Share

Es Coklat

last update Last Updated: 2025-10-28 21:33:08

"Lama banget di ruangan Pak Harun, ngapain aja lo, San?" Laras yang muncul tiba-tiba dibelakang Santi membuatnya terkejut. Santi mau tak mau menepis perasaannya tadi. 

"Umm, itu, gue.... " Bingung juga Santi menjelaskan, apalagi tatapan Laras sudah mengintimidasi dirinya. 

"Ice chocolate satu!" Seorang pelanggan menyelamatkan Santi. Santi segera ke depan mesin kasir untuk menemui pelanggan tadi. Laras sudah geram lebih dulu saat melihat Santi mengacuhkannya. 

'Lihat aja, gue nggak akan biarin lo dekat-dekat lagi dengan pak Harun. Gue pastikan lo menyesal karena tadi pagi lo udah ngeliat kegiatan kami.' ancam Laras dihati. 

Laras berusaha mengendalikan dirinya yang kesal setengah mati terhadap Santi. Dia merasa Santi sudah merebut lapaknya. 

"Ada lagi, Mas?" Ucap Santi. 

"Itu dulu, Mbak, nanti tolong diantar keatas ya sama Mbak-nya ya! Saya sekalian pesan privat room satu diatas" Pinta pelanggan tadi yang tak berkedip melihat dua gundukan gunung Santi yang lupa dia kancing. Keliatan banget tuh pengunjung untuk menelan air liurnya dan mupeng saat ngeliat gundukan gunung milik Santi. 

"Iya, Mas, nanti saya antarkan!" Jawab Santi biasa, setelah menerima pembayarannya. 

Toko kue Santi terdiri dari dua lantai. Lantai bawah untuk ngopi atau duduk biasa. Lantai dua dua ruangan privat, ini kena charge biaya berbeda kalo mau memakai ruangan tersebut. Biasanya digunakan untuk meeting dadakan yang nggak mau keganggu oleh pelanggan lain. 

Ruangannya terdiri dari meja dan sofa panjang, karena memang lebih mahal jadi biaya untuk sewanya pun  mahal dan dihitung awalnya perjam, jika lebih dari saat dia masuk karena ada jam masuk seperti kita menggunakan komputer warnet, maka kelebihan jam akan dibayar setelah pelanggan selesai menggunakan ruangan tersebut. 

"Ras, gue titip kasir lagi ya. Mau antar minuman dan sekalian ngecek ruangan atas juga, soalnya belum seperti dicek juga tadi!" Santi bersiap dengan tray berisi ice chocolate dan pelengkap lain seperti tisu dan lainnya. 

"Iya, lo aja yang bersihin, gue lagi males dan nggak mood!" Laras emang paling malas kalo disuruh bersih-bersih. Jadi, dia sering banget ngelimpahin tugas bersih-bersih pada Santi, meski saat ini Santi sedang pegang kasir. Kalo pun dia yang pegang kasir, Laras akan pura-pura mencari alasan biar Santi yang ngejain semua juga. 

Laras malas bersih-bersih, dia nggak mau kukunya yang sudah di cat kotor saat dia bersih-bersih. Untungnya selama ini Santi nggak merasa direpotkan. Santi biasa mengerjakan semua sendiri dan nggak pernah perhitungan sama teman. 

Tok... Tok... Tok... 

Santi mengetuk pintu dan tak lama pintu ruangan di buka. Terlihat pelanggan tadi terus menatap Santi tanpa berkedip. 

"Mas, ini minumnya ditaruh dimana?" Santi mencoba membuyarkan pelanggan tadi. 

"Eh, iya, masuk Mbak!" Pelanggan tadi membuka pintu dan memutar pintu kearah terkunci. 

Dia terus memandangi tubuh Santi yang bohay. Paha putih mulusnya sudah keliatan menggoda, apalagi saat dia menaruh minuman, seraya nungguin dan hampir memperlihatkan celana dalam milik Santi. 

Dukk! Santi kaget saat berbalik badan dan menabrak pelanggan tadi. 

"Mbak, payudaranya gede dan kenceng banget sih, itu menantang banget, rasanya pengen remes dan hisap!" Santi kaget karena pelanggan tadi tiba-tiba memajukan wajahnya dan berbisik di telinganya. 

"Eh!" Santi yang spontan baru sadar kacing kemejanya terbuka tiga jadi membuat payudaranya keliatan. Tadi dia lupa mengancingkan sampai atas karena pintu diketuk saat di ruangan Pak Harun. 

"Udah Mbak, nggak usah di tutup dulu, mendingan Mbak temenin saya dulu ya, sampai teman saya datang!" Ucap si mas pelanggan dan tau-tau sudah menarik Santi duduk disofa. Makin terangkat paha mulus Santi. 

Santi kikuk dan canggung. Dia nggak pernah diminta untuk menemani orang selama ini. Kalau nggak gara-gara kancing bajunya yang lupa di kancingnya tadi. 

"Tapi, Mas, saya masih ada kerjaan, mau beresin ruangan di sebelah!" Santi mencari alasan, dia nggak mau dibilang yang aneh-aneh kalo ketauan yang lain. 

"Nggak apa-apa, Mbak, sebentar aja kok. Nggak lama. Nanti kalo Mbak ditegur saya yang maju, dan bilang minta ruangan saya dibersihkan sama Mbak!" Si mas-mas tadi ngomong, tapi tatapannya liar dan tangannya sudah bergerak ke salah satu gundukan gunung milik Santi. 

"Ah... Ummm... " Tanpa sadar Santi mendesah saat mas mas tadi mengeluarkan satu payudaranya dan memilin puting susu Santi. 

"Mbak, susunya gede banget sih... saya jadi penasaran pengen remas dan hisap boleh ya?" Santi terkejut nggak nyangka dia bakal merasakan sensasi dihisap payudaranya setelah tadi lembah kenikmatannya dihisap oleh Pak Harun. 

"Tapi, Mas, saya...." Santi serba salah. Dia takut ada yang lewat. 

Tiba-tiba mas mas tadi menarik tubuh mungil Santi dan memangkunya. 

"Duh, Mbak, tubuh mungil kamu mungil banget sih, tapi susu kamu dan bokong kamu aduhai banget sih...!" Mas mas tadi sudah menyandarkan tubuhnya di sofa dan membiarkan matanya memandangi gundukan gunung Santi yang besar. 

"Uhm, saya juga nggak tau Mas, emang dari lahir saya sudah begini!" Malu-malu Santi berkata sambil menundukkan wajahnya. 

"Gemes deh saya, bibir Mbak mungil banget, saya boleh cium ya?" Kembali Mas Mas tadi minta izin Santi dan tangan satu bermain dibibir Santi, tangan satunya sudah meremas pelan satu payudara milik Santi. 

"Ahh... Ummm... Enakkk banget mas... " Santi yang benar-benar ketagihan di sentuh tangan laki-laki. Lalu perlahan kepala mas mas tadi mulai mendekati bibir Santi, menyapu perlahan, masuk ke mulut Santi, lidahnya yang hangat sudah bermain di dalam mulut Santi yang belum pernah merasakan ciuman melayang kebawa suasana. Hingga tanpa sadar Santi bergerak tak tenang di atas pengkuan mas mas tadi. 

Mas mas tadi menarik  bibirnya keluar setelah memberikan lumatan hangat di dalam bibirnya, lalu dia memutar tubuh Santi ke sofa dan merebahkan perlahan tubuhnya di sana. 

"Mbak, saya gemes banget sama kamu ... Kamu bikin saya horni!" Setelah berbisik, mas mas tadi turun ke payudara Santi meremas perlahan satu miliknya lalu satu lagi dia mulai menghisap dan melumat dalam dalam payudara milik Santi itu. 

"Ahh... Mas... Ee... Nakk... Banget... Lagi mass.... " Rancu Santi yang mengeliat dan makin menegang saat putingnya dihisap dan digigit oleh mas mas tadi. 

Mas tadi mengangkat wajahnya dia benar-benar puas melihat saat wanita yang disentuhnya merancu dan mengeluarkan desahan yang membangkitkan geloranya. Lalu dia sangat yakin kalau tubuh Santi yang dibawah pasti lebih enak lagi kalau di pandang. 

Mas tadi menaikan rok Santi sampai pinggang dan melihat celana dalam Santi basah saat disentuh. 

"Mbakk, udah basah, saya jilat yaa, nanti mbak kulum punya saya yahh... " Santi yang mengangkat kepalanya kaget roknya udah berada di pinggang dan kedua  pahanya sudah di buka lebar sama mas mas tadi, dan tangannya masih terus memberikan gesekan deg deg serr ke tubuh Santi. 

"Ummm... Yaa... Udah mass... Cepetan yaa... Saya takut ketauan... " Santi yang menahan tapi tetap menginginkan karena tadi saja rasanya sudah sangat enak. 

"Iyaa... Mbakk, saya hisap yaa... Mbak remes aja susu mbak, nanti tambah enak deh... " Memberitahu dan Santi pun memang sudah memainkan dua payudaranya, memilin memutar dan meremas dan saat itu mas mas tadi mulai menghisap lagi lembah kenikmatan milik Santi. 

"Ahhh.... Masss..... Enakkk... Bangettt... Disituuu mass.... " Rancu Santi yang candu di hisap dan diobok-obok makin menggila. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Perawat Papa    Keluarga Lengkap

    Santi gamang. Dia melihat suami lalu orang yang akan ditolongnya. Dia gak mengira kalau kebaikan Marni selama tiga hari ini adalah rencana untuk manawan dirinya secara perlahan tanpa paksaan.Santi melihat tubuh suaminya membeku, gak berkata apapun. Bahkan rasa sedih yang gak terlukiskan itu menyayat hatinya. Dia gak mengira kalau kehidupan Bimo, suaminya akan ada drama seperti ini.Seorang laki-laki masuk diantara merke. Dia, Gabriel, laki-laki juga dokter pribadi keluarga suami Marni. Dia sudah datang sejak tadi, bahkan drama mengiba Marni pun sudah dilihatnya. Hanya saja Gabriel memang menutup mata, dia sudah menjadi dokter pribadi sejak dulu dan disisi lain yang gak Marni ketahui, laki-laki itu diam-diam menyukai Marni sejak dulu. Namun, dia bungkam dan tetap menjadi dokter setia, asalkan berada disisi Marni.“Aku mau pulang, Mama Mar. Aku gak mau disini lagi!”Suara Santi memecah perang sengit antara pak Abdi dan Marni. Reyhan menoleh pada Santi dan menyentuh tangannya. Reyhan me

  • Pesona Perawat Papa    Meminta Santi

    “Marni?” kini semua menoleh pada suara pak Abdi. Rossa masih menggandeng lengan suaminya dan lumayan terkejut saat suaminya meneriaki nama wanita lain, tepatnya Rossa tahu suaminya menyebut nama siapa.Bimo berbalik dan melihat seorang wanita. Dia pun sama terkejutnya, tubuhnya bergetar dan kotak obat yang dipegangnya jatuh ke lantai.Pak Abdi berjalan mendekati wanita itu. Dia benar-benar berdiri tegap dihadapan wanita yang dipanggilnya dengan Marni. Bimo, samar, meski ingatan masa kecilnya gak begitu baik, dia mengenali sosok itu.“Apa maksudnya ini? Setelah kau pergi dan merampas kebahagianku, sekarang kau ingin merampas kebahagian putramu sendiri!”Suara teriakan pak Abdi menggelegar. Santi gak kalah terkejut. Dua hari lalu pun ada kisah mengejutkan antara Reyhan dan dirinya. Mungkin terlihat konyol dan gak masuk akal, tapi begitulah drama yang terjadi pada Santi.Dua hari lalu, saat Gabriel datang dan menyuntikkan obat pada Reyhan akhirnya Santi tahu kisah Reyhan dengan wanita ya

  • Pesona Perawat Papa    Santi Ditemukan

    "Sudah tiga hari berlalu, Bimo? Bagaimana perkembangan dari polisi? Apa mereka sudah memberikan kabar terbaru?"Bimo hanya terdiam dan gak bersemangat saat Rossa memberikan pertanyaan tentang hilangnya Santi. Istrinya seperti hilang ditelan bumi. Polisi pun belum mendapatkan kabar hilangnya Santi.Tiga hari ini Bimo juga sudah memeriksa seluruh rumah sakit, hotel, penginapan atau mungkin saja tempat yang mereka sering kunjungi tanpa. Bimo rela gak istirahat hanya untuk mendapatkan kabar terbaru dari Santi."Apa kamu sudah menghubungi teman teman Santi? Mungkin saja, Santi menghubungi mereka?" Rossa masih bertanya dengan khawatir. Mereka semua pun ga tenang."Gak Mah, teman Santi gak banyak dan hanya ada beberapa kontak di ponselnya!"Bimo bahkan baru tahu di dalam kontak Santi hanya beberapa orang, bisa dihitung dengan jari. Dia gak menyangka kalau circle pertemanan istrinya sangat sedikit, berbeda dengan dirinya.Semakin tahu circle pertemanan Santi sedikit, Bimo makin mencemaskan is

  • Pesona Perawat Papa    Sandra Meminta Maaf

    Plak! Plak! Satu tamparan keras sedang mendarat di pipi Sandra. Rossa sedang mengamuk, saat dia melihat wajah putrinya yang datang pagi ini. Sandra sudah berhasil membuat mood Rossa meningkat drastis dengan kemarahannya.Rossa gak perlu bertanya apapun pada putri bungsunya itu. Apalagi setelah mendapatkan tamparan dari ibunya, Sandra gak memberikan perlawanan. Mulutnya membisu.Bambang yang mengantar dan masuk diantara mereka juga terkejut. Dia sedikit merasa bersalah karena sudah memberikan hukuman Sandra dengan cambukan gesper dipunggung juga mengabiskan malam panjang bersama Sandra sampai dia puas. Bambang, ingin membantu, tapi dia sudah di wanti-wanti oleh Sandra, apapun nanti yang dilakukan ibunya, dia ga boleh ikut campur.Bimo baru saja turun, wajahnya frustasi apalagi setelah dia menemukan ponsel Santi ada di kamar mereka. Jadi, Bimo cukup kesulitan mencari keberadaan Santi. Bimo gak bisa tidur semalam.“Rossa, apa yang kamu lakukan? Hah?” pak Abdi mencegah tangan Rossa kembal

  • Pesona Perawat Papa    Ada Dua

    "Ma-af, tolong lepaskan aku!" Santi berusaha mendorong pelan tubuh laki-laki yang masih memeluknya erat.Dia menggeleng kuat dan gak mau melepaskan pelukannya."Gak, aku gak akan mau lepasin kamu lagi, Santi. Aku ga mau, aku gak mau kamu pergi lagi. Aku mengaku salah sayang. Tolong maafkan aku, tapi jangan pergi lagi. Aku berjanji, sungguh, aku berjanji akan menjaga kamu dan bayi kita!"Sesak nafas Santi, dia yang tertahan akhirnya batuk pelan. Lelaki tadi baru menyadari pelukannya terlalu erat dan melepaskan."Maafkan aku, sayang. Maaf, aku gak sengaja. Aku terlalu gembira. Aku senang sekali melihat kamu dan anak kita!"Lagi dan lagi Santi mendapatkan pengakuan yang gak masuk akal. Bagaimana bisa dia dan bayinya diakui sebagai orang lain."Ma-af, anda salah orang, saya bukan istri anda dan anak ini bukan anak anda," Santi berusaha menjelaskan."Reyhan, kamu gak melupakan namaku kan, sayang? Bukan anda, tapi, Reyhan. Reyhan. Aku tidak salah sayang, sungguh, kamu memang istri dan ini a

  • Pesona Perawat Papa    Istriku

    “Mas Bimo, bagaimana ini, mbak Santi pergi, Mas?” Sandra juga ikutan panik dan merasa bersalah.“Aku akan mengejarnya dan kamu, Bambang kenapa kamu bawa istriku kesini!” Bimo sedikit menaikan nada suaranya saat Bambang mengampiri.Meski Bambang juga sedikit terkejut dengan penampilan Sandra yang keluar ditengah hujan sambil mengenakan lingerie tipis seperti itu. Melihat kemarahan Bimo, Bambang tahu, tuannya benar-benar gak melakukan apa yang seperti penglihatan Santi barusan.Tentu saja Bambang lebih tahu, Bambang, Joko dan Doni adalah para pelayan setia Bimo. Itu bukan lagi rahasia, bagi mereka bertiga para pelayan laki-laki di rumah Abdinegara. Dulu pun saat berbagi para mantan perawat ayahnya, mereka bertiga pasti mendapatkan jatah untuk mencicipinya.Tapi, sejak kehadiran Santi dirumah, Bambang tahu, kebiasaan tuannya itu sudah berubah. Gak akan tergoda lagi. Bimo hanya akan setia pada Santi, hanya saja masalahnya saat ini, Bambang mengerti kondisi Santi yang akan lebih manja dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status