Beranda / Urban / Pesona sang Biduan / Kericuhan di Panggung

Share

Kericuhan di Panggung

Penulis: alfatihsronan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-23 21:25:04

"Tiara dua hari lagi kita ada panggilan manggung diluar kota ya, siapkan perlengkapan kamu kita mungkin akan menginap semalam disana, dua hari lagi aku kabari kembali," ucap Erwin pada Tiara melalui telepon.

"Iya bang tapi saya harus ijin dulu ke Ibu saya."

"Ibumu pasti mengijinkan kamu, honornya besar Loh."

"Orang ini kepedean banget!" Gumam Tiara dalam hati.

Sebenarnya hati Tiara tengah bimbang, apakah ia harus menolak tawaran manggung itu atau kah ikut saja, ibunya pasti tidak memberinya ijin, apalagi ia tahu kalau itu di luar kota.

Di selimuti kebimbangan Tiara ingin mengabari Dewi perihal job manggung itu, bagaimanapun juga jika Dewi yang sudah dikenalnya ikut dalam job itu ia bisa sedikit lega.

"Selamat pagi mba,  mba Dewi ikut 'kan job manggung di luar kota itu?"

"Selamat pagi Tiara."

"Saya belum dapat kabar dari Erwin soal job itu, 'kok aku 'gak tahu ya?"

"Iya Mba katanya sih dua hari lagi, ok ya mba aku mau kasih tahu itu saja ke mba." Tiara menutup panggilan teleponnya.

Malam itu Tiara menyampaikan ke Ibunya bahwa panggilan manggung kali ini ada diluar kota, itu artinya ia harus menginap semalam disana.

Mulanya Ibunya tidak mengijinkan Tiara, tapi karena desakan Tiara dan usahanya meyakinkan Ibunya membuat Wanita paruh baya itu akhirnya luluh.

Hari yang telah di jadwalkan tiba, Tiara menyiapkan perlengkapannya untuk satu hari di sana, merasa semua sudah ia siapkan dan tak ada yang terlupa Tiara pamit kepada ibunya.

"Tiara pergi dulu ya Bu!"

"Iya hati-hati kamu disana, jaga diri baik-baik Nak!"

Tiara berangkat keluar kota, sebuah kota kecil yang mencapainya memakan waktu kira-kira dua jam perjalanan.

Didalam kendaraan yang membawanya juga terdapat  lima orang biduan lainnya yang samasekali belum ada yang dikenalnya, "Rupanya mba Dewi tidak ikut ke luar kota," Gumam Tiara sedikit kecewa.

Dari dalam mobil aroma wangi parfum para bidadari panggung begitu membangkitkan gairah bagi siapa saja yang menciumnya, wajah-wajah dan pesonanya mampu menghipnotis setiap mata yang memandang.

Mobil itu terus melaju menebar keharuman di setiap jalan yang di laluinya.

Tepat jam lima sore rombongan Tiara dan yang lainnya tiba di sebuah rumah yang mewah, disana sudah berdiri kokoh panggung untuk mereka bernyanyi nanti.

Pesta yang sangat meriah sepertinya si tuan rumah adalah orang kaya di kota kecil itu.

Tak beberapa lama Tiara dan teman biduannya yang lain sudah bersiap-siap disisi panggung menjalankan tugasnya untuk memberikan hiburan kepada penonton yang sudah tumpah-ruah mengisi seluruh tempat didepan panggung hingga sesak ke sisi-sisi panggung.

Tiara menyibakkan rambut lurusnya biduan yang cantik itu terlihat fresh, bibirnya yang merona membuat dia terlihat menggairahkan memberikan kesan seksi.

Pakaian minim yang dia kenakan membuat bagian perutnya sedikit terbuka penampilannya semakin mempesona dengan mengenakan atasan seksi dan terbuka di bagian punggung. 

Malam tak terasa semakin larut semakin meriah sampai penampilan puncak.

Tiara mendapat banyak penggemar yang menyukainya malam itu, dan beberapa penonton sudah terlihat tidak waras karena dicekoki minuman keras.

Tiara naik ke panggung dan mulai melakukan tugasnya, rasanya tidak sabar ia ingin menyudahinya dan beristirahat dentuman suara musik memecah malam, kerlip cahaya lampu panggung mengalahkan taburan bintang malam itu.

Beberapa pria naik ke atas panggung memberikan sawer kepada Tiara, silih berganti entah beberapa dari mereka seperti sudah kelihatan sangat mabuk minuman.

Suasana panggung semakin panas tidak terkendali ketika seseorang pria yang menyawer Tiara mengelus pahanya yang putih, Tiara dengan refleks menghindarinya dan sedikit demi sedikit bergeser menjauhinya.

Namun itu hanya membuat pria itu semakin beringas kearahnya dan ingin melakukan hal yang tak senonoh kepada Tiara.

Mata mesumnya memelototi sekujur tubuh molek Tiara yang beberapa bagiannya memang sedikit terbuka, sedang beberapa warga naik ke atas panggung untuk mengamankan Tiara yang sudah terlihat ketakutan.

Barusaja pria itu akan mencengkramkan tangannya ke bukit kembar Tiara, sebuah sepakan tepat mengenai selangkangan pria itu ia merintih kesakitan, Tiara menendangnya.

Suasana diatas panggung ricuh tak terkendali Tiara yang sudah terisak di bawa beberapa warga ketempat yang aman.

"Mba tenang saja, mba aman sekarang!" Kata seorang pemuka warga menenangkan Tiara.

Sungguh malam itu tidak mudah dilupakannya dan itu adalah hal yang baru dirasakan oleh Tiara sebagai biduan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Damita palullungan
hahaaa manyunn liat bukit kembar......
goodnovel comment avatar
neyskhaathr
emang sih aku liat kebanyakan yg nonton itu mabok dan cuma cari sensasi sama biduan sexi gituu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pesona sang Biduan   Bujuk rayu tuan Gilbert

    Sebuah hubungan cinta harus berjalan bersama, jika di dalamnya ada tujuan yang berbeda maka ia harus saling memahami dan tebuka, bukan saling menutupi dan saling menyalahkan. Begitu pula yang harus dlakukan oleh Tiara dan Erick, ada sesuatu hal yang tidak berjalan semestinya diantara mereka, membuat hubungannya yang baru saja seumur jagung seakan terombang ambing tak tentu arah. "Memiliki hubungan itu ribet ya," ucap Tiara. "Ribet seperti apa maksud kamu, gak juga kok kalau kamu dan Erick saling memahami, dan mau saling terbuka," sahut Frida. "Aku?, ... Apa yang aku tutupi darinya Frid?, apa aku saja yang harus memahaminya sementara dia?" sahut Tiara. Frida terdiam mendengar Tiara mulai tersulut emosi, ia biasanya akan menenangkan jika sahabatnya itu mulai meninggikan nada suaranya. Mobil mereka melaju membelah jalan kota, suasana sudah mulai tampak lengang, tak banyak lagi kendaraan yang berseliweran seperti biasanya di jam-jam itu. Sementara Erick dan Maria serta teman-temann

  • Pesona sang Biduan   Apakah ini cinta yang salah?

    Tiara dan Frida urung menjalankan rencananya melihat Erick yang tengah duduk bersantai dengan Maria di sebuah meja tepat di depan panggung. "Jadi mau gimana lagi, kita harus menjalankan rencana lainnya, ayo silahkan mba Tiara," kata Frida seraya menunjuk ke arah panggung. Tanpa melihat sedikitpun ke arah mereka Tiara langsung menggebrak panggung. Erick terhenyak menyaksikan Tiara, ia tak menyangka sedikitpun jika kekasihnya itu yang menjadi biduan di live musik cafe malam itu. "Pantas saja Tiara gak mau aku ajak, dia ternyata nyanyi di sini." Erick bergumam. Ia tak dapat menyembunyikan rasa heran di depan Maria, "Erick kamu kok terlihat heran seperti itu, kamu kaget kalau Tiara itu nyanyi di sini?" "Gak, ... Aku cuma kaget saja tiba-tiba bertemu dia di sini," sanggah Erick sedikit ingin menutupi dari Maria, tak terjadi apa-apa di antara Tiara dan dirinya. "Daripada harus membicarakan dia, kita bernostalgia saja dengan kenangan kita, bagaimana?" Rayu Maria. "Nostalgia yang sep

  • Pesona sang Biduan   Tiara panik mengetahui Erick akan datang

    Malam hari tiba, terlihat cerah secerah hati Tiara yang sudah kasak kusuk mempersiapkan diri sembari menunggu dijemput Frida. Bu Ratri hanya nampak tersenyum melihat anak gadisnya terlihat sibuk di depan cermin tak hentinya menatap wajahnya melihat riasan yang dipakainya. Tak lama kemudian Frida datang menemui Tiara di kamarnya yang tengah sibuk itu. "Udah beres kan dandannya?" tanya Frida. "Gimana menurut kamu udah bagus kan?" "Iya gitu aja gak usah lama, ingat tempatnya di puncak loh!" kata Frida. "Yuk kita berangkat sekaramg!" Tiara dan Frida berangkat bersama menuju cafe M&M tempat Tiara akan menyanyi dan untuk pertama kalinya di cafe ini. "Kamu santai aja dong, kok seperti pertama nyanyi saja kamu," kata Frida melihat Tiara terlihat sedikit gugup. "Iya nih, gak tahu aku kok sedikit gugup ya, apa karna lama gak nyanyi ya?" "Kamu sih, aku ajak nyanyi ke acara kampusku kamu tolak, makanya sekarang jadi grogi kelamaan gak manggung." Mobil yang dikendarai Frida sudah melam

  • Pesona sang Biduan   Maria yang menyimpan cinta masa lalu

    "Tiara bagaimana jika pamanmu tidak terima dengan pengakuan kita padanya tentan rumah ini yang sudah dijual," "Terserah dia saja bu, kali ini aku tidak akan takut dengan ancamannya, kita sudah lama diperlakukan semena-mena olehnya, dia harus berpikir bahwa Tiara sudah berubah sekarang," jawab Tiara dengan semangat."Dan aku rasa mba Maria akan sepenuhnya membantu dalam masalah ini, ibu jangan khawatir," kata Tiara kembali membuang segala ketakutan ibunya."Kamu angkat dulu telpon kamu," ucap Bu Ratri mendengar ponsel yang berdering.[Halo Tiara, maaf ya kalo aku ganggu kamu malam-malam takutnya kalau nunggu besok aku bisa lupa] kata Maria.[Ada apa ya mba?][Besok kamu bisa mulai nyanyi di cafe hari ini semua persiapan panggung sudah siap][Ok mba aku akan mulai besok] kata Tiara begitu senang mendengar kabar dari Maria."Ibu mulai besok aku bisa kerja di cafe mba Maria, aku senang banget loh bu," "Ibu juga senang mendengarnya nak, semoga saja kamu betah di sana, apa Frida sudah tah

  • Pesona sang Biduan   Pesan singkat dari Erick

    Tiara masih menatap tajam pria paruh baya yang ada di hadapannya, seorang kakak dari ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tapi memiliki hati begitu tega perlakuannya terhadap Tiara dan ibunya."Ayo duduk jangan berdiri seperti itu di hadapanku, semakin memperjelas bahwa kau tak pernah di ajari sopan santun dari orang tuamu," kata Novo yang begitu menyakitkan.Tiara masih saja terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapannya yang semakin tajam ke arah Novo, sorot matanya berapi-api.Tidak seperti Bu Ratri yang masih terlihat tenang menghadapi keadaan ini, ia memberi isyarat agar Tiara menurutinya untuk duduk di sampingnya.Dengan wajah kaku Tiara menurutinya dan mulai angkat bicara, "Paman Novo, aku menganggap paman sebagai seorang pengganti dari ayahku namun aku ternyata salah," kata Tiara."Seorang ayah tidak pernah membuat anaknya jatuh ke dalam kondisi yang begitu sulit seperti ini, paman sungguh tega mengusir kami dari rumah yang ayah bangun dari

  • Pesona sang Biduan   Mulut manis paman Novo

    Setelah melakukan rembuk bersama, Tiara dan Frida beranjak meninggalkan cafe menuju kantor polisi untuk menemui Maria yang sedang menjadi saksi sebuah kasus. Sampai di sana Tiara dan Frida oleh petugas tidak di perbolehkan menemui Maria, karna sesuatu hal. "Mba Maria sedang jadi saksi atas kasus apa pak!?" tanya Frida kepada salah seorang petugas. "Maria menjadi saksi atas kepemilikan barang terlarang, jadi untuk sementara beliau belum bisa menemui siapapun." Tiara dan Frida tersentak mendengar apa yang diucapkan petugas itu, terlebih Tiara yang sepertinya harus mengurungkan niatnya untuk minta tolong padanya. "Kamu kan lebih mengenal dekat mba Maria bahkan pernah di ajak ke apartemennya, dia itu orangnya seperti apa sih, kok bisa jadi saksi segala?" tanya Frida pada Tiara. "Waktu di ajak kemarin sih hanya pesta kecil saja, dan ada beberapa teman bisnisnya di sana yang pesta mabuk malam itu," jelas Tiara. "Tuh kan, mungkin teman-teman bisnisnya itu yang jadi pemilik barang terl

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status