" tanyanya, napasnya sedikit tersengal. "Hey, kau. Siapkan jas termahalmu—yang aku belikan, ingat?—temani aku bertemu Abizar malam ini."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status