Share

Dipecat

last update Last Updated: 2025-10-28 21:33:33

"Ahhh ... Ayoo ... Mbaakkk.... Keluarin ajaa, saya udah nggak tahan juga nih ... " Sahut mas mas tadi seraya memberikan gelora desakan berbeda agar Santi segera orgasme.

"Ahh ... Ah ... Enak Umm … " Santi mengejang untuk kedua kalinya saat melepaskan cairan kental berwarna putih dari luangnya. Membuatnya terus berkedut merasakan nikmat yang tetap ingin dia rasakan terus.

"Saya bersihin ya Mbak," Ucap mas tadi memasukkan kembali Kepalanya ke lembah rimba milik Santi dan membersihkan cairan kental miliknya. Setelah bersih mas tadi membantu merapikan baju milik Santi dulu, setelah rapi seperti semula mas tadi mulai membuka celananya dan mulai mengeluarkan batang miliknya.

Santi sedikit kecewa melihat batangnya yang nggak gede seperti milik Riki. Karena bayangan fantasi Santi adalah batang besar yang memegang seperti milik Riki.

"Saya hisap ya mas," Meski kikuk Santi mencoba bersikap seolah sudah pernah melakukannya. Seperti bayangan saat dia melihat Rina mengisap batang, Santi pun mulai memperagakannya.

Tapi, Lagi-lagi Santi sedikit kecewa karena baru berapa saat batangnya masuk, si mas sudah menyembur keluar memuntahkan laharnya.

"Uhhh... Ummm..." Ucap mas tadi mengambil nafasnya sesaat lalu segera menutup celananya.

"Mbak, ini buat tips mbaknya. Tolong jangan bilang siapa-siapa ya, kalo saya minta itu tadi!" Mas tadi memberikan Santi 5 lembar uang merah dan memasukan ke dalam saku kemejanya.

"Ah, ini mas, nggak usah. Saya janji kok nggak akan bilang-bilang!" Santi menolak karena sebenarnya dialah yang diberikan enak dan rasa penasaran soal dihisap payudara dan lembah kenikmatan, hari ini sudah dia rasakan semua.

"Udah Mbak, ambil aja, saya nggak apa-apa kok. Cuma kalo saya besok-besok datang lagi kesini dan memesan ice chocolate sama Mbak berarti saya lagi pengen dilayani sama Mbak, Mbak nggak keberatan kan?" Mas tadi seperti sedang memohon. Akhirnya Santi menerima uangnya.

Lagipula Santi nggak rugi banyak kok dia juga bisa merasakan nikmat sekaligus mendapatkan uang.

"Iya mas, Terima kasih kalo gitu. Saya pergi bersih-bersih di ruangan sebelah ya!" Pamit Santi dan buru-buru ke ruangan samping untuk mengecek dan membersihkannya.

Santi membersihkan ruangan seperti biasanya dan saat dia turun lantai bawah sudah ramai dengan yang beli. Jadi dia berbaur dan segera membantu pesanan. Laras masih membantu dia memegang kasir.

Kemudian Laras bergantian membersihkan meja yang memang sudah tak ada pelanggan dan membereskan yang tersisa di meja.

"San, nanti gue break duluan ya!" Pinta Laras yang sudah dapat pesan makan siang bareng pak Harun.

" Iya, Ras. Gue titip jus mangga nanti ya!" Santi merasa ingin minum yang seger seger.

"Oke, nanti gue beliin sekalian, ada lagi yang lainnya nggak?" Tanya Laras lagi sebelum dia benar-benar pergi.

"Nggak usah, Ras, nanti kalo lo balik gue mau makan baso mang Ote disebelah!" sahut Santi.

"Oke, gue jalan dulu ya!" Laras pamitan setelah melihat Pak Harun memberi kode keluar lebih dulu. Laras mengekor dibelakang sambil menarik dompet dan HP nya.

Santi melihat pemandangan yang membuat hatinya sedikit iri. Bukan iri karena Laras jalan sama Pak Harun, melainkan dia iri karena Laras sudah memiliki pasangan atau pacar. Sedangkan dia masih menjomblo.

Santi selalu menarik dirinya buat dekat sama cowok, tapi semenjak semalam dan hari ini dia merasakan sensasi yang berbeda saat memiliki pasangan. Santi jadi pengen juga memiliki pasangan seperti Rina.

'Apa aku cari pacar aja ya? Sekarang kan aku juga udah ngerti kalau diajak nganu nganu walaupun belum selihai Rina. Nanti ah, pulang kerja aku mau ngobrol sama Rina, minta tolong carikan pacar. Siapa tau dia punya kenalan teman cowok yang masih jomblo.'

Begitulah pemikiran Santi saat ini. Dia merasa sudah memiliki keahlian, meski sedikit dan harus belajar lagi. Tapi dia nggak mau kalau sampai lembah nikmatnya di berikan pada sembarangan orang. Santi masih berpegang teguh kalau perawannya hanya untuk sang calon suami.

Calon suaminya aja yang boleh membobol dan melakukan apapun sama dia. Selain itu, Santi hanya berpikir batasnya kalo cuma meremas atau menghisap sah sah saja. Toh, dia pun setelah merasa enak saat melakukan orgasme, Santi jadi ketagihan.

Satu jam lebih Laras baru balik dan bawa jus pesanan dia. Santi bergantian lagi dengan Laras untuk memegang kasirnya. Sedangkan dia sekarang istirahat di ruko sebelah buat makan baso.

Sore hari berjalan lancar dengan pengunjung yang lumayan rame. Sampai gada yang sempat diantara Santi dan Laras ngobrol selain melayani pengunjung. Lanjut ke malam udah berasa lumayan capek karena seharian ini Santi dan Laras juga dua orang temannya yang bertugas melayani pelanggan saat memilih kue atau roti yang mau dibeli.

Pak Harun hanya sesekali ngecek ke area. Tapi lagi-lagi di saat ngecek pun, pak Harun dan Laras kebayakan mojok di sudut ruangan yang tersembunyi. Sesekali Santi melirik sepertinya pak Harun sedang menggesekkan tangannya ke selangkangan Laras dan Laras tampak biasa saja saat di sentuh sama pak Harun, seakan itu udah biasa mereka lakukan.

Mungkin kemarin Santi tidak pernah menyadari itu, karena selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi, setelah pagi ini dan tahu apa yang mereka lakukan. Juga pun Santi sendiri yang sudah merasa keenakan di obok-obok, dijilati dan dihisap jadi tahu kelakuan mereka.

"Santi, apaan ini? Kamu nggak salah hitung?" Tiba-tiba pak Harun melemparkan data closing kasir padanya.

"Nggak pak, sudah saya hitung ulang dan sesuai dengan setelment mesin EDC juga Pak. Memang ada yang kurang Pak?" Santi yakin tidak salah hitung dan selama ini dia nggak pernah melakukan kesalahan sedikit pun mengenai hitungan closingan kasirnya.

"Kamu nggak usah ngawur deh, San. Tadi saya dan Laras sudah cek dan hitung ulang, uang cashnya kurang 2 juta!" Santi terkejut. Dia nggak mungkin salah, meski nggak sempat spocheck kasirnya, dia yakin selama dia pegang kasir nggak pernah minus.

"Pokoknya saya nggak mau tau. Kamu harus ganti uang minusnya sekarang juga, kalau nggak kamu saya pecat malam ini juga. Saya nggak mau ada karyawan yang merugikan dan chiting uang kasir. Chiting sama aja pencurian, San. Kalau saya bawa kamu ke pihak yang berwajib, kamu pasti bakal di penjara. Karena ini sama aja kamu mencuri!" Tuding Pak Harun.

Nggak ada angin nggak ada hujan. Tiba-tiba dia minus uang kasir sebanyak itu. Lalu dia melirik kearah Laras, "Lo mau nuduh gue, San? Gue nggak tau Apa-apa. Gue cuma back up kasir lo aja. Kalo lo nggak percaya, suruh aja sekuriti cek tas gue, apa gue ngalakuin hal itu. Duit 2 juta bukan uang kecil, San!" Laras lebih dulu memberikan pembelaan diri. Membuat Santi mati kutu. Apalagi dia nggak punya bukti kalo Laras pelakunya.

"Nah, bener kata Laras, daripada saling tuduh, mending cek tas deh!" Pak Harun yang berteriak mengundang sekuriti mendekat.

"Pak Jono, ke loker, bawa turun tas semua tas staff disini. Biar bisa kita cek siapa pencurinya!" Wajah Santi merah padam, dia ingin sekali memberikan pembelan tapi dia tak memiliki bukti.

Nggak lama pak Jono turun dengan membawa tas para staff. Termasuk tas Santi dan Laras. Mereka ke meja yang lebih besar untuk menggeledah isi tas.

"Ini tas siapa pak?" Pak Jono menunjukkan tas selempang hitam milik Santi.

"Pu-punya saya, Pak!" Santi gugup menjawab saat pak Jono memeriksa dan mengeluarkan uang lembaran ratusan dan lima puluh ribuan dari tas Santi.

"Tuh, Pak Harun, bukan saya ya pelakunya, tapi Santi. Dia tuh yang sudah chiting uang kasir!" Santi menggeleng kuat. Dia merasa tak menyentuh tasnya sama sekali selama istirahat. Dia cuma memegang ponsel dan untuk uang istirahat Santi pakai uang yang diberikan mas mas tadi pagi. Benar-benar dia tak menyentuh tasnya.

"Tapi, bener Pak. Saya nggak sempat ngapa ngapain sama tas saya. Saya istirahat nggak sempat ke loker dan saya jajan pun pakai uang yang ada di saku saya sendiri!" Santi memberikan penjelasan dan pembelaan diri.

"Mau kayak gimana kamu ngeles, San. Bukti ada di tas kamu. Kamu pilih deh, mending kamu keluar secara baik-baik. Ya meskipun kami semua disini tau, kamu chiting uang kasir. Daripada kamu sekarang saya bawa ke kantor polisi!" Secara halus pak Harus memecat Santi.

"Jadi, maksud bapak? Saya di pecat?" Kembali Santi mengulangi pertanyaannya.

"Iya, kamu saya pecat. Tapi saya masih baik hati sama kamu ya, San. Kamu bisa datang lagi akhir bulan nanti buat ambil sisa gaji kamu. Itu kebijaksanaan dari saya loh, mengingat kamu sudah cukup baik berkerja disini, selain malam ini ya!" Pak Harun seolah tak sabar ingin menendang Santi keluar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Perawat Papa    Keluarga Lengkap

    Santi gamang. Dia melihat suami lalu orang yang akan ditolongnya. Dia gak mengira kalau kebaikan Marni selama tiga hari ini adalah rencana untuk manawan dirinya secara perlahan tanpa paksaan.Santi melihat tubuh suaminya membeku, gak berkata apapun. Bahkan rasa sedih yang gak terlukiskan itu menyayat hatinya. Dia gak mengira kalau kehidupan Bimo, suaminya akan ada drama seperti ini.Seorang laki-laki masuk diantara merke. Dia, Gabriel, laki-laki juga dokter pribadi keluarga suami Marni. Dia sudah datang sejak tadi, bahkan drama mengiba Marni pun sudah dilihatnya. Hanya saja Gabriel memang menutup mata, dia sudah menjadi dokter pribadi sejak dulu dan disisi lain yang gak Marni ketahui, laki-laki itu diam-diam menyukai Marni sejak dulu. Namun, dia bungkam dan tetap menjadi dokter setia, asalkan berada disisi Marni.“Aku mau pulang, Mama Mar. Aku gak mau disini lagi!”Suara Santi memecah perang sengit antara pak Abdi dan Marni. Reyhan menoleh pada Santi dan menyentuh tangannya. Reyhan me

  • Pesona Perawat Papa    Meminta Santi

    “Marni?” kini semua menoleh pada suara pak Abdi. Rossa masih menggandeng lengan suaminya dan lumayan terkejut saat suaminya meneriaki nama wanita lain, tepatnya Rossa tahu suaminya menyebut nama siapa.Bimo berbalik dan melihat seorang wanita. Dia pun sama terkejutnya, tubuhnya bergetar dan kotak obat yang dipegangnya jatuh ke lantai.Pak Abdi berjalan mendekati wanita itu. Dia benar-benar berdiri tegap dihadapan wanita yang dipanggilnya dengan Marni. Bimo, samar, meski ingatan masa kecilnya gak begitu baik, dia mengenali sosok itu.“Apa maksudnya ini? Setelah kau pergi dan merampas kebahagianku, sekarang kau ingin merampas kebahagian putramu sendiri!”Suara teriakan pak Abdi menggelegar. Santi gak kalah terkejut. Dua hari lalu pun ada kisah mengejutkan antara Reyhan dan dirinya. Mungkin terlihat konyol dan gak masuk akal, tapi begitulah drama yang terjadi pada Santi.Dua hari lalu, saat Gabriel datang dan menyuntikkan obat pada Reyhan akhirnya Santi tahu kisah Reyhan dengan wanita ya

  • Pesona Perawat Papa    Santi Ditemukan

    "Sudah tiga hari berlalu, Bimo? Bagaimana perkembangan dari polisi? Apa mereka sudah memberikan kabar terbaru?"Bimo hanya terdiam dan gak bersemangat saat Rossa memberikan pertanyaan tentang hilangnya Santi. Istrinya seperti hilang ditelan bumi. Polisi pun belum mendapatkan kabar hilangnya Santi.Tiga hari ini Bimo juga sudah memeriksa seluruh rumah sakit, hotel, penginapan atau mungkin saja tempat yang mereka sering kunjungi tanpa. Bimo rela gak istirahat hanya untuk mendapatkan kabar terbaru dari Santi."Apa kamu sudah menghubungi teman teman Santi? Mungkin saja, Santi menghubungi mereka?" Rossa masih bertanya dengan khawatir. Mereka semua pun ga tenang."Gak Mah, teman Santi gak banyak dan hanya ada beberapa kontak di ponselnya!"Bimo bahkan baru tahu di dalam kontak Santi hanya beberapa orang, bisa dihitung dengan jari. Dia gak menyangka kalau circle pertemanan istrinya sangat sedikit, berbeda dengan dirinya.Semakin tahu circle pertemanan Santi sedikit, Bimo makin mencemaskan is

  • Pesona Perawat Papa    Sandra Meminta Maaf

    Plak! Plak! Satu tamparan keras sedang mendarat di pipi Sandra. Rossa sedang mengamuk, saat dia melihat wajah putrinya yang datang pagi ini. Sandra sudah berhasil membuat mood Rossa meningkat drastis dengan kemarahannya.Rossa gak perlu bertanya apapun pada putri bungsunya itu. Apalagi setelah mendapatkan tamparan dari ibunya, Sandra gak memberikan perlawanan. Mulutnya membisu.Bambang yang mengantar dan masuk diantara mereka juga terkejut. Dia sedikit merasa bersalah karena sudah memberikan hukuman Sandra dengan cambukan gesper dipunggung juga mengabiskan malam panjang bersama Sandra sampai dia puas. Bambang, ingin membantu, tapi dia sudah di wanti-wanti oleh Sandra, apapun nanti yang dilakukan ibunya, dia ga boleh ikut campur.Bimo baru saja turun, wajahnya frustasi apalagi setelah dia menemukan ponsel Santi ada di kamar mereka. Jadi, Bimo cukup kesulitan mencari keberadaan Santi. Bimo gak bisa tidur semalam.“Rossa, apa yang kamu lakukan? Hah?” pak Abdi mencegah tangan Rossa kembal

  • Pesona Perawat Papa    Ada Dua

    "Ma-af, tolong lepaskan aku!" Santi berusaha mendorong pelan tubuh laki-laki yang masih memeluknya erat.Dia menggeleng kuat dan gak mau melepaskan pelukannya."Gak, aku gak akan mau lepasin kamu lagi, Santi. Aku ga mau, aku gak mau kamu pergi lagi. Aku mengaku salah sayang. Tolong maafkan aku, tapi jangan pergi lagi. Aku berjanji, sungguh, aku berjanji akan menjaga kamu dan bayi kita!"Sesak nafas Santi, dia yang tertahan akhirnya batuk pelan. Lelaki tadi baru menyadari pelukannya terlalu erat dan melepaskan."Maafkan aku, sayang. Maaf, aku gak sengaja. Aku terlalu gembira. Aku senang sekali melihat kamu dan anak kita!"Lagi dan lagi Santi mendapatkan pengakuan yang gak masuk akal. Bagaimana bisa dia dan bayinya diakui sebagai orang lain."Ma-af, anda salah orang, saya bukan istri anda dan anak ini bukan anak anda," Santi berusaha menjelaskan."Reyhan, kamu gak melupakan namaku kan, sayang? Bukan anda, tapi, Reyhan. Reyhan. Aku tidak salah sayang, sungguh, kamu memang istri dan ini a

  • Pesona Perawat Papa    Istriku

    “Mas Bimo, bagaimana ini, mbak Santi pergi, Mas?” Sandra juga ikutan panik dan merasa bersalah.“Aku akan mengejarnya dan kamu, Bambang kenapa kamu bawa istriku kesini!” Bimo sedikit menaikan nada suaranya saat Bambang mengampiri.Meski Bambang juga sedikit terkejut dengan penampilan Sandra yang keluar ditengah hujan sambil mengenakan lingerie tipis seperti itu. Melihat kemarahan Bimo, Bambang tahu, tuannya benar-benar gak melakukan apa yang seperti penglihatan Santi barusan.Tentu saja Bambang lebih tahu, Bambang, Joko dan Doni adalah para pelayan setia Bimo. Itu bukan lagi rahasia, bagi mereka bertiga para pelayan laki-laki di rumah Abdinegara. Dulu pun saat berbagi para mantan perawat ayahnya, mereka bertiga pasti mendapatkan jatah untuk mencicipinya.Tapi, sejak kehadiran Santi dirumah, Bambang tahu, kebiasaan tuannya itu sudah berubah. Gak akan tergoda lagi. Bimo hanya akan setia pada Santi, hanya saja masalahnya saat ini, Bambang mengerti kondisi Santi yang akan lebih manja dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status