Share

Bab 42 Sarapan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-27 23:59:28

“Ya ampun, kenapa kamu bangun sepagi ini?”

“Pengantin baru seharusnya bangun lebih siang.”

“Lho, tapi Dirga tidak ikut turun, Alisa?”

Serentetan pertanyaan menghujani Alisa begitu ibu mertuanya melihatnya turun sendirian ke bawah.

“Satu-satu, Ma.” Suaminya–Anton yang juga duduk di meja makan menegur lembut istrinya.

Ketika tak sengaja bertukar pandangan, kedua sudut bibir Alisa menyunggingkan senyum. Yang dibalas Anton dengan anggukkan kepala.

“Duduk, Nak,” titah Larissa seraya menunjuk kursi di depannya. Alisa menurut.

Meja makan yang muat untuk enam orang itu sudah tersaji beberapa hidangan. Yang paling mencolok adalah nasi goreng dan roti dengan berbagai varian.

Usai duduk di kursinya, Alisa baru menjawab pertanyaan Larissa. “Dirga pergi lari, Ma.”

Saat terbangun dan tidak mendapati Dirga tidak ada di sebelahnya, Alisa mengira kalau pria itu tengah berada di kamar mandi. Sepuluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa Dirga tengah di sana. Untuk memastikan Alisa pun se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 45 Pertanyaan Erick

    Alisa memutuskan turun ke bawah selagi Dirga membersihkan diri. Wanita itu menuruni anak tangga sambil memegangi kalung gioknya dengan senyum yang tak ingin dia sembunyikan.Kini, dia juga bersemangat karena melihat wajah Erick di bawah sana yang masih berbincang ringan bersama Larissa. Samar-samar, suara keduanya terdengar oleh Alisa.Langkahnya sudah semakin dekat.“Tante harap semuanya lekas membaik,” ujar Larissa dengan nada penuh empati.“Ya, semoga saja, Tante,” balas Erick singkat seraya menganggukkan kepalanya.Mendengar itu, Alisa sempat membatin, ‘Apa yang lekas membaik? Apa terjadi sesuatu dengan bibi dan Sabrina?’Alih-alih menghampiri keduanya, Alisa justru malah memperlambat langkah. Kepalanya sibuk menebak-nebak sampai pada akhirnya Erick menolehkan wajahnya ke arah Alisa. Pun, Larissa yang posisinya membelakangi Alisa ikut menolehkan wajah ke arah menantunya.“Alisa,” panggilnya. “Sini, Nak.”Mau tak mau, Alisa menghampiri keduanya. Senyumnya kembali terbit. Kepalanya

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 44 Selai Cokelat Sialan

    “Awh!”Sebuah ringisan lolos dari bibir kecil Alisa kala merasakan kulit lehernya digigit pelan oleh Dirga. Belum sempat mendorong pria itu untuk menjauh, Dirga ternyata lebih dulu menarik dirinya.Pria itu kembali menegakkan tubuh. Wajahnya terlihat tenang, malah dengan santainya Dirga membasahi bibir bawahnya seolah menikmati apa yang dia lakukan barusan.Seketika Alisa langsung mengangkat tangan untuk mengusap sisi leher kanannya yang masih terasa panas. Ada sorot tidak terima yang terpancar dari mata besarnya. Segera Alisa melayangkan protesan. “Dirga, apa maksud kamu barusan meng–”“Selai cokelat,” sela Dirga pendek.Bibir kecil Alisa terkatup. Mata besarnya mengerjap pelan. “Apa?” tanyanya tak yakin seraya mengernyitkan dahi.Jari telunjuk Dirga teracung, tepat menunjuk ke arah sisi leher yang disentuhnya tadi. “Ada selai cokelat di lehermu,” beritahunya.Kemudian bahu Dirga mengedik pelan. “Aku hanya bantu membersihkan.” Suaranya menyahut ringan seolah tindakannya bukan sesuatu

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 43 Serangan Mendadak

    Alisa nyaris menumpahkan gelas di tangannya kalau saja Dirga tidak sigap menahan pergelangan tangan wanita itu.“Kak Erick!” seru Alisa. Nada suaranya agak meninggi karena tak bisa menahan rasa senang yang dia rasakan.Dirga segera mengambil alih gelas begitu Alisa memutuskan untuk menghampiri kakak sepupu laki-lakinya itu.Di tempatnya, Larissa kebingungan. Dia menaikkan satu alisnya sambil menatap Dirga seolah meminta penjelasan. “Erick Gunawan?”“Ya, aku bertemu dengannya saat di depan,” beritahu Dirga.Sejujurnya, Dirga juga terkejut mendapati seorang pria turun dari mobil di pekarangan rumahnya. Beruntung Dirga mengenali wajah Erick dari foto keluarga Gunawan saat dia memberikan ultimatum terhadap Utari beberapa waktu lalu.“Dia ingin bertemu Alisa,” lanjutnya. Baru setelah itu, Dirga meneguk air minumnya sampai menyisakan setengah.Larissa menganggukkan kepalanya. Dia berbisik ke arah suaminya, “Itu anak pertamanya Utari, Pa. Kakak sepupunya Alisa, namanya Erick,” jelasnya pada

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 42 Sarapan

    “Ya ampun, kenapa kamu bangun sepagi ini?”“Pengantin baru seharusnya bangun lebih siang.”“Lho, tapi Dirga tidak ikut turun, Alisa?”Serentetan pertanyaan menghujani Alisa begitu ibu mertuanya melihatnya turun sendirian ke bawah.“Satu-satu, Ma.” Suaminya–Anton yang juga duduk di meja makan menegur lembut istrinya.Ketika tak sengaja bertukar pandangan, kedua sudut bibir Alisa menyunggingkan senyum. Yang dibalas Anton dengan anggukkan kepala.“Duduk, Nak,” titah Larissa seraya menunjuk kursi di depannya. Alisa menurut.Meja makan yang muat untuk enam orang itu sudah tersaji beberapa hidangan. Yang paling mencolok adalah nasi goreng dan roti dengan berbagai varian.Usai duduk di kursinya, Alisa baru menjawab pertanyaan Larissa. “Dirga pergi lari, Ma.”Saat terbangun dan tidak mendapati Dirga tidak ada di sebelahnya, Alisa mengira kalau pria itu tengah berada di kamar mandi. Sepuluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa Dirga tengah di sana. Untuk memastikan Alisa pun se

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 41 Lakukan Bersama

    Entah dirasuki setan apa, Alisa memiliki keberanian untuk membalas ucapan Dirga dengan santai, “Aku tidak ingin mengatakan ini. Tapi, kamu ingat isi pesan yang aku tinggalkan malam itu?” Di belakang sana wajah Dirga langsung mengeras. Tentu saja dia ingat. Pesan itu cukup melukai harga dirinya. [Kamu tidak memuaskan, jadi kita tidak cocok. Batalkan perjodohan ini kalau kamu tidak mau kemampuan memalukanmu itu diketahui siapa pun.] Perlahan, Dirga menarik tangannya, melepaskan Alisa. Refleks, wanita itu segera membalikkan tubuhnya. Mendapati Dirga diam saja membuat bibir Alisa gatal ingin menggodanya. “Kalau aku boleh menyarankan … sepertinya kamu perlu meningkatkan kemampuanmu,” ucapnya ringan seolah itu bukan sesuatu yang berat untuk dikatakan. Terakhir, Alisa menambahkan, “S–semangat, Dirga!” Alisa pasti sudah kehilangan kewarasan mengatakan itu. Tapi, sesekali tidak ada salahnya menggoda pria dingin tersebut. Sudut bibir Dirga terangkat, tersenyum menyeringai. Alih-

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 40 Datang Bulan

    Selagi menunggu Dirga ke luar dari kamar mandi, Alisa tidak membuat dirinya duduk diam. Dia memutuskan melihat-lihat isi kamar dibandingkan memikirkan berbagai macam skenario konyol di kepalanya. “Tidak ada apa-apa di sini,” ucapnya sambil kembali duduk di tepian ranjang tidur. Padahal Alisa berharap bisa menemukan sesuatu tentang Dirga, seperti foto atau benda yang sifatnya personal. Bukan untuk diapa-apakan, hanya untuk dilihat saja. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Mata besar Alisa gatal ingin mengisi beberapa tempat yang kosong dengan barang-barang miliknya, termasuk menempatkan bantal-bantal tidurnya di kasur berukuran king-size ini. Dia menjatuhkan tubuhnya untuk tiduran sambil menggerak-gerakkan tangannya. Senyum cerahnya terbit. “Ya ampun … lembut sekali.” Matanya terpejam, dia menikmati kenyamanan. Dan nyaris saja Alisa ketiduran kalau tidak mendengar pintu kamar mandi terbuka. Refleks, Alisa membuat dirinya duduk sambil mengucek sebelah matanya. Begitu pandang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status