Home / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Kedekatan Diana dan Dimitrio

Share

Kedekatan Diana dan Dimitrio

last update Last Updated: 2025-07-10 15:41:49

Berbeda di rumah sakit, di sisi lain, tepatnya di apartemen Diana, sosok Dimitri sudah masuk ke dalam dan menikmati kopi yang dia bawa dari luar. Pria itu diminta menunggu selagi Diana mengganti pakaiannya di dalam kamar.

“Di, lama banget di dalam. Kamu tidak lupa kalau aku datang ‘kan?” teriak Dimitri, terdengar tidak sabaran karena Diana tak kunjung ke luar.

“Sebentar lagi!” Diana balas berteriak.

Dimitri menghela napas. Ini bukan kunjungan pertamanya. Jadi, dia bersikap santai seolah sudah sering datang ke sini. Jika dihitung-hitung, melebihi dari jari-jari di tangan.

“Tumben, biasanya juga gerak cepat,” geleng Dimitri.

Bahkan di pertemuan keduanya dalam kencan buta yang direncanakan oleh Aruna, Diana yang datang sepuluh menit lebih awal. Dan … Dimitri datang dua puluh menit dari waktu yang dijanjikan. Mungkin itu yang membuat Diana pada akhirnya mengatakan kencan buta itu harus berakhir di pertemuan pertama.

Terdengar bunyi klik.

Diana ke luar dengan pakaian tidur bermotif bunga-b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
klociesa
Kadang update terus walaupun 1 chapter eh ini ga update lagi🥲
goodnovel comment avatar
beauty night
dimitrian dimitrio...
goodnovel comment avatar
Rosy
yaAmpun mana 1 banget lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Diana Garvi Part 2

    “Putar balik, aku bilang!” Diana mengulang perintahnya. Kali ini nada suaranya agak sedikit naik. Kakinya bergerak gelisah, menghentak-hentak lantai mobil. “Argarvi, please …,” panggilnya lirih. Suaranya terdengar nyaris putus asa. Garvi mencondongkan tubuh. Tangannya terjulur ke arah sabuk pengaman Diana, hendak melepasnya. Tapi, refleks, Diana menahan pergelangan tangan pria itu. Lantas pandangan mereka terkunci. “Hanya sarapan,” ucap Garvi pelan. “Apa yang salah?” tanyanya seraya mengerutkan dahi. Perlahan, Garvi menarik tangannya untuk digenggam. Seolah tengah meyakinkan, dia mengangkat tangan Diana ke arah bibirnya untuk dikecup singkat. Diana membuka mulut, tapi tidak tahu harus mengatakan apa. Yang berhasil dia lakukan adalah menarik tangannya dari Garvi. Kenapa pria itu sekarang jauh lebih berani bertindak setelah Diana menyetujui untuk berkencan? “Bukankah kamu tahu sedikit banyak tentang orang tuaku?” Ditodong pertanyaan seperti itu, Diana menggigit bibir bawahnya. Lag

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Diana Garvi Part 1

    Kencan pertama Diana dan Garvi dimulai.Pria yang dua tahun lebih muda darinya itu mengabari sejak semalam kalau dia akan menjemput Diana pagi-pagi sekali. Padahal ini masih hari kerja dan jam belum menunjukkan pukul enam pagi, tapi Garvi sudah berhasil menyeretnya masuk ke dalam mobil.“Sarapan apa dan di mana?” tanya Diana sambil memasukkan anting terakhir ke daun telinganya. Suaranya masih terdengar mengantuk saat sudah duduk di mobil pria itu. Jam masuk kerjanya pukul delapan pagi. Biasanya, Diana baru akan bangun pukul enam dan bersiap. Tapi, sekarang sepagi ini dia punya agenda kencan.“Kamu tetap tidak mau memberitahu tempat tujuannya?”Diana menatap Garvi penuh selidik. Batinnya menaruh rasa curiga, ‘Dia tidak berniat menculikku ‘kan?’“Kalau aku beritahu sekarang, kamu pasti tidak setuju dan menolak pergi.” Pria itu melirik Diana sekilas dan tersenyum penuh arti.Jelas hal itu mengundang kecurigaan. Diana langsung menembak saja, “Hotel, ya?”Mendengarnya, Garvi setengah tert

  • Pesona Presdir Posesif   Bonus Bab Aland Anjani

    Satu minggu setelah kepindahannya ke apartemen studio, Anjani lebih banyak menghabiskan waktu di sana. Dia sedang mempersiapkan langkah awal untuk membangun bisnisnya yang sudah diimpikan sejak lama. Ya, alih-alih bergabung di perusahaan, Anjani Ruby ingin membuka usaha studio kreatif. Setelah perceraian orang tuanya dan kini memilih hidup sendiri, Anjani tentu harus mempertanggung jawabkan itu. Dia hanya boleh merepotkan dirinya sendiri, tidak dengan orang lain. “Lebih baik dicoba daripada aku menyesal tidak pernah mencobanya sama sekali,” pikir Anjani. Dia pun sempat terpikirkan, “Selagi aku masih sendiri.” Jadi … kenapa tidak? Maksudnya, Anjani belum menikah. Dia masih sangat muda untuk melakukan banyak hal. Dan berbisnis adalah salah satu yang ingin dia lakukan dengan hobi dan minatnya. Untungnya, dia memiliki seseorang yang mendukungnya. Tiba-tiba gadis itu melirikkan mata ke arah jam dinding. Sudah jam sebelas lewat, itu artinya– KLIK Dari arah pintu, seseorang masuk ke da

  • Pesona Presdir Posesif   T___T

    Sesaat Aruna terdiam. Dia mengerutkan bibirnya dan menganggukkan kepala. “Keberatan!”Protesannya mengundang kedua alis Ryuga menukik tajam, “Kalau keberatan, kenapa meminta izin segala, Aruna?”Karena sudah dipastikan dia tidak akan mengizinkan. Baginya, cukup perasaannya yang terluka akibat ucapan kurang ajar Sandra.Gadis itu lalu meringis pelan dan meraih tangan Ryuga dalam waktu bersamaan. Mata besarnya menatap lurus ke arah Daddy-nya itu.“Sekarang, giliran Daddy yang mendengarkan Aruna, ya,” pintanya dengan nada suaranya yang lembut.Sudut bibir Ryuga terangkat, membentuk senyuman kecil melihat tingkah Aruna saat ini. Dia mengedikkan dagu. “Apa yang harus Daddy dengarkan darimu?”“Begini, Aruna juga tahu secara tidak langsung kalau Tante Sandra tidak menyukai Pras memiliki hubungan dengan Aruna.” Dia meneguk ludahnya dalam lantas mencoba tersenyum walau hatinya menangis.Siapa yang tidak bersedih berada dalam posisi tersebut?Lebih sedihnya, Aruna seolah tak diberikan kesempata

  • Pesona Presdir Posesif   Detik Menuju Akhir

    Aji Hartanto. Beliau adalah ayah dari Aland Mada. Kini, dia menatap Anjani kurang lebih sama dengan ekspresi yang tak jauh berbeda dari saat pertama kali dia mengetahui keinginan Ryuga untuk menikahi Claudia. Tatapannya kaku dan tidak ramah, padahal Aji adalah mantan kepala desa.Ditatap seperti itu, siapa yang tidak ingin kabur?Anjani gelagapan, “O-oh nggak, Om. Itu, anu … aku nggak enak aja, takut mengganggu,” jawabnya sedikit tergagap di tengah degup jantungnya yang berdebar hebat.Dia pernah mendengar sosok Aji di mata Aruna. Teman dekatnya itu pernah mengatakan, “Aki Aki emang kelihatan galak. Tapi, aslinya perhatian. Asmaku pernah kambuh karena cuaca dingin di sana. Terus Aki Aji sampai manggil bidan atau dokter.”Yang menjadi masalah adalah tidak mungkin ‘kan Aji akan memperlakukan Anjani sama persis dengan Aruna? Kalau dia jelas adalah cucunya, Anjani hanya orang lain.Gadis itu melirik ke sekeliling sofa. Tak ada Aland. Pun, Garvi. Anjani menebak jika perkumpulan keluarga in

  • Pesona Presdir Posesif   Sosok yang Disegani Anjani

    Mobil yang dikendarai Garvi baru saja berhenti di halaman rumah. Aruna tak sabaran membuka pintu mobil saat melihat Emma dan Cherrish sudah berdiri di ambang pintu.Cherrish, bocah perempuan itu langsung berlari kecil setelah mendengar suara mobil, mengira itu mobil milik Ryuga. Tapi, langkahnya lebih dulu dihentikan Emma yang segera menggendongnya.“Na!” Suara kecil itu berseru nyaring dari arah pintu depan.“Hwaa, Cherrish!” seru Aruna senang, dia langsung menghampiri.Tangannya terulur, ingin sekali menggendong adiknya. Tapi, urung saat menyadari dia baru saja datang dari luar dan belum sempat bersih-bersih.“Pipinya ya ampun ... merah kayak tomat!” Aruna merasa gemas, ingin sekali mencubit pipi adiknya.Cherrish mengulurkan tangan kecilnya, meminta untuk digendong.Melihat itu Aruna tertawa lalu menggeleng pelan. “No, no. Mbak ganti baju dulu, baru bisa gendong kamu.”Meskipun jarang bertemu, tapi Aruna sering melakukan panggilan video. Jadi, Cherrish hapal dengan wajahnya. Ditamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status