Share

Pesona Perawat Papa
Pesona Perawat Papa
Author: Aleena Marsainta Sunting

Ngintip

last update Last Updated: 2025-10-28 21:31:24

Santi merasa kerongkongannya kering. Hari ini dia pulang cukup malam dari closing kasir. Dia beranjak turun dari ranjangnya untuk melepaskan hausnya. 

Saat dia menenguk minuman, telinga terganggu dengan suara yang meresahkan dan dia lirik kamar sebelahnya, kamar Rina teman satu rumah barengannya, pintu kamar sedikit terbuka... 

"Ah... Yang disituuuu... Enak bangettt... Lagi yanggg... Ahh ... Ah...," Suara Rina mendesah nikmat. Santi hanya bisa berdiri mematung di ambang pintu, dia melihat Rina sudah tak mengenakan baju sepotong pun. Tangannya terus meremas seprei dengan kedua pahanya yang sedang dibuka dengan lebar. 

Ya, Santi melihat Rina sedang mengerang nikmat, saat seseorang sedang mengisap dan menjilati lembah miliknya. Santi menahan nafas. Jantungnya memburu tak karuan. 

Tiba-tiba ada yang berdenyut dibawah miliknya apalagi Santi melihat orang yang menjilati dan mengisap tadi mengangkat wajahnya.  Dan itu, Riki pacar Rina, Riki memperlihatkan kejantanannya miliknya yang begitu besar. Santi sampai berdebar tak karuan setelah melihat kejantanan Riki. 

Dan, bamm! Tak lama Riki menghujamkan benda tumpul tadi pada milik Rina, "Ahh... Yes... Baby... Fuck me more... Oh... Yeeesss, iya... Disitu... Enak bangettt!" Rancu Rina makin kencang, dia bahkan lupa kalo Santi jomblo yang belum punya pacar. 

Santi tidak mau pacaran karena takut khilaf seperti Rina. Rina setiap hari selalu meracuni otaknya, untuk mencoba hal baru, katanya kalau udah ngerasain sekali pasti ketagihan. Apalagi Rina tau kalo Santi gak suka dekat cuwok kalo cuma mau enak-enaknya saja. 

Dengan nafas Santi yang makin gak karuan. Dia buru-buru masuk ke kamarnya. Menutup pintunya rapat. Tapi, saat di tutup pun suara Rina di kamar sebelah membuatnya terganggu. Hingga tak sengaja Santi menyentuh celananya. Basah. Celananya Santi basah, dia bingung sendiri kenapa bisa basah, padahal tidak habis dari kamar mandi. 

Lalu, dia menyentuhnya. Beda itu bukan basah karena dia habis buang air kecil. Celananya basah dan licin seperti ada lendir disana. Pelan Santi mencoba mengusapnya disana, entah kenapa saat dia mengusap-ngusap perlahan dan mendengarkan suara Rina di kamar sebelah membuat usapan jarinya dari pelan dan makin cepat serasa ada timbul sensasi ditubuhnya yang bergetar, geli dan enak. 

Santi ketagihan menggeseknya. Ini pertama kalinya dia terbangun dan menyaksikan Rina live show saat melakukan itu. Biasanya Rina dan Riki selalu melakukannya saat Santi belum pulang bekerja dan dia cuma dapat ceritanya aja dari Rini kalo habis nganu-nganu enak sama Riki. 

Santi mempercepat ucapannya, karena tambah enak menurutnya. Saking enaknya secara spontan tangannya menyentuh bukit kembarnya. Dia menurunkan daster tali satu yang dia pakai. 

Santi terbiasa tidur tanpa menggunakan bra. Jadi saat dia menurunkan satu tali dasarnya, gunung kembar miliknya yang cukup besar dan menatang sudah bisa keluar dengan mulus.  Lalu, Santi melakukan gerakan meremas dan kembali dia merasakan enak saat meremas dan memainkan celana dalamnya yang basah. 

Ceklek! Santi terkejut saat tiba-tiba Riki masuk ke kamarnya yang sedang menyaksikan dirinya memainkan jarinya disana dan meremas payudaranya. Ternyata tadi Riki sempat menyadari kehadiran Santi saat Riki membenamkan benda tumpulnya. 

"Ehm, mau gue bantu?" Riki yang langsung menelan air liurnya saat melihat payudara Santi, yang montok, besar dan putingnya masih terlihat kecil, merah dan rapat, sepertinya belum ada seorang pun yang mengisapnya disana. 

"Ah, ka-mu, ngapain disini? Rina mana?" Santi yang salah tingkah dengan kehadiran Riki buru-buru memasukkan payudara dan menutup pahanya yang dia buka tadi secara lebar. Riki datang bertelanjang dada dan pakai boker doang. 

"Baru tidur, dia udah kecapean. Lo nggak mau coba? Gue bisa kok bantu, tanpa gue masukin barang gue kesana!" Tunjuk Riki frontal. Menunjuk paha mulus Santi yang ga sempat dia tutup selimut karena dasternya super mini. 

"O-oo, ng-nggak perlu, Riki. Kamu keluar aja!" Santi buru-buru bangun dari ranjang. Riki makin menelan ludah, melihat daster mini tadi memperlihatkan dua gunung kembar dengan putingnya yang menonjol. 

"Ayolah, gue nggak akan bilang-bilang kok. Lo coba dulu, kalau emang ga enak, lo boleh bilang berhenti kok!" Riki yang mencoba membodohi Santi karena dia tahu dari Rina, Santi belum pernah di sentuh. Artinya bodinya masih fresh dan orisinil. 

"Memangnya bisa berhenti?" Santi berkata lugu. Riki tersenyum penuh kemenangan saat benar-benar ucapan menjebaknya bisa diterima oleh Santi. 

"Bisa dong, kalau lo nggak mau langsung kesitu, kita bisa mulai dari pemanasan dulu aja, kalau lo nggak suka, kita nggak usah lanjut!" Kembali Riki melancarkan niatnya. Dia yang suka diam-diam memperhatikan Santi saat menggunakan seragam kerjanya. Benar-benar seragam kerjaan Santi yang presbodi bisa langsung menunjukkan dua gunung kembar dan bokong yang nggak terlalu besar tapi tetap seksi dan aduhan, membuat siapa pun yang memandang ingin menarik rok seragamnya keatas dan merobek celana dalamnya. Dan tentu saja langsung menghujamkan batang Riki yang kini langsung mengeras lagi saat membayangkan bisa bergumal dengan Santi. 

Riki nggak mendengar jawaban dari Santi yang terlihat ragu, tapi mau. Akhirnya dia sportif mendekat, karena belut listriknya pun perlu penyaluran lagi. Tiba-tiba, Riki memeluk Santi. Santi kaget. Mencoba mendorong, "Jangan di dorong dong, kan kalo di dorong lo nggak akan tau rasanya!" Riki berbisik menggoda Santi. 

Saat tubuh Riki memeluknya, yang dibagian celananya kembali berkedut. Berdesir tak karuan tubuhnya.

"Ta-tapi, nggak boleh lebih ya, janji!" Santi tetap meminta kesepakatan pada Riki. 

"Tentu dong, gue janji, asalkan lo bilang berhenti, gue akan langsung berhenti kok!" Ucap Riki. 

'Hehehehe, Santi oh Santi mana ada sih kalo lagi di obok-obok minta berhenti. Yang ada malam ini gue dapat tangkapan besar. Hahahaha, tubuh Santi yang aduhai dan malam yang penting malam ini, gue yang pertama kali membuka segelnya!'

Riki nggak akan mundur lagi dengan niatnya, perlahan dia mengarahkan kedua tangannya. Dia memulai dari sesuatu yang kecil. Menaruh kedua jarinya di antara dua puting payudara Santi. Riki mengorek ngoreknya pelan-pelan agar kedua puting payudara Santi makin meruncing dan menegang. Setelah Riki yakin kedua putingnya meruncing dan menegang. Lalu Riki melihat perubahan dari Santi yang menyandarkan kepalanya dibahu. Dia yakin Santi sedang menikmati permainannya. 

"Ahh... Umm..." suara desahan Santi keluar dan Riki makin tersenyum penuh kemenangan, lalu dia naikan tangannya menyusup ke daster tipis dan menerawang milik Santi, perlahan pasti dia meremas satu payudara Santi dan tangan satunya mulai dia turunkan kearah paha Santi. 

"San, buka dikit biar tangan gue masuknya enak, nggak lo jepit kayak gitu!" Bisik Riki lagi saat meminta izin tangannya memasuki area sensitif milik Santi. Santi yang masih menutup matanya, menikmati remasan di payudara tidak mungkin menolak, perlahan tapi pasti Santi membuka dan membiarkan tangan Riki memasukinya. 

Riki terus mengesankan pelan tangannya disana, pelan tapi pasti Riki sudah merasakan tangannya licin oleh cairan yang keluar dari sana dan, "Ah... Ummm.... Eennakkk bangettt, Rik. Aku benar-benar nggak tau kalo seenak inii!" Rancu Santi sudah tak karuan dengan desahan dan kedua pahanya makin dia lebarkan, membiarkan tangan Riki mengorek-ngoreknya. 

"Ini baru permulaan San, bakal tambah enak kalo payudara dan yang dibawah lo dihisap, ummm... Itu surga banget, San. Elo mau coba?" Riki menawarkan permainan yang lebih dalam untuk melancarkan aksinya. 

"Ummmm,,, ahh.... I--iiyaaa... Gue mau, Rik. Gue mau bangettt!" Entah setan apa yang merasuki Santi, pertama kali dia coba, dia cuma mau lagi dan lagi. 

"RIKIII! Kamu dimana?" Suara Rina yang tersadar mengetahui keberadaan Riki tak ada dalam pelukannya. 

"Eh, Rina bangun, San, gue balik dulu ya. Kapan-kapan kita lanjut lagi, ok. Oya, kalo lo liat gue ada disini, ingat lo tidur nggak usah pake celana dalam, ya, biar gue gampang!" Santi dalam sekajap membuka matanya, Riki berpesan dan dia mengangguk saat Riki keluar kamarnya dan balik ke kamar Rina. 

Ada rasa kecewa dan penasaran di hati Santi, dia yang merasa tinggi dan tanggung bangettt membuat kepalanya pusing. Lalu Santi membenamkan tubuhnya lagi. Menarik nafas mencoba melupakan kejadian tadi dan tidur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Perawat Papa    Keluarga Lengkap

    Santi gamang. Dia melihat suami lalu orang yang akan ditolongnya. Dia gak mengira kalau kebaikan Marni selama tiga hari ini adalah rencana untuk manawan dirinya secara perlahan tanpa paksaan.Santi melihat tubuh suaminya membeku, gak berkata apapun. Bahkan rasa sedih yang gak terlukiskan itu menyayat hatinya. Dia gak mengira kalau kehidupan Bimo, suaminya akan ada drama seperti ini.Seorang laki-laki masuk diantara merke. Dia, Gabriel, laki-laki juga dokter pribadi keluarga suami Marni. Dia sudah datang sejak tadi, bahkan drama mengiba Marni pun sudah dilihatnya. Hanya saja Gabriel memang menutup mata, dia sudah menjadi dokter pribadi sejak dulu dan disisi lain yang gak Marni ketahui, laki-laki itu diam-diam menyukai Marni sejak dulu. Namun, dia bungkam dan tetap menjadi dokter setia, asalkan berada disisi Marni.“Aku mau pulang, Mama Mar. Aku gak mau disini lagi!”Suara Santi memecah perang sengit antara pak Abdi dan Marni. Reyhan menoleh pada Santi dan menyentuh tangannya. Reyhan me

  • Pesona Perawat Papa    Meminta Santi

    “Marni?” kini semua menoleh pada suara pak Abdi. Rossa masih menggandeng lengan suaminya dan lumayan terkejut saat suaminya meneriaki nama wanita lain, tepatnya Rossa tahu suaminya menyebut nama siapa.Bimo berbalik dan melihat seorang wanita. Dia pun sama terkejutnya, tubuhnya bergetar dan kotak obat yang dipegangnya jatuh ke lantai.Pak Abdi berjalan mendekati wanita itu. Dia benar-benar berdiri tegap dihadapan wanita yang dipanggilnya dengan Marni. Bimo, samar, meski ingatan masa kecilnya gak begitu baik, dia mengenali sosok itu.“Apa maksudnya ini? Setelah kau pergi dan merampas kebahagianku, sekarang kau ingin merampas kebahagian putramu sendiri!”Suara teriakan pak Abdi menggelegar. Santi gak kalah terkejut. Dua hari lalu pun ada kisah mengejutkan antara Reyhan dan dirinya. Mungkin terlihat konyol dan gak masuk akal, tapi begitulah drama yang terjadi pada Santi.Dua hari lalu, saat Gabriel datang dan menyuntikkan obat pada Reyhan akhirnya Santi tahu kisah Reyhan dengan wanita ya

  • Pesona Perawat Papa    Santi Ditemukan

    "Sudah tiga hari berlalu, Bimo? Bagaimana perkembangan dari polisi? Apa mereka sudah memberikan kabar terbaru?"Bimo hanya terdiam dan gak bersemangat saat Rossa memberikan pertanyaan tentang hilangnya Santi. Istrinya seperti hilang ditelan bumi. Polisi pun belum mendapatkan kabar hilangnya Santi.Tiga hari ini Bimo juga sudah memeriksa seluruh rumah sakit, hotel, penginapan atau mungkin saja tempat yang mereka sering kunjungi tanpa. Bimo rela gak istirahat hanya untuk mendapatkan kabar terbaru dari Santi."Apa kamu sudah menghubungi teman teman Santi? Mungkin saja, Santi menghubungi mereka?" Rossa masih bertanya dengan khawatir. Mereka semua pun ga tenang."Gak Mah, teman Santi gak banyak dan hanya ada beberapa kontak di ponselnya!"Bimo bahkan baru tahu di dalam kontak Santi hanya beberapa orang, bisa dihitung dengan jari. Dia gak menyangka kalau circle pertemanan istrinya sangat sedikit, berbeda dengan dirinya.Semakin tahu circle pertemanan Santi sedikit, Bimo makin mencemaskan is

  • Pesona Perawat Papa    Sandra Meminta Maaf

    Plak! Plak! Satu tamparan keras sedang mendarat di pipi Sandra. Rossa sedang mengamuk, saat dia melihat wajah putrinya yang datang pagi ini. Sandra sudah berhasil membuat mood Rossa meningkat drastis dengan kemarahannya.Rossa gak perlu bertanya apapun pada putri bungsunya itu. Apalagi setelah mendapatkan tamparan dari ibunya, Sandra gak memberikan perlawanan. Mulutnya membisu.Bambang yang mengantar dan masuk diantara mereka juga terkejut. Dia sedikit merasa bersalah karena sudah memberikan hukuman Sandra dengan cambukan gesper dipunggung juga mengabiskan malam panjang bersama Sandra sampai dia puas. Bambang, ingin membantu, tapi dia sudah di wanti-wanti oleh Sandra, apapun nanti yang dilakukan ibunya, dia ga boleh ikut campur.Bimo baru saja turun, wajahnya frustasi apalagi setelah dia menemukan ponsel Santi ada di kamar mereka. Jadi, Bimo cukup kesulitan mencari keberadaan Santi. Bimo gak bisa tidur semalam.“Rossa, apa yang kamu lakukan? Hah?” pak Abdi mencegah tangan Rossa kembal

  • Pesona Perawat Papa    Ada Dua

    "Ma-af, tolong lepaskan aku!" Santi berusaha mendorong pelan tubuh laki-laki yang masih memeluknya erat.Dia menggeleng kuat dan gak mau melepaskan pelukannya."Gak, aku gak akan mau lepasin kamu lagi, Santi. Aku ga mau, aku gak mau kamu pergi lagi. Aku mengaku salah sayang. Tolong maafkan aku, tapi jangan pergi lagi. Aku berjanji, sungguh, aku berjanji akan menjaga kamu dan bayi kita!"Sesak nafas Santi, dia yang tertahan akhirnya batuk pelan. Lelaki tadi baru menyadari pelukannya terlalu erat dan melepaskan."Maafkan aku, sayang. Maaf, aku gak sengaja. Aku terlalu gembira. Aku senang sekali melihat kamu dan anak kita!"Lagi dan lagi Santi mendapatkan pengakuan yang gak masuk akal. Bagaimana bisa dia dan bayinya diakui sebagai orang lain."Ma-af, anda salah orang, saya bukan istri anda dan anak ini bukan anak anda," Santi berusaha menjelaskan."Reyhan, kamu gak melupakan namaku kan, sayang? Bukan anda, tapi, Reyhan. Reyhan. Aku tidak salah sayang, sungguh, kamu memang istri dan ini a

  • Pesona Perawat Papa    Istriku

    “Mas Bimo, bagaimana ini, mbak Santi pergi, Mas?” Sandra juga ikutan panik dan merasa bersalah.“Aku akan mengejarnya dan kamu, Bambang kenapa kamu bawa istriku kesini!” Bimo sedikit menaikan nada suaranya saat Bambang mengampiri.Meski Bambang juga sedikit terkejut dengan penampilan Sandra yang keluar ditengah hujan sambil mengenakan lingerie tipis seperti itu. Melihat kemarahan Bimo, Bambang tahu, tuannya benar-benar gak melakukan apa yang seperti penglihatan Santi barusan.Tentu saja Bambang lebih tahu, Bambang, Joko dan Doni adalah para pelayan setia Bimo. Itu bukan lagi rahasia, bagi mereka bertiga para pelayan laki-laki di rumah Abdinegara. Dulu pun saat berbagi para mantan perawat ayahnya, mereka bertiga pasti mendapatkan jatah untuk mencicipinya.Tapi, sejak kehadiran Santi dirumah, Bambang tahu, kebiasaan tuannya itu sudah berubah. Gak akan tergoda lagi. Bimo hanya akan setia pada Santi, hanya saja masalahnya saat ini, Bambang mengerti kondisi Santi yang akan lebih manja dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status