Celin Luis memiliki segalanya, kecuali cinta dari Abizar Yased--asisten dingin sang kakak yang merangkap sebagai pengawalnya! Entah mengapa, Abizar seolah menutup diri dari wanita, termasuk Celin! Lantas, bagaimana nasib Celin? Mampukah dia meruntuhkan tembok Abizar dan membuat pria dingin itu menjadi sepanas dirinya? Let's see the story guys ... Fb : kaykokayko Ig : @mela_ir
더 보기Celine Luis menatap keluar jendela dengan bosan. Langit sore di Jakarta tampak biasa saja, dengan lalu lintas yang padat seperti biasa. Tangan rampingnya memainkan ujung gaun yang ia kenakan, sementara pikirannya melayang ke satu sosok yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya-Abizar Yazid.
Pria itu selalu ada di sekitar kakaknya, Darwin. Asisten pribadi sekaligus pengawal yang lebih terlihat seperti patung berjalan daripada manusia. Dengan rahang tegas, sorot mata dingin, dan bibir yang hampir tidak pernah tersenyum, Abizar seperti tembok besar yang sulit ditembus. Celine bergumam pelan. “Kenapa sih, dia harus sedingin itu.” “Siapa?” Suara kakaknya, Darwin, terdengar dari belakang. Celine tersentak kaget sebelum cepat-cepat mengubah mimik wajahnya. “Tidak ada. Cuma bicara sendiri.” Darwin menatap curiga, tapi sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, ponselnya berbunyi. Celine menarik napas lega dalam hati. Namun, saat ia hendak berbalik menuju kamarnya, sosok yang mengisi pikirannya tiba-tiba muncul di ambang pintu. Abizar berdiri di sana dengan setelan jas hitam yang rapi, wajahnya tetap datar dan dingin seperti es. “Tuan Darwin, mobil sudah siap.” Suaranya dalam dan tegas, seolah tidak ada hal di dunia ini yang bisa melawannya. Celine mengangkat sebelah alis, menatap pria itu penuh minat. “Oh, jadi kamu bisa bicara juga rupanya?” Abizar hanya meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada Darwin. Tidak ada jawaban. Tidak ada senyuman hangat. Seolah keberadaan Celine tidak terlihat di matanya. Dan sikapnya itu membuat Celine semakin tertarik. *** Suara musik berdentum keras di dalam ruangan penuh manusia yang menari dan tertawa tanpa beban. Cahaya lampu berwarna-warni bergerak dengan cepat, menerangi wajah-wajah yang hanyut dalam pesta. Di sudut ruangan, Celine Luis duduk di sofa dengan gelas di tangannya, bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat menyesap minuman yang diberikan temannya. Dia tidak menyadari sesuatu yang berbeda dalam minumannya. Rasanya sedikit lebih manis, tapi tidak mencurigakan. Beberapa menit berlalu, dan tubuhnya mulai terasa aneh-panas, gelisah, dan denyut jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Di luar gedung pesta, Abizar memarkirkan mobilnya di lobi. Malam ini, ia menerima perintah langsung dari Darwin Luis untuk menjemput adik perempuannya yang keras kepala. Dengan langkah lebar dan tegap, dia memasuki bar, matanya mengamati sekeliling ruangan, mencari sosok Celine di antara kerumunan. Saat menemukannya, alisnya langsung berkerut. Celine tampak berbeda, wajahnya memerah, matanya memancarkan keanehan dan tubuhnya terlihat sedikit gelisah. Dia menunduk, menekan jemarinya di pelipis seperti berusaha menahan sesuatu. Abizar segera mendekat menghampirinya, menarik perhatian Celine yang langsung terkejut saat melihatnya. "Abizar..." suaranya terdengar lebih lembut, hampir mendesah. "Sedang apa di sini? Kau datang menjemputku?" "Kita pulang," kata Abizar tegas, meraih lengannya. Celine tertawa kecil, terlihat ada gairah di wajahnya yang membuat Abizar semakin curiga. "Kenapa pulang? Pesta baru saja dimulai," bisiknya sambil menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Abizar mengencangkan rahangnya. Celine bukan tipe wanita yang mudah mabuk, dan ada sesuatu yang terasa janggal dari sikapnya. Tanpa banyak bicara, ia menyampirkan lengan Celine di bahunya dan membawanya keluar, mengabaikan tatapan penasaran dari teman Celine dan beberapa orang di sekitar mereka. Saat mereka sampai di mobil, Celine menggeliat di dalam bangku samping kemudi, menarik napas berat. "Abizar... panas..." keluhnya, tangannya meraih leher gaunnya sendiri, ingin melonggarkannya. Abizar menghembuskan napas panjang. Sekarang dia yakin—Celine telah dijebak. Seseorang telah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya. "Nona Celine, dengarkan aku," ujarnya, menahan tangannya agar tidak membuka kancing depan gaunnya. "Tahan! Saya akan membantu, Nona." Celine memejamkan mata, tubuhnya semakin panas, tangannya tanpa sadar meremas lengan Abizar dengan erat. "Abizar... tolong... aku tidak tahan..." Abizar menatap wajah Celine yang berkeringat. Dia harus membawanya ke tempat aman sebelum efek obat itu semakin parah. Tanpa berpikir panjang, ia menyalakan mesin mobil dan melaju ke hotel terdekat. Mengabaikan suara desahan Celine yang mengganggu telinganya. Sesampainya di kamar hotel, Abizar membawa Celine ke kamar mandi. Dengan cepat, dia menyalakan keran air dan membiarkan air dingin mengalir. "Nona Celine, ini akan membantumu," katanya, berusaha tetap tenang saat dia membawa wanita itu ke bawah pancuran. Air dingin mengguyur tubuh Celine, membuatnya sedikit tersentak. Namun, bukannya mereda, tubuhnya justru semakin berhasrat, dan matanya menatap Abizar dengan tatapan yang sulit diartikan. "Abizar... bantu aku. Aku mohon," bisiknya, tangannya terangkat, menyentuh dada pria itu yang basah terkena percikan air. Abizar menegang menahan tangan Celine. "Nona Celine, tenanglah. Kau harus menghilangkan efek obat ini." Celine malah mendekat, jemarinya menyusuri garis rahang tajam Abizar. "Mungkin ada cara lain yang lebih cepat..." bisiknya nakal. Abizar menggeram pelan, mencoba mengendalikan dirinya. "Nona Celine, jangan main-main." Namun Celine hanya tersenyum, matanya berkilat penuh godaan. “Kenapa? Kau tak mau... ayolah Abizar... puaskan aku.” Abizar menarik napas dalam, berusaha meredam keinginan yang mulai merayap di benaknya. "Nona Celine, kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang. Aku tidak akan memanfaatkan keadaan ini." Celine mengedipkan mata, bibirnya mengerucut sedikit. "Aku sadar, Abizar. Sangat sadar... dan aku menginginkanmu." Pria itu mengepalkan tangannya. Ternyata air dingin sudah cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya sendiri. Dengan gerakan cepat, ia menarik handuk dan memakaikannya ke tubuh Celine, lalu berbalik, memberikan jarak. "Sepertinya efek obat itu sudah hilang," katanya akhirnya, suaranya lebih rendah dari biasanya. Celine menatap punggung Abizar dengan pandangan penuh arti, lalu tersenyum menyeringai. "Saat ini mungkin. Tapi jangan berpikir kau bisa menghindar dariku, Abizar." Abizar tak menjawab, hanya melangkah keluar dari kamar mandi dengan langkah cepat, ia menyadari cobaan malam ini begitu berat untuknya.Celine duduk gelisah di ruang tamu, menunggu kedatangan Darwin. Jantungnya berdegup kencang, tak tahu apa yang akan dibicarakan kakaknya. Beberapa menit kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah, membuatnya spontan berdiri. Pintu terbuka, dan Darwin masuk dengan langkah tegap. Tatapannya tajam, ekspresinya sulit ditebak. "Duduk," perintahnya singkat. Celine menurut, menunggu dengan napas tertahan. Darwin menatapnya lekat. "Apa hubunganmu dengan Abizar?" Celine terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "H-Hubungan apa?" Darwin mendengus. "Jangan bohong, Celine. Aku tahu ada sesuatu di antara kalian." Celine mengerutkan kening, merasa heran dengan pertanyaan kakaknya. "Kan Kakak yang menyuruhku mengambil proyek kerja sama dengan
Celine mengusap wajahnya dengan frustasi. Berurusan dengan Abizar Yazed? Itu sama saja dengan melemparkan dirinya ke dalam mulut harimau. Pria itu terlalu licik, terlalu penuh tipu daya, dan yang lebih buruk—terlalu menggoda. "Baiklah, cukup bicara soal itu. Aku harus pergi sebelum Darwin benar-benar pulang dan mengira aku ikut campur terlalu jauh dalam urusan kalian," ujar Ayana yang pergi meninggalkan mereka kembali ke kamarnya, ekspresinya serius. "Dan Abizar, jangan berbuat macam-macam. Aku serius." Abizar hanya mengangkat alis, senyum jahilnya tak berkurang sedikit pun. "Aku? Berbuat macam-macam? Oh, Nyonya Darwin, kau benar-benar salah menil—" "Ya, ya, simpan akting tak berdosamu itu untuk orang lain!" potong Ayana sebelum pergi ke kamarnya. "Celine, jangan biarkan dia menggodamu lagi!" Celine menghempaskan diri ke sofa dengan napas panjang. Percakapan barusan dengan Ayana masih t
Celine menghela napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian barusan. Abizar benar-benar membuatnya kehilangan kendali, dan sekarang, dengan Ayana duduk di depannya sambil bertanya dengan nada serius, ia harus kembali ke realita. "Celine? Kau mendengar pertanyaanku, kan?" Ayana menyipitkan mata, memandangnya penuh selidik. "Kau baik-baik saja?" Celine buru-buru mengangguk. "Tentu saja. Aku hanya... sedikit kaget. Maksudku, Kak Darwin baru pulang besok, kan? Jadi kenapa kau panik begitu?" Ayana melipat tangan di dada. "Karena aku tahu kau dan Abizar tidak bisa dibiarkan berduaan terlalu lama. Buktinya tadi, aku hampir kebobolan!" Abizar yang duduk di seberang meja hanya terkekeh santai, menyilangkan kaki dengan ekspresi tak berdosa. "Kau terlalu khawatir, Nyonya. Aku hanya ingin memastikan Celin baik-baik saja. Tidak lebih, tidak kurang." "Tentu saja Celin pasti baik-baik saja," gumam Ayana, me
"Kalau kau belum ingat juga, aku akan menunjukkan sesuatu yang pasti akan membantumu mengingatnya," bisik Abizar, jari-jarinya usil mengelus paha Celine. Celine menepis tangan Abizar, tapi hanya sedikit. "Jangan macam-macam! Aku curiga kau menyimpan sesuatu... sesuatu yang sangat pribadi milikku?" Suaranya sedikit gemetar, campuran rasa malu dan gairah. Abizar terkekeh rendah, suaranya berat dan sensual. "Ada di mobilku. Dan aku yakin, melihatnya akan membuatmu mengingat semuanya dengan sangat jelas." Ia sengaja menggeser tubuhnya, membuat tubuhnya bersentuhan dengan Celine. Celine mendesah pelan, tubuhnya menegang. "Yaaak! Kau ini! Bicaramu... mesum sekali!" Ia mencoba mendorong Abizar, tapi gerakannya justru membuat tubuh mereka semakin erat bersentuhan. "Menyingkirlah! Sangat sesak... dan panas..." Gerakannya tak terkendali, membuat Abizar semakin tegang. Abizar menahan napas, suaranya serak menahan gairah. "Jangan banyak bergerak, Celine... kau membuatku... sangat tegang..
Satu jam lebih Abizar menunggu Celine yang belum juga turun. Matanya, tajam dan tak berkedip, menatap lantai atas. Tanpa basa-basi, ia berjalan menaiki tangga dengan langkah tegap dan pasti. Bob dan Will, yang berdiri tak jauh darinya, ingin melarang, namun sebelum mereka sempat bersuara, Abizar berkata dengan suara berat dan lantang, menghentikan mereka seketika. "Satu langkah, nyawa kalian akan melayang." Abizar melangkah dengan santai, namun elegan, menuju kamar Celine. Namun langkahnya terhenti ketika Ayana berdiri di ujung tangga, menghalangi jalannya. "Abizar Yazed! Kamu tidak boleh masuk ke kamar Celine! Nanti aku adukan ke Darwin!" Ayana berkata dengan mata melotot dan tangan di pinggang, sebuah pose yang bagi Abizar terlihat lucu. Tanpa ragu, Abizar mengeluarkan kotak perhiasan—sebuah kotak beludru merah tua berisi sebentuk berlian The Constellation, s
Celine mengepalkan tangannya, jantungnya berdebar—bukan karena takut, tapi karena excited yang tercampur sedikit panik. "Cih! Mana berani dia kesini menjemputku," gumamnya, suaranya terdengar seperti tawa halus yang diredam. Celine keluar kamar, aura keanggunannya tak terbantahkan, meski dipadu dengan ekspresi slight sassy. Ia mencari Will, bodyguard-nya yang lebih mirip model iklan parfum. "Will, cepatlah kesini. Aku membutuhkanmu," teriak Celine. Will, yang tengah bergosip—mendapatkan gosip terbaru tentang hubungan asmara kepala koki dan tukang kebun—langsung berlari kecil, kemeja putihnya sedikit kusut. "Nona Celine! Ada apa, Nona?" tanyanya, napasnya sedikit tersengal. "Hey, kau. Siapkan jas termahalmu—yang aku belikan, ingat?—temani aku bertemu Abizar malam ini."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글