Share

Mata Tajam Itu Lagi

"Jangan panik, kita diam dan berdoa!" Nayya menahan napas, melantunkan doa apa saja. Sesuai yang terlintas di kepalanya, sampai-sampai doa makan pun ikut terbawa.

Semua santriwati menurut, tidak ada yang bergerak. Mereka membaca doa-doa pengusir bahaya seperti yang telah diajarkan di pesantren. Ular hitam sebesar lengan manusia melintas. Tepat di depan mereka.

Napas Nayya naik turun. Keringat dingin sudah menghinggapi badannya. Setelah ular sudah menjauh, Nayya menarik napas dalam-dalam. Lega. Tubuh wanita itu menggelosor ke bawah, jatuh terduduk.

"Astaghfirullah, Ustazah kenapa?" tanya Dije sambil memegangi lengan Nayya.

Nayya masih mengatur napas. Ia memegangi dadanya. Air mata jatuh menetes ke pipi mulusnya.

"Kakiku mendadak lemes. Aku enggak pernah lihat ular sebesar itu sebelumnya," ujar Nayya kalut.

"Ust, sebaiknya kita bergegas sekarang. Sebelum ularnya balik lagi," kata salah satu santriwati.

Dije membantu memapah Nayya.

"Enggak papa, biar aku sendiri aja," tolak Na
Ais Aisih

Terima kasih yang sudah bersedia mampir di cerita ini. Ikuti terus kelanjutan dan keseruannya yaa Salam sayang

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status