Share

Ferdi VS Rey

Author: Nurmasari
last update Last Updated: 2022-08-01 00:19:58

Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status F* Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.

“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun F* Vivi agar tidak ketahuan Lulu.

“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.

“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.

“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.

Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa.

“Nah, gak ada apa-apa, kan?” tanya Rey yang dijawab anggukan oleh Lulu.

Dua hari berlalu, tak ada kabar jika Ferdi kecelakaan. Hal itu membuat Rey sedikit bingung.

“Tuan, ada yang mencari Tuan di depan,” ujar Bi Inem, pembantu di rumah Lulu.

‘Mencariku? Bukankah ini rumah Lulu?’ Rey membatin. Namun dia segera bangkit dari duduknya di ruang TV dan berjalan ke arah pintu depan rumah.

Rey amat kaget ketika melihat Ferdi sedang berdiri gagah di hadapannya. Dia mengamati lelaki muda di depannya, tak ada lecet atau tanda-tanda baru kecelakaan.

“Kenapa? Aneh ya aku masih hidup dan gak ada luka sedikitpun?” tanya Ferdi yang membuat Rey tertegun, dia menelan salivanya mendengar perkataan Ferdi.

“Apa maksudmu? Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Rey ketus. Dia pura-pura tidak tahu apa maksud perkataan Ferdi barusan.

Ferdi tersenyum sinis.

‘Apa dia tahu jika aku mencoba mencelakainya? Tapi darimana dia tahu?’ Rey betanya pada dirinya sendiri dalam hati.

Ferdi merogoh handphone di saku celananya, lalu mengotak-atik benda pipih tersebut, beberapa saat kemudian dia memperlihatkan layar handphone-nya pada Rey.

Rey terbelalak melihat rekaman video dirinya sedang mengitari motor Ferdi lalu menggunting selang remnya.

‘Ja-jadi motornya dipasangi CCTV? Atau itu rekaman dari CCTV di depan indom*rt?’ Rey terbata berkata dalam hati.

Sesaat Rey segera membuang muka, lalu mengumpat tertahan. Ferdi segera memasukkan handphone ke dalam saku celananya.

“Sekarang saya yang tanya. Ada masalah apa kamu dengan saya?” tanya Ferdi tegas.

Rey hanya diam tak menjawab. Sorot matanya tajam ke arah Ferdi, dia tak merasa bersalah sedikitpun.

“Saya bisa laporin hal ini ke polisi loh. Saya punya bukti yang kuat,” ujar Ferdi, hal itu membuat detak jantung Rey berpacu dengan cepat.

‘Bodoh! Kenapa aku gak lihat CCTV-nya saat mengitari motor Ferdi? Apa CCTV nya amat kecil sampai tidak kelihatan? Tidak mungkin jika Ferdi selamat berkat CCTV di depan indom*rt,' Rey mengumpat dirinya sendiri dalam hati. Sebisa mungkin dia memasang raut wajah yang datar dan tidak terkejut dengan perkataan Ferdi.

“Hal kecil begitu saja sok-sokan mau lapor polisi. Lagian orang yang di video itu bukan aku, bisa saja dia hanya mirip denganku. Kamu jangan asal tuduh ya! Bisa saja saya laporkan kamu atas pencemaran nama baik jika kamu menuduh saya yang bukan-bukan!” Ancam Rey pada Ferdi.

Ferdi tersenyum amat manis. “Ngancam nih?” ledeknya.

“Saya hanya memberi tahu kamu konsekuensi jika kamu berurusan dengan saya. Jangan mentang-mentang kamu pacarnya Vivi yang merupakan saudara istri saya, jadi saya akan memaafkan kamu begitu saja.” Rey menatap tajam ke arah Ferdi.

“Gak kebalik nih?” Ferdi bertanya dengan nada mengejek. Raut wajahnya sangat santai dan tidak tegang sedikitpun. “Kamu bisa cari tahu siapa saya di g****e, tinggal ketik nama saya aja. Ferdinand Alexander. Selamat bertemu di pengadilan!”

Setelah mengatakan hal itu Ferdi pun pergi meninggalkan kediaman orangtua Lulu, membuat Rey mematung di tempatnya sejenak. Kemudian Rey masuk ke dalam rumah dan segera mencari handphone-nya, dia mengetikkan nama lengkap Ferdi di kolom pencarian.

Mata Rey membulat sempurna. Ada banyak artikel yang memuat tentang Ferdi di sana. Rey membuka artikel tersebut satu per satu dan membacanya secara random. Isinya sama semua. Ferdinand Alexander, salah satu orang jenius di Indonesia dengan IQ 195. Seorang pemuda blasteran, ayahnya adalah warga negara Amerika. Dia sudah lulus cum laude dari universitas terkemuka di luar negeri pada usia muda dan mendapatkan beberapa penghargaan.

“Kalau dia sudah lulus dari universitas luar negeri, kenapa dia malah kuliah lagi di Indonesia?” Rey menatap heran informasi di layar handphone-nya. “Ah, masa bodo. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana jika dia sungguhan melaporkanku ke polisi?”

Rey mengacak-acak rambutnya frustasi. Tiba-tiba sebuah tangan menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengacak-acak rambut.

“Kenapa rambutnya?” tanya Lulu yang kini sudah duduk di samping Rey.

Rey menarik napas panjang, melihat sekilas ke arah istrinya. “Kamu tahu keluarga Alexander?”

“Tentu.” Lulu berkata dengan mantap. Hal tersebut semakin membuat Rey ketar-ketir.

“Memangnya kenapa?” tanya Lulu lagi. “Ditanya kok malah balik nanya.”

“Kalau misalkan aku punya masalah dengan keluarga Alexander, lalu saling melaporkan ke kantor polisi. Kira-kira di pengadilan yang akan menang siapa?” Rey bertanya hati-hati.

Lulu sedikit terkejut mendengar pertanyaan Rey. Dia tampak berpikir serius.

“Ini misalkan aja loh.” Rey menegaskan, membuat Lulu menatap suaminya lekat.

“Sekalipun hanya misalkan, usahakan jangan buat masalah dengan keluarga itu. Mereka bukan orang sembarangan, sekalipun keluargaku kaya, tapi keluargaku masih jauh di bawah keluarga Alexander.” Lulu bicara serius, hal itu membuat Rey menelan salivanya berkali-kali.

“Tapi, itu kan hanya misalkan. Lagian emang kamu kenal sama anggota keluarga Alexander?” tanya Lulu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey dan Lulu Jadian

    Dua bulan berlalu setelah pertemuan kedua Rey dan Lulu di restoran Janji Hati. Mereka pun semakin dekat dan sering berbalas pesan via WA. Lulu juga dua minggu sekali mampir ke restoran Rey untuk sekadar makan dan berfoto di tempat yang masih viral di medsos itu.“Lulu.” Rey memanggil perempuan dengan rambut panjang tergerai yang duduk di hadapannya. “Iya,” sahut Lulu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone di genggamannya.“Aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Rey sambil menatap lekat ke arah Lulu.Lulu yang kini sedang meminum jus pun sampai tersedak mendengar penuturan Rey.“Kamu nembak aku? Serius?” tanya Lulu.Rey mengangguk mantap. “Mau nggak?” Sebenarnya Lulu sudah mulai menyukai Rey, meskipun dulu dia tidak ada rasa sama sekali pada lelaki di hadapannya itu. Namun semakin berjalannya waktu, Lulu merasa nyaman dan senang dengan p

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Kedua

    “Kamu mau pesan apa, Jes?” Tanya Diana pada Jessica yang duduk di sampingnya.“Hmm … pesen apaan ya? Menunya pada so sweet gini sih? Nasi goreng cinta, jus kasih sayang, terus …. Apalagi ini? Cappucino rindu, kopi mantan.” Jessica tertawa setelah membaca menu makanan yang tertera pada kertas di atas meja. “Kayaknya yang punya restoran ini bucin banget orangnya. Tapi kreatif sih, ditambah lagi interior dan hiasan restoran yang bikin restoran ini bagus sampe viral gitu di Instagram.”“Dia malah komenin restorannya. Ayo buruan pesen ah, udah laper nih. Eh, BTW, kamu yang traktir ya, Lu?” Diana berkata sambil melirik ke arah Lulu.“Tenang. Aku yang traktir. Gratis kita makannya di sini karena kebetulan aku juga tahu pemilik restorannya.” Lulu menjawab sambil tersenyum. “Ah, serius Lu? Sejak kapan kamu punya kenalan wirausahawan kayak dia? Sampe punya restoran yang viral pula.” Jessica bertanya sambil menyenggol lengan Lulu yang duduk tak jauh d

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Pertama Rey dan Lulu

    Siang itu matahari sedang semangat menyinari bumi, pukul sepuluh pun rasanya seperti sudah tengah hari.Saat itu, Rey sedang mengantarkan pesanan sebuah perusahaan yang tak jauh dari restoran miliknya, dia sengaja mengantarkannya sendiri dibantu oleh seorang karyawan pria saja. Selain karena restoran kecil yang Rey bangun belum memiliki banyak karyawan, Rey juga ingin melihat perusahaan besar yang sudah menjadi idamannya sejak dulu. Dia pernah punya mimpi untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, namun mimpi itu pupus karena dia hanya tamatan SMA. "Ayo cepat. Bawakan makanan di bagasi ke dalam," ujar Rey pada seorang karyawan yang diajaknya, Zul."Siap, Pak." Zul dengan sigap memindahkan kotak-kotak makanan yang telah dipesan oleh perusahaan tersebut dari bagasi mobil ke depan meja resepsionis perusahaan.Rey pun membantu karyawannya itu karena pesanan yang mereka bawa cukup banyak. Tidak kurang dari seratus kotak makanan. Saat sedang mondar

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pengakuan Rey

    “Ferdi….” Rey berteriak memanggil Ferdi seraya menghampirinya.Ferdi menoleh, alisnya terangkat, dia memandangi lelaki berbaju necis itu melangkah ke arahnya. Rey terdiam ketika sudah berada tepat di hadapan Ferdi. Dia canggung. Untuk sejenak Rey mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf.“Udah pulang kuliah?” Tanya Rey sok akrab. Dia mencoba berbasa-basi untuk mengurangi rasa groginya.“Udah.” Ferdi menjawab singkat sambil terus memandangi Rey penuh tanya.“Ada yang mau saya omongin sama kamu,” ucap Rey. “Buat masalah kemarin, saya minta maaf.”Ferdi tertawa mendengar perkataan Rey. Pada akhirnya lelaki sombong yang sempat tak mengakui kejahatannya itu malah menemuinya untuk meminta maaf. Sungguh lucu bukan? Kemana lelaki yang kemarin justru malah mengancam untuk melaporkannya balik ke polisi atas pencemaran nama baik? “Jadi ngaku nih kalau kamu pelakunya?” Ferdi bertanya memas

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey Menemui Vivi

    “Ti-tidak.” Rey menjawab dengan terbata. Dia berusaha sekuat tenaga menutupi rasa bingung dan takutnya jika Ferdi benar-benar melaporkannya ke polisi.Lulu memicingkan mata, menatap heran ke arah suaminya.“A-aku ada perlu sebentar, mau ke kafeku,” ujar Rey mencari alasan untuk segera ke luar rumah, menghindari kemungkinan Lulu akan bertanya lebih jauh. Dia buru-buru menyambar kunci mobil di atas nakas, mengecup kening Lulu sekilas, lalu segera pergi.Rey memutar otaknya di sepanjang perjalanan yang entah dimana tempat yang dituju, dia berusaha mencari cara agar Ferdi tidak melaporkan perbuatannya ke polisi.“Aku gak mau dipenjara,” ujar Rey sambil memukul stir mobil. Suara klakson terdengar panjang. Rey membuang napas kasar, mengatur emosinya agar bisa berpikir jernih.“Vivi ….” Rey menjentikkan jari setelah mendapatkan sebuah ide. Dia segera melajukan mobilnya ke Universitas Nugraha, tempat dimana Vivi mengajar.

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ferdi VS Rey

    Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status FB Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun FB Vivi agar tidak ketahuan Lulu.“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status