Share

5. Aturan Rink

Penulis: Sunny Afena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 21:19:27

William menatap dua manusia yang telah diikat oleh kontrak pernikahan secara bergantian. Laura menjadi objek pertama. Saat memperhatikan wajah wanita tersebut, William sempat menghela napas panjang.

Lalu ketika beralih pada Rink, manajer dengan wajah tembam itu mendekat. Ia tak mengatakan apapun dan hanya menepuk pundak Rink. “Kuharap kalian berdua bisa rukun selama 6 bulan ke depan. Ingat, hidup kalian jadi taruhan di sini.”

Setelah menyatakan peringatan yang tidak menyenangkan itu, William berbalik dan keluar dari apartemen. Meninggalkan Laura dan Rink yang selama beberapa detik hanya bisa terpaku. Sebuah dehaman keras dari Rink-lah, yang kemudian menghidupkan suasana dingin di sana.

Laura menghindari menatap wajah idolanya. Tadi sewaktu memasuki apartemen, ia tidak sempat menjelajah sudut-sudut ruangan dengan matanya, karena sibuk meredakan debaran jantungnya. Jadi, sekarang ia meneliti tempat yang akan menjadi huniannya.

Apartemen itu terlalu ... normal.

Saat Laura mengitari ruang tamu, matanya menyisir setiap sudut. Sofa abu-abu netral, rak buku rapi tanpa debu, dapur kecil yang bersih seperti belum pernah dipakai. Dindingnya dihiasi lukisan-lukisan minimalis, terlalu steril untuk ukuran seorang superstar.

Dia memutar tubuh, menatap Rink yang masih berdiri di dekat jendela.

"Ini tempat tinggalmu?" tanya Laura, mencoba menyamarkan rasa takjub dalam nada heran.

Rink hanya mengangkat alis. “Tentu saja bukan,” dengusnya ofensif.

Jawaban itu membuat Laura berkedip. “Bukan?”

"Aku tidak mungkin membawa orang asing ke rumahku yang asli."

Petir.

Sederhana, tapi menyayat. Laura menahan diri supaya tidak terang-terangan mengelus dada. Ia tertawa pendek, mencoba menyelamatkan harga diri. “Oh. Benar juga. Ucapanmu sangat masuk akal.”

Rink melepaskan jas yang dikenakannya dan menggantungkannya di dekat pintu. Gerakannya presisi. Tenang. Tidak satu pun barang dibiarkan sembarangan. Bahkan sepatunya diletakkan sejajar, seperti pasukan kecil yang disiplin.

Saat ia membalikkan badan menghadap Laura, sorot matanya menunjukkan kekuasaan yang tak bisa dielakkan. “Ada beberapa aturan selama kau tinggal di sini,” katanya tanpa basa-basi. Ia mengambil secarik kertas dari meja dapur dan membentangkannya tepat di depan wajah Laura.

Laura menatap tulisan tangan itu dengan perasaan campur aduk. Tertulis rapi, huruf-hurufnya tegak, kaku, dan... menyebalkan.

Aturan Tinggal Bersama Rink Harrington

1. Tidak memasuki kamar pribadi Rink tanpa izin, apapun alasannya.

2. Jangan menyentuh atau memindahkan barang di area kerja Rink.

3. Dilarang keras mengetuk pintu studio musik saat tertutup.

4. Area umum harus selalu bersih. Jangan tinggalkan piring kotor lebih dari 5 menit.

5. Volume suara harus rendah setelah pukul 20.00.

6. Tidak diperbolehkan mengundang tamu tanpa pemberitahuan.

7. Tidak ada kontak fisik yang tidak diperlukan untuk kepentingan publik.

8. Dilarang keras membangunkan Rink kecuali terjadi kebakaran.

9. Jadwal makan masing-masing. Tidak perlu memasakkan apapun untuk Rink.

10. Hargai ruang pribadi. Rink bukan penghibur di rumah.

Laura menyelesaikan bacaannya dengan mata melebar dan bibir setengah terbuka. Ia menelan ludah, lalu mendongak pelan, menatap wajah Rink yang ada di balik lembaran kertas putih.

“Kau yakin ini tempat tinggal, bukan penjara?” gumam Laura sambil meraih kertas berisi aturan-aturan gila Rink.

Rink tidak menjawab. Ia hanya berjalan menuju lemari pendingin, lalu mengeluarkan botol besar berisi air mineral. Dengan gerakan tangan yang lembut tapi mengesankan ketepatan, ia menuangkan isinya ke dalam gelas.

Dengan kilat mata yang tertuju pada Laura, Rink menyesap air pelan, lalu meletakkan gelasnya dengan bunyi tak yang halus, tapi terasa seperti vonis. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, tapi keseluruhan gestur tubuhnya seolah-olah sudah membalas perkataan Laura.

Laura mendesah. “Oke. Baiklah. Aku akan mencoba … bertahan hidup di sini.”

Rink menatapnya datar. “Ini bukan tentang bertahan hidup, Laura. Ini soal disiplin. Ruang amanku … itu berarti aturanku. Kalau kau ingin hidup damai selama enam bulan, ikuti saja!”

Laura tersenyum pahit. “Kalau aku melanggar, apa yang terjadi? Dipenjara di balkon? Atau langsung dikirim balik ke fanbase?”

“Aku akan memperpanjang kontraknya jadi satu tahun dan mengurangi nominal imbalanmu.”

Laura terkesiap. “Itu ancaman?”

“Itu saran.”

Laura menatap Rink selama beberapa detik, lalu menyerah dan membuang diri ke sofa. Sofa empuk itu sama sekali tidak menghibur.

Ini baru hari pertama. Dan ia sudah ingin pulang.

Akan tetapi, ia tahu … tidak ada rumah yang menunggunya. Tidak ada tempat untuk kembali. Tidak ada pelarian. Yang ada hanya apartemen sunyi, peraturan di luar akal, dan seorang pria dingin yang bahkan tidak mau disentuh oleh istrinya sendiri.

Laura memejamkan mata sejenak. ‘Oke. Aku pasti bisa bertahan. Aku pernah hidup dengan satu kamar bersama tiga sepupu cerewet di kampung halaman. Aku juga pernah tidur di lantai stasiun.’

Senyum penuh kegetiran terlihat di wajah Laura. ‘Tetapi … aku belum pernah hidup serumah dengan pria yang kukagumi, tanpa boleh menyentuh, mengganggu, atau membuat suara di atas 30 desibel. Hebat sekali!’

“Baiklah, Tuan Pembuat Aturan … kita mainkan game ini,” gumam Laura lirih. Akan tetapi, saat membuka mata, ia menatap ke arah pintu kamar Rink yang kini tertutup rapat. Dan dadanya … lagi-lagi berdebar. Tanpa aba-aba.

Karena terlepas dari segala batas, segala aturan, segala ketidakwarasan situasi ini -Laura tinggal satu tembok dari Rink Harrington.

Dan itu lebih mematikan dari apapun yang ada di kontrak.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Superstar Introvert    7. Larut dalam Skenario (?)

    “Tapi ini rahasia, Emma. Kalau kau sampai membocorkan cerita ini sebelum waktunya, nasibku di sini akan tamat secara tragis.” Suara Laura amat lirih, memastikan hanya sosok di seberang sana yang bisa mendengarnya, sang Sahabat yang sudah berkawan dengannya sejak belasan tahun silam.“Kau sedang mengerjaiku ‘kan, Laura? Karena tidak mungkin kau menikah diam-diam dengan seorang aktor, apalagi Rink Harrington.”Laura terkekeh. “Tunggu saja! Nanti beritanya pasti keluar, kalau semua persiapannya sudah selesai. Saat itu kau akan tahu apakah aku mengerjaimu atau tidak.”Pembicaraan lewat telepon itu berakhir dengan ekspresi puas di wajah Laura. Bukan puas karena inti cerita yang ia bagikan kepada sahabatnya, melainkan puas karena ia sudah berbagi rahasia dengan salah satu orang terpenting dalam hidupnya.Laura adalah anak kedua dari keluarga Winslet. Ayahnya adalah petani yang ulet, sementara ibunya adalah sosok wanita yang memiliki sudut pandang terbuka. Keduanya sering berbeda pendapat me

  • Pesona Superstar Introvert    6. Pagi yang Canggung

    Jam dinding berbunyi pelan. Pukul 06.45.Laura membuka mata dengan pelan, tidak karena nyenyak, tapi karena otaknya semalaman menolak percaya bahwa dia benar-benar tinggal bersama Rink Harrington. Superstar. Idola nasional yang punya banyak bakat. Pria dengan 20 juta pengikut dan satu kontrak kawin palsu.Ia bangkit dari sofa panjang yang tadi malam ia pilih sendiri, beralasan tidak ingin merepotkan Rink dengan urusan kamar tambahan. Padahal kenyataannya, ia hanya terlalu canggung untuk meminta.Langkahnya membawa dirinya ke dapur. Suasananya terlalu sunyi, seperti museum. Bening. Tak ada jejak kehidupan di sana, selain kopi instan dan rak bumbu yang hanya berisi garam, lada, dan oregano kemasan lama.“Gila! Dia manusia atau bukan, sih?” bisik Laura pada diri sendiri.Ia membuka kulkas. Seperti dugaan, steril. Hanya ada beberapa botol air mineral, satu kotak telur, sepotong keju yang belum dibuka, dan satu plastik buah jeruk.Tidak ada roti. Tidak ada selai. Tidak ada kehidupan!Laura

  • Pesona Superstar Introvert    5. Aturan Rink

    William menatap dua manusia yang telah diikat oleh kontrak pernikahan secara bergantian. Laura menjadi objek pertama. Saat memperhatikan wajah wanita tersebut, William sempat menghela napas panjang.Lalu ketika beralih pada Rink, manajer dengan wajah tembam itu mendekat. Ia tak mengatakan apapun dan hanya menepuk pundak Rink. “Kuharap kalian berdua bisa rukun selama 6 bulan ke depan. Ingat, hidup kalian jadi taruhan di sini.”Setelah menyatakan peringatan yang tidak menyenangkan itu, William berbalik dan keluar dari apartemen. Meninggalkan Laura dan Rink yang selama beberapa detik hanya bisa terpaku. Sebuah dehaman keras dari Rink-lah, yang kemudian menghidupkan suasana dingin di sana.Laura menghindari menatap wajah idolanya. Tadi sewaktu memasuki apartemen, ia tidak sempat menjelajah sudut-sudut ruangan dengan matanya, karena sibuk meredakan debaran jantungnya. Jadi, sekarang ia meneliti tempat yang akan menjadi huniannya.Apartemen itu terlalu ... normal.Saat Laura mengitari ruang

  • Pesona Superstar Introvert    4. Sah!

    Ruangan itu nyaris kosong. Dindingnya putih pucat tanpa dekorasi, hanya jam berbentuk persegi membosankan yang berdetak malas di atas pintu. Meja panjang dari kayu polos dipenuhi map, pulpen, dan selembar dokumen tebal yang jadi pusat perhatian hari ini; kontrak pernikahan.Laura duduk di ujung meja, diam. Tubuhnya tegak, tangan diletakkan rapi di atas pangkuan, tapi telapak yang tersembunyi itu basah oleh keringat dingin. Jaraknya dengan Rink hanya beberapa senti. Tapi rasanya seperti duduk di samping jurang. Hening. Terlalu menyesakkan.Rink mengenakan kemeja putih bersih, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tak ada make-up, tak ada aura bintang seperti di atas panggung. Hanya laki-laki asing yang memutuskan menikah dengan wanita yang belum dikenalnya secara pribadi, karena ... alasan karier.Di seberang meja, seorang pria berjas abu-abu membuka map dan memeriksa lembar demi lembar dokumen. Dialah notaris yang ditunjuk agensi. Di sisi kiri dan kanan, dua saksi bayaran duduk kaku sep

  • Pesona Superstar Introvert    3. Deal with The Devil

    Rink menyandarkan punggungnya di kursi putar. Meskipun di hadapannya ada tumpukan dokumen yang harus dipelajari, tetapi Rink sama sekali tak menunjukkan minat. Bola matanya terus tertuju pada jam dinding.Ia tidak menoleh, ketika manajernya menyodorkan berkas lain ke arahnya. “Jika kau tetap pada pernyataan ‘mau menikah’ itu, kita bisa menyelamatkan kontrak dengan sponsor utama. Tapi jika kau menarik kembali ucapanmu, semua kerja keras yang kau lakukan selama bertahun-tahun akan hilang begitu saja. Publik akan menganggapmu tidak stabil.”Rink menghela napas, lalu mengembuskannya kuat-kuat. Ia bosan mendengar manajernya menekankan situasinya berkali-kali sejak semalam. Matanya yang dari tadi memperhatikan gerakan detik jarum jam, kini beralih ke jendela. Tampak bentangan langit biru di kejauhan sana.“Aku tidak akan mundur, Will. Tenang saja!”“Kau yakin?”“Kalau ini bisa menyelamatkan karierku, ya. Aku tidak akan membiarkan satu kalimat iseng menghancurkan segalanya.”Willliam -manaje

  • Pesona Superstar Introvert    2. Usulan Aneh

    Laura menahan napas, ketika kedua kakinya melangkah masuk ke sebuah ruangan yang seluruhnya bernuansa putih. Ia berasumsi itu adalah ruangan di mana Rink dirias sebelum kemudian tampil di acara fanmeeting beberapa saat lalu.Aroma kopi dan parfum bercampur jadi satu. Mestinya Laura menyukai wewangian seperti itu. Namun, kali ini ia justru merasakan mual. Apalagi ketika ia mendapati Rink di antara empat orang yang berada di dalam ruangan.Begitu pintu tertutup di belakangnya, Laura mulai merasakan dinginnya AC yang diatur terlalu rendah. Secara refleks ia merapatkan kedua kaki dan diam-diam menyesali keputusannya memakai gaun yang panjangnya tidak mencapai lutut.“Duduk!” Sebuah perintah tajam terlontar dari pria yang berada di samping Rink.Laura dengan patuh menghampiri sofa terdekat. Ia melirik ke arah sang Bintang, sewaktu mendaratkan pantatnya di sana. Rink bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arahnya, seolah-olah Laura hanyalah sesuatu yang mengganggu orbitnya.Dua manajer dan seo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status