Home / Romansa / Pesona Presdir Dingin / Bab 7 Mengakui Kesalahpahaman

Share

Bab 7 Mengakui Kesalahpahaman

last update Last Updated: 2025-07-17 18:02:02

“O-ohh? Dia bukan Sabrina?” Larissa mengerjapkan mata, merasa kaget dan canggung sendiri.

Utari langsung mendaratkan tangannya di pundak Sabrina. “Ini Sabrina Gunawan, putriku,” jelasnya dengan senyum terpaksa akibat rasa tersinggung dalam hati.

Saat diberitahu, Larissa langsung menatap Sabrina yang asli, agak meringis saat melihat wanita itu tampak mencolok dengan rambut cokelat terangnya yang bergelombang, kentara dicat. Bahkan make-up Sabrina kentara cukup tebal.

Walau demikian, Larissa tetap melontarkan senyum keibuannya. “Oh, maaf sekali Sabrina! Tante salah mengenali!” Dia menambahkan, “Rambutmu cantik sekali loh!” Larissa memberikan pujian di akhir ucapannya.

Sabrina balas tersenyum, agak kecut. “Terima kasih, Tante.”

“Mana Dirga, Larissa?” Utari dengan cepat mengalihkan topik.

Saat itu, Alisa saling menekuk jari-jari kakinya. Suara dalam batinnya berbisik, ‘Aku harap dia berhalangan hadir!’

“Ahh, Dirga tadi—”

“Maaf, aku terlambat.” Suara berat milik seorang pria mengudara tepat ketika pintu ruangan VIP terbuka. Kedatangannya diikuti dengan wangi maskulin yang menyebar ke seluruh ruangan, memikat dan mendominasi.

Semua orang pun menoleh, lalu terpaku di tempat saat melihat sosok Dirga.

Pria itu begitu menawan bak model, dan hal tersebut membuat Sabrina dan Utari tampak terpana. Sementara itu, Alisa cepat-cepat meraih buku menu dan seperti berusaha bersembunyi di baliknya.

“Salam kenal, Dirga!” Utari langsung tersenyum lebar dan mengulurkan tangan, sesuatu yang langsung disambut Dirga. “Duduk, duduk!” ucapnya mempersilakan pria itu dan juga sang ibu.

Di saat Utari sebenarnya sengaja membiarkan kursi di sebelah Sabrina tetap kosong agar Dirga bisa duduk di sebelah putrinya itu, pria tersebut malah melewati kursi kosong di sebelah Sabrina dan duduk di sebelah Alisa!

Semua orang agak terkejut, termasuk Larissa sendiri. Tidak pernah dia melihat putranya bersedia duduk di sebelah seorang wanita, terlebih lagi ketika calon pria tersebut adalah Sabrina, bukan Alisa!

Dan untuk Alisa, dia hanya bisa tertunduk dan merasa ingin menangis, terutama ketika saat dia berusaha mencuri lihat sosok Dirga, pria itu hanya meliriknya dengan wajah datar dengan tatapan penuh arti.

“Jadi, mengenai perjodohan ini …” Larissa tiba-tiba buka suara dengan senyum lembut, tampak tidak sabar. “Seperti yang sudah kukatakan, Dirga sudah setuju melanjutkan perjodohan, dan jelas Sabrina juga, bukan? Oleh karena itu, kita bisa lanjut membicarakan tentang acara pernikah—”

“Sebentar, Larissa.” Utari terpaksa memotong pembicaraan. “Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai perjodohan, ada sebuah kesalahpahaman yang terjadi dan harus segera diluruskan.”

Sontak hal itu membuat Larissa kebingungan.

“Kesalahpahaman apa, Tari?”

Kemudian terdengar Utari berdeham cukup keras sehingga membuat Alisa menurunkan buku menu yang menutupi wajahnya.

Keduanya saling bertatap muka. Utari melemparkan senyum dengan mata yang sedikit melotot, “Cepat minta maaf!”

Suhu tubuh Alisa terasa panas dingin, tapi dia langsung memaksakan diri untuk berdiri, lalu membungkuk rendah, membuat Larissa terkejut, selagi Dirga tetap menatapnya datar.

“M-maaf, Tante …,” ucap Alisa dengan tangan meremas erat gaunnya sendiri.

Larissa terbelalak dan langsung berdiri untuk menghampiri Alisa, menegapkan tubuhnya. “Astaga, Nak! Kenapa kamu tiba-tiba melakukan ini!? Kenapa harus minta maaf?!” Dia menoleh ke arah Utari. “Tari, ini apa maksudnya?!”

Utari menghela napas kasar. “Aku yakin kamu dan Dirga bingung, jadi aku akan langsung ke intinya saja. Sebenarnya, orang yang menemui Dirga tadi malam adalah Alisa, bukan Sabrina.”

Larissa mengerjapkan mata. “Apa?”

Kepala Utari mengangguk, lalu dia menatap Alisa dengan ekspresi kecewa. “Alisa adalah anak angkat mendiang kakak laki-lakiku. Semenjak dia meninggal, aku merawat Alisa dan membesarkannya selayaknya aku membesarkan putriku sendiri. Tapi … sepertinya kasih sayangku tidak cukup sampai dia selalu merasa iri pada apa yang Sabrina miliki, termasuk perjodohan ini … jadi dia memohon pada Sabrina untuk menggantikannya, dan putri bodohku ini malah mengalah dan mengiakan.”

Mendengar penjelasan Utari, suasana menjadi lebih sunyi.

Alisa hanya bisa menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Dia ingin memprotes, mengatakan bahwa semua itu tidak benar. Akan tetapi, ancaman bahwa sang bibi yang akan membuang barang-barang peninggalan kedua orang tuanya melekat di pikiran.

Sementara itu, Larissa yang masih kebingungan, berujung melihat Utari dan Alisa yang masih berada di sisinya secara silih berganti. “Ini … jadi–?”

“Jadi, mungkin acara pertemuan makan malam ini bukan hanya untuk membicarakan acara pernikahan, tapi juga untuk memperkenalkan lagi putriku, Sabrina, pada putramu, Dirga,” ungkap Utari seraya tersenyum kepada Larissa dan Dirga.

Namun—

“Aku rasa itu tidak perlu.”

Bukan hanya Utari, tapi semua orang ikut terkejut. Mereka menoleh, tak menyangka Dirga yang akan angkat bicara.

Utari masih memaksakan senyuman, merasa gugup entah kenapa saat melihat ke dalam sepasang manik hitam kelam milik Dirga. “Maksud Nak Dirga …?”

Dirga berdiri dari kursinya, lalu menghampiri Alisa, membuat wanita itu menengadah dengan ekspresi gugup.

“Terlepas dari kesalahpahaman yang terjadi, aku tetap akan menikahi Alisa.”

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
wardah
syyiiiookkkkk pasti Utari niatnya mau menjatuhkan Alisa malah Dirga menerima dengan suka rela ...
goodnovel comment avatar
catatanintrovert
betulll, setelah dibikin sad harus happy
goodnovel comment avatar
rifdanafisha
good dirga... kalian berhak bahagia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 121 Pertama Kali

    Sebelum Dirga bersedia menjelaskan tentang apa yang terjadi, dia menyempatkan diri untuk membuatkan Alisa teh hangat setelah mengetahui bahwa wanita itu mengaku perutnya merasa tidak enak. Dirga juga menyodorkan minyak angin. Yang satu itu Alisa tolak. “Tidak usah,” gelengnya. “Ini saja sudah cukup.” Diangkatnya secangkir teh yang ada dalam genggaman tangannya. Hal itu membuat Dirga menghela napas lantas menaruh minyak angin yang dibawanya di atas nakas. Dia pun duduk di hadapan Alisa yang menyandarkan tubuhnya ke punggung ranjang tidur. “Jelaskan, Dirga,” pinta Alisa tidak sabaran. Sesaat, dia mencicipi teh hangat itu kemudian menaruhnya di nakas. Sejujurnya, kalau boleh diberikan pilihan, Dirga enggan memberikan penjelasan. Namun, menyembunyikannya malah bisa membuat buruk hubungannya dengan Alisa. Pria itu tampak mengusap wajahnya. “Kamu juga muntah malam itu,” beritahu Dirga. Manik hitamnya menyorot Alisa tajam. “Kalau tidak bisa minum sama sekali, kenapa malah memesan wine?

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 120 Sepotong Ingatan

    Pasangan suami istri yang tampak menginginkan satu sama lain itu malah berakhir saling menatap selama beberapa detik.Alisa yang tidak kuat berlama-lama bersinggungan dengan manik hitam legam Dirga segera memutus pandangan. Dia beralih menatap ke arah tubuhnya yang kini sudah mengenakan kaos hitam berukuran oversize.“Aku tidak menemukan pakaian yang cocok. Jadi, aku pinjam kausmu. Apa … boleh?” tanyanya, memutus keheningan yang tercipta.Sekilas Dirga mengarahkan fokusnya untuk menatap kaus yang dikenakan Alisa. Tanpa berpikir banyak, dia menganggukkan kepala. Kemudian, dia mengayunkan langkah ke arah ranjang tidur. Dirga berkata, “Bukankah sudah kukatakan? Apa yang kita punya jadi milik bersama.”Di tempatnya, Alisa tersenyum dan menganggukkan kepala. Mendengar itu, ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Selagi Dirga di kamar mandi, Alisa sudah membulatkan tekadnya.Toh tidak ada bedanya melakukannya sekarang dan nanti. Pada akhirnya, kegiatan intim di atas ranjang tidak bisa te

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 119 Melakukan Itu?

    Mendengar itu, wajah Alisa terasa memanas. Dia khawatir jantungnya akan meledak karena detaknya sangat tidak bisa dikendalikan.Memberanikan diri, Alisa bertanya dengan nada suaranya yang terdengar sedikit serak. “Kamu mau kita melakukan itu?” todongnya to the point.Alisa hanya mencoba menerjemahkan kalimat ‘menginginkan’ yang Dirga ucapkan. Apakah konteksnya mengarah pada apa yang baru saja dia tanyakan?“Pertanyaan itu seharusnya untuk dirimu sendiri, Alisa,” jawab Dirga seraya terkekeh pelan.Napas Alisa tercekat. Dia semakin mencengkram erat ujung handuk yang melilit tubuhnya. “Maksudnya? Aku tidak paham," gelengnya sambil menaikkan satu alisnya.Sebelum menjawab pertanyaan Alisa, Dirga menyempatkan diri untuk melepas kancing kemeja terakhirnya dan melepaskan kemejanya.Detik berikutnya, refleks Alisa membuang wajah. Dia tak ingin melihat tubuh atasan pria yang berstatus suaminya itu.Dalam keadaan seperti ini, rasanya itu membahayakan. Dirga termasuk pria yang menjaga bentuk fis

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 118 Menginginkanmu

    Karena langkah Dirga yang sudah semakin dekat, kegugupan Alisa juga meningkat. Dia memaksakan kakinya berbelok untuk kembali masuk ke kamar mandi. Alisa bisa memakai pakaian yang sebelumnya. Rasanya terlalu lama kalau saat ini dia harus memilih pakaian di lemari saat Dirga ada di dalam kamar. Namun, sialnya, karena melangkah dengan terburu, kaki Alisa malah tersandung kakinya sendiri sehingga menyebabkan tubuhnya limbung. Nyaris saja dia tersungkur ke depan dan berakhir mendarat di lantai yang keras jika saja Dirga tidak sigap menarik lengan Alisa lalu mendekapnya. Alisa hanya bisa memejamkan matanya erat-erat dengan jantung yang terus-menerus bertalu. "Tidak bisakah kamu berhati-hati?" Suara Dirga terdengar kesal. Pria itu menundukkan pandangannya, bermaksud memandang ke arah wajah Alisa. Hanya saja, pandangannya sedikit meleset. Manik hitamnya memandang lebih turun ke arah area bawah pundak Alisa. Beberapa menit lalu saat Dirga masuk ke dalam kamar, pandangannya sudah terku

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 117 Berhenti Memikirkannya

    Apapun? Firasat Alisa seketika berubah menjadi tidak enak, seolah dia bisa mengetahui bahwa Dirga memiliki permintaan yang kedengarannya mungkin akan membahayakan. Suara dalam batin Alisa tertawa hambar, ‘Bagaimana kalau Dirga menyuruhku menambahkan jalan harianku jadi lima belas atau dua puluh putaran?!’ pikirnya. Diam-diam Alisa berharap semoga saja Dirga meminta hal yang mudah untuk dikabulkan. Suara berat Dirga kembali mengudara. “Kenapa tidak menjawab?” Terdengar dengusan samar di ujung ucapannya. Alisa membasahi bibir bawahnya dan membalas singkat, “Apa yang kamu inginkan?” Pepatah mengatakan, lebih baik bertanya daripada tersesat di jalan. Selagi menunggu jawaban Dirga, Alisa menggigit bibir bawahnya. “Akan kuberitahu saat di rumah nanti.” Sekon berikutnya, Dirga menambahkan, “aku tutup teleponnya.” Mulut Alisa terbuka tanpa sempat menjawab sepatah kata apapun. Dia menurunkan ponselnya tanpa tenaga setelah panggilan diakhiri begitu saja. Lantas wanita itu terdiam. "Bai

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 116 Apapun?

    “Alisa akan terlibat dalam proyek ini?” Selagi menanyakan itu, Gia tampak memelotot horror ke arah Dirga. Reaksi itu menyeret Dirga ke dalam asumsi bahwa Gia benar-benar sudah bulat untuk menolak proyek filmnya ini. Dia membalas, "Ya, tapi kalau kamu tetap tidak bersedia– "Dirga, heii ... kapan aku mengatakan tidak bersedia?" potong Gia cepat. Wanita itu terkekeh hambar. Alih-alih terlihat marah dan tidak terima, raut wajah Gia justru menunjukkan sebaliknya. Bibirnya membingkai senyuman dan air wajahnya tampak ramah. Wanita itu menarik napas panjang dan menatap Dirga penuh arti. “Aku,” jedanya tertahan karena membasahi bibir bawahnya. Gia lantas melanjutkan, “aku bersedia mempertimbangkan pembatalan kontrak kita. Aku ingin bertemu Alisa untuk mendiskusikan ulang skenario ini.” Suaranya terdengar yakin tanpa keraguan.Satu detik setelah mendengar itu, Dirga sempat dibuat terdiam. Dia bertanya-tanya, apa yang membuat Gia mengubah keputusannya dalam waktu yang singkat?Baru akan men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status