Share

4. Sah!

Penulis: Sunny Afena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 19:49:12

Ruangan itu nyaris kosong. Dindingnya putih pucat tanpa dekorasi, hanya jam berbentuk persegi membosankan yang berdetak malas di atas pintu. Meja panjang dari kayu polos dipenuhi map, pulpen, dan selembar dokumen tebal yang jadi pusat perhatian hari ini; kontrak pernikahan.

Laura duduk di ujung meja, diam. Tubuhnya tegak, tangan diletakkan rapi di atas pangkuan, tapi telapak yang tersembunyi itu basah oleh keringat dingin. Jaraknya dengan Rink hanya beberapa senti. Tapi rasanya seperti duduk di samping jurang. Hening. Terlalu menyesakkan.

Rink mengenakan kemeja putih bersih, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tak ada make-up, tak ada aura bintang seperti di atas panggung. Hanya laki-laki asing yang memutuskan menikah dengan wanita yang belum dikenalnya secara pribadi, karena ... alasan karier.

Di seberang meja, seorang pria berjas abu-abu membuka map dan memeriksa lembar demi lembar dokumen. Dialah notaris yang ditunjuk agensi. Di sisi kiri dan kanan, dua saksi bayaran duduk kaku seperti patung, tak peduli siapa yang menikah hari ini. Mereka bahkan tidak tahu nama panjang Laura atau Rink.

"Baik," suara si notaris memecah sunyi kantor yang tak begitu besar. "Aku akan membacakan klausul utama sebagai bagian dari legalitas prosesi."

Laura mengangguk pelan. William -manajer Rink- hanya bersandar di dinding dengan tangan menyilang, ekspresinya serius dan kaku seperti biasa.

"Kontrak ini menyatakan bahwa Tuan Rink Harrington -dengan identitas dan dokumen resmi sebagaimana terlampir- dan Nona Laura Winslet, dengan data yang juga terlampir, menyetujui untuk menikah secara hukum untuk jangka waktu enam bulan sejak tanggal penandatanganan."

Notaris berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada lebih serius.

"Selama masa kontrak, kedua pihak terikat dalam kewajiban menjaga citra publik, bertempat tinggal bersama sesuai perjanjian akomodasi, dan tidak diperkenankan mengungkapkan isi kontrak kepada pihak luar tanpa izin tertulis."

Laura menelan ludah. Kalimat-kalimat itu terdengar seperti kalimat hukuman dan bukannya janji suci seperti yang ia dengar dalam film atau pernikahan sungguhan.

"Ada pertanyaan sebelum kita lanjut ke penandatanganan?" tanya notaris.

Tak ada yang menjawab. Bahkan suara jam dinding pun terdengar nyaring.

Laura menatap pena di hadapannya. Jantungnya berdetak cepat. Ada suara kecil di dalam kepalanya yang berteriak, ‘Ini gila! Hentikan!’ tetapi ia tak bisa bergerak. Tangan itu terangkat perlahan, meraih pena, dan mulai menandatangani dokumen halaman demi halaman.

Tangannya sedikit gemetar saat menulis nama: Laura Winslet.

Di bawahnya, Rink juga membubuhkan tanda tangan tanpa suara. Cepat. Dingin. Efisien.

"Dokumen telah ditandatangani kedua pihak," ucap notaris. "Dengan ini, per tanggal hari ini, kalian resmi menjadi pasangan suami istri secara hukum." Tak seorang pun menanggapi perkataannya.

Laura hanya bisa tersenyum miris dalam hati. Begitu saja?

Tak ada pelukan. Tak ada cium kening. Tak ada derai air mata bahagia, gaun putih, atau iringan musik lembut. Yang ada hanya ruangan dingin, saksi bayaran, dan sebuah stempel merah yang menggema di dalam kepalanya: SAH!

"Sekali lagi, saya ucapkan selamat," kata notaris dengan senyum tipis yang tidak tulus. "Kami akan memproses legalitas penuh dalam 3 hari kerja."

William mendekat, menyodorkan satu amplop kecil berisi salinan kontrak dan kartu identitas pasangan. "Mulai hari ini, Laura tinggal di apartemen yang sudah disiapkan. Kita akan atur jadwal aktivitas publik nanti."

Laura mengangguk, nyaris otomatis. Ia berdiri, menata napas, lalu tanpa sengaja bahunya menyentuh bahu Rick.

Mendadak seluruh udara seperti ditarik darinya.

Sentuhan itu hanya sekilas, tapi cukup untuk membuat irama jantungnya melonjak. Rink bahkan tidak menoleh. Tapi kehadirannya terlalu nyata. Terlalu dekat.

“Ayo,” ujar William singkat, memberi isyarat bahwa mereka harus pergi.

Laura berjalan pelan di belakang Rink. Dalam hati, ia tertawa getir.

Begitu banyak gadis yang memimpikan menikah dengan idolanya. Dan hari ini, ia benar-benar jadi istri Rink.

Akan tetapi ... kenapa rasanya seperti menandatangani surat kematiannya sendiri?

Saat pintu ditutup dan langkah mereka bergema di lorong, Laura menarik napas panjang. Sebagian dari dirinya masih menolak percaya ini nyata. Namun, mereka sudah menandatangani kertas itu. Namanya dan nama Rick kini tercetak berdampingan dalam sebuah dokumen berlandaskan hukum.

Namanya buan lagi Laura Winslet, melainkan Laura Harrington.

Entah kenapa, pikirannya mengulang-ulang nama itu. Aneh, tapi ... manis. Lalu menakutkan lagi.

Dan perjalanan mereka baru saja dimulai.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Superstar Introvert    7. Larut dalam Skenario (?)

    “Tapi ini rahasia, Emma. Kalau kau sampai membocorkan cerita ini sebelum waktunya, nasibku di sini akan tamat secara tragis.” Suara Laura amat lirih, memastikan hanya sosok di seberang sana yang bisa mendengarnya, sang Sahabat yang sudah berkawan dengannya sejak belasan tahun silam.“Kau sedang mengerjaiku ‘kan, Laura? Karena tidak mungkin kau menikah diam-diam dengan seorang aktor, apalagi Rink Harrington.”Laura terkekeh. “Tunggu saja! Nanti beritanya pasti keluar, kalau semua persiapannya sudah selesai. Saat itu kau akan tahu apakah aku mengerjaimu atau tidak.”Pembicaraan lewat telepon itu berakhir dengan ekspresi puas di wajah Laura. Bukan puas karena inti cerita yang ia bagikan kepada sahabatnya, melainkan puas karena ia sudah berbagi rahasia dengan salah satu orang terpenting dalam hidupnya.Laura adalah anak kedua dari keluarga Winslet. Ayahnya adalah petani yang ulet, sementara ibunya adalah sosok wanita yang memiliki sudut pandang terbuka. Keduanya sering berbeda pendapat me

  • Pesona Superstar Introvert    6. Pagi yang Canggung

    Jam dinding berbunyi pelan. Pukul 06.45.Laura membuka mata dengan pelan, tidak karena nyenyak, tapi karena otaknya semalaman menolak percaya bahwa dia benar-benar tinggal bersama Rink Harrington. Superstar. Idola nasional yang punya banyak bakat. Pria dengan 20 juta pengikut dan satu kontrak kawin palsu.Ia bangkit dari sofa panjang yang tadi malam ia pilih sendiri, beralasan tidak ingin merepotkan Rink dengan urusan kamar tambahan. Padahal kenyataannya, ia hanya terlalu canggung untuk meminta.Langkahnya membawa dirinya ke dapur. Suasananya terlalu sunyi, seperti museum. Bening. Tak ada jejak kehidupan di sana, selain kopi instan dan rak bumbu yang hanya berisi garam, lada, dan oregano kemasan lama.“Gila! Dia manusia atau bukan, sih?” bisik Laura pada diri sendiri.Ia membuka kulkas. Seperti dugaan, steril. Hanya ada beberapa botol air mineral, satu kotak telur, sepotong keju yang belum dibuka, dan satu plastik buah jeruk.Tidak ada roti. Tidak ada selai. Tidak ada kehidupan!Laura

  • Pesona Superstar Introvert    5. Aturan Rink

    William menatap dua manusia yang telah diikat oleh kontrak pernikahan secara bergantian. Laura menjadi objek pertama. Saat memperhatikan wajah wanita tersebut, William sempat menghela napas panjang.Lalu ketika beralih pada Rink, manajer dengan wajah tembam itu mendekat. Ia tak mengatakan apapun dan hanya menepuk pundak Rink. “Kuharap kalian berdua bisa rukun selama 6 bulan ke depan. Ingat, hidup kalian jadi taruhan di sini.”Setelah menyatakan peringatan yang tidak menyenangkan itu, William berbalik dan keluar dari apartemen. Meninggalkan Laura dan Rink yang selama beberapa detik hanya bisa terpaku. Sebuah dehaman keras dari Rink-lah, yang kemudian menghidupkan suasana dingin di sana.Laura menghindari menatap wajah idolanya. Tadi sewaktu memasuki apartemen, ia tidak sempat menjelajah sudut-sudut ruangan dengan matanya, karena sibuk meredakan debaran jantungnya. Jadi, sekarang ia meneliti tempat yang akan menjadi huniannya.Apartemen itu terlalu ... normal.Saat Laura mengitari ruang

  • Pesona Superstar Introvert    4. Sah!

    Ruangan itu nyaris kosong. Dindingnya putih pucat tanpa dekorasi, hanya jam berbentuk persegi membosankan yang berdetak malas di atas pintu. Meja panjang dari kayu polos dipenuhi map, pulpen, dan selembar dokumen tebal yang jadi pusat perhatian hari ini; kontrak pernikahan.Laura duduk di ujung meja, diam. Tubuhnya tegak, tangan diletakkan rapi di atas pangkuan, tapi telapak yang tersembunyi itu basah oleh keringat dingin. Jaraknya dengan Rink hanya beberapa senti. Tapi rasanya seperti duduk di samping jurang. Hening. Terlalu menyesakkan.Rink mengenakan kemeja putih bersih, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tak ada make-up, tak ada aura bintang seperti di atas panggung. Hanya laki-laki asing yang memutuskan menikah dengan wanita yang belum dikenalnya secara pribadi, karena ... alasan karier.Di seberang meja, seorang pria berjas abu-abu membuka map dan memeriksa lembar demi lembar dokumen. Dialah notaris yang ditunjuk agensi. Di sisi kiri dan kanan, dua saksi bayaran duduk kaku sep

  • Pesona Superstar Introvert    3. Deal with The Devil

    Rink menyandarkan punggungnya di kursi putar. Meskipun di hadapannya ada tumpukan dokumen yang harus dipelajari, tetapi Rink sama sekali tak menunjukkan minat. Bola matanya terus tertuju pada jam dinding.Ia tidak menoleh, ketika manajernya menyodorkan berkas lain ke arahnya. “Jika kau tetap pada pernyataan ‘mau menikah’ itu, kita bisa menyelamatkan kontrak dengan sponsor utama. Tapi jika kau menarik kembali ucapanmu, semua kerja keras yang kau lakukan selama bertahun-tahun akan hilang begitu saja. Publik akan menganggapmu tidak stabil.”Rink menghela napas, lalu mengembuskannya kuat-kuat. Ia bosan mendengar manajernya menekankan situasinya berkali-kali sejak semalam. Matanya yang dari tadi memperhatikan gerakan detik jarum jam, kini beralih ke jendela. Tampak bentangan langit biru di kejauhan sana.“Aku tidak akan mundur, Will. Tenang saja!”“Kau yakin?”“Kalau ini bisa menyelamatkan karierku, ya. Aku tidak akan membiarkan satu kalimat iseng menghancurkan segalanya.”Willliam -manaje

  • Pesona Superstar Introvert    2. Usulan Aneh

    Laura menahan napas, ketika kedua kakinya melangkah masuk ke sebuah ruangan yang seluruhnya bernuansa putih. Ia berasumsi itu adalah ruangan di mana Rink dirias sebelum kemudian tampil di acara fanmeeting beberapa saat lalu.Aroma kopi dan parfum bercampur jadi satu. Mestinya Laura menyukai wewangian seperti itu. Namun, kali ini ia justru merasakan mual. Apalagi ketika ia mendapati Rink di antara empat orang yang berada di dalam ruangan.Begitu pintu tertutup di belakangnya, Laura mulai merasakan dinginnya AC yang diatur terlalu rendah. Secara refleks ia merapatkan kedua kaki dan diam-diam menyesali keputusannya memakai gaun yang panjangnya tidak mencapai lutut.“Duduk!” Sebuah perintah tajam terlontar dari pria yang berada di samping Rink.Laura dengan patuh menghampiri sofa terdekat. Ia melirik ke arah sang Bintang, sewaktu mendaratkan pantatnya di sana. Rink bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arahnya, seolah-olah Laura hanyalah sesuatu yang mengganggu orbitnya.Dua manajer dan seo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status