kating : kakak tingkat
Pagi ini Renata cs kembali membahas masalah Seno, walaupun mereka telah bangun namun ketiganya masih setia rebahan di kasur, belum ada satupun yang keluar kamar.“Non... Non Rena, bangun non, sarapanya sudah siap”Seperti biasa Mba Iyus selalu membangunkan Renata untuk sarapan.“Iya mba, ini sudah bangun kok dari tadi” sebelum Renata sempat membuka mulutnya, Yoke terlebih dahulu menjawab dengan tereakanya yang membahana, Mba Iyus yang berdiri di depan pintu sampai harus menutup kedua telinganya.Hari ini sesuai janjinya pada Seno, Renata bertekad akan berusaha mencari informasi mengenai Seno ataupun orang-orang yang terlibat kejadian di hari Seno ditemukan tewas. Renata tak banyak bicara saat mereka menyantap sarapan yang disediakan Mba Iyus, hanya sesekali Nadia terdengan berbicara seputar gosip kampus, Yoke pun terlihat enggan mengeluarkan suaranya, dia hanya makan sambil tanganya sibuk memainkan ponsel.“Ke, kamu serius amat ngeliatin hp, lagi chatingan sama siapa?”“Ah.. lo kepo b
“Maksud Kak Dylan? Aku ga ngerti deh, bukanya kalian bersahabat ya?”“Kami berempat memang dekat dari jaman sekolah dulu, tapi Seno selalu menganggapku adalah sainganya”“Berempat?” Renata pura-pura tidak mengerti siapa yang Dylan maksud dengan berempat.“Jaman sekolah dulu kami bersahabat, ada empat orang, aku, Seno, Wendi dan Yasmine”“Yasmine?”Wajah Dylan terlihat murung saat Renata menanyakan hal tentang Yasmine.“Maaf kak, kalau pertanyaanku susah untuk dijawab, ga usah di jawab aja”Dylan menarik napas panjang, dan menggelengkan kepala.“Tidak apa-apa Re, hanya saja... ada hal yang mungkin kau tidak akan mengerti jika kuceritakan”Renata langsung antusias mendengarnya. “Coba aja dulu cerita kak, kali aja ternyata aku mengerti”Dylan tertawa melihat sikap Renata yang dianggapnya seperti anak kecil yang sedang membujuknya untuk memberikan mainan baru.“Aku juga ga ngerti, setelah masuk kuliah sikap Seno sedikit berubah, dia seperti bersaing denganku, entah... aku sendiri tidak t
Seno menatap tanganya sendiri, terdapat tanda di dekat pangkal jari kelingkingnya, tidak terlalu besar dengan bentuk acak berwarna coklat gelap. Seno tampak sedang memikirkan sesuatu, dia mengerutkan keningnya dalam.“Seno? Kamu lagi mikirin apa?”Bukanya menjawab pertanyaan Renata, Seno malah terlihat asik dengan pikiranya sendiri, hingga perlahan Renata melihat tubuh Seno menjadi samar dan menghilang sama sekali.***Pagi ini Renata sudah kembali pada aktivitas kuliahnya, karena Mang Arija ijin cuti untuk pernikahan anaknya di kampung, jadilah Renata menyetir mobil sendiri ke kampusnya. Dalam perjalanan Renata menerima pesan singkat dari Dylan.[“Renata, jangan lupa sore ini kita bertemu lagi di cafe kemarin, dan aku belum menerima kiriman foto kita”]Renata menghembuskan napasnya kasar dan mengusap wajahnya. “Bagaimana cara aku mengirimkan fotonya? Disana bukan hanya ada kami berdua, tapi ada satu sosok yang menyerupai Seno ikutan berfoto”Hingga sampai di kampus Renata masih tidak
Renata tidak mengatakan apapun lagi, dia berniat akan mencari tau sendiri apa yang disembunyikan Dylan ataupun Wendi. Setelah sarapan mereka berpisah untuk masuk ke kelas masing-masing. Pikiran Renata tak bisa fokus ke materi pelajaran yang disampaikan oleh dosen, dia tenggelam dalam lamunanya sendiri. Hingga salah seorang teman yang duduk di sebelah Renata mencoleknya. “Hei... kamu di panggil tuh sama Pak Damar” Renata gelagapan karena dia tidak mendengar dosen memanggil namanya. “Iy..iya pa?” “Kamu kalau di kelas selalu melamun? Bagaimana kamu bisa lulus kelas saya kalau kamu tak pernah menyimak materi yang saya berikan?” “Maaf pa.. saya tidak akan mengulangi lagi” Beruntung bagi Renata dosen tersebut tidak mempermasalahkan ataupun mengeluarkan Renata dari kelasnya, dia hanya menyuruh Renata menemuinya di ruang dosen setelah perkuliahan selesai. *** Setelah jam kuliah selesai Renata hendak pergi ke ruangan Damar, karena langkahnya terburu-buru tanpa sengaja Renata menabrak s
Tepat pukul tujuh malam Dylan kembali datang ke rumah Renata, dia datang menepati janjinya untuk menjemput Renata, Dylan sedikit terkejut karena melihat ada 3 orang gadis yang sedang menunggunya, dan begitu ketiganya melihat kedatangan Dylan, mereka kompak memberikan senyuman manis padanya.“Nah Kak Dylan sudah datang, ayo kita berangkat kak, biar ga kemaleman,” ucap Nadia“Iya kak, kita semua sudah siap dari tadi” disusul ucapan Yoke yang menegaskan bahwa kali ini Dylan tak akan bisa menikmati malam berdua saja dengan Renata.Sepulang kuliah tadi memang Renata sengaja mengajak kedua sahabatnya untuk ikut bersamanya menemui Dylan di cafe tempat kemarin. Renata juga sempat mengatakan rencana tersebut pada Seno sebelum dia meninggalkan lorong dimana Seno berada.Mereka berempat sudah berada dalam mobil Dylan. Renata dudu disebelah Dylan yang menyetir.“Kak Dylan, besok ada latihan basket lagi ga? Atau panjat dinding?” tiba-tiba saja Renata tergelitik niatan ingin tau apakah Dylan akan b
“Hei... kalian udah pada pesen makanan?,” tanya Dylan memecah kebisuan diantara mereka, dia sudah selesai berbasa basi dengan sang manager cafe, karyawan dari temannya yang pemilik cafe tersebut.“Aku mau pesan makanan best seller di cafe ini kak, boleh kan? kalau lo pesan apa Nad?”“Aku samain aja sama pesanan kamu Ke, atau samain sama pesanan Renata, apapun pasti kumakan”“Kalau aku mau makan yang kemarin Kak Dylan pesankan untukku”“Ok..ok, biar aku pilihkan untuk kalian semua ya? Lo mau pesen apa Wen?”Dylan sekilas menatap Wendi, dan kembali menunduk melihat buku menu ditanganya.“Gue nanti pesen sendiri aja,” jawab Wendi.Mereka pun sudah asik berbincang santai sambil menunggu makanan yang dipesan Dylan untuk mereka semua datang. Yoke dan Nadia kemudian berdiri dan mulai berfoto ria. Dylan yang melihat itu mulai bergabung bersama mereka untuk menunjukan dimana titik pengambilan foto yang keren. Kini hanya tinggal Renata dan Wendi yang masuh setia duduk dan memperhatikan mereka
Renata dan Seno masuk ke dalam ruang UKM, seperti biasa, Renata tak menemukan kejanggalan apapun disana. Semua barang masih tersimpan rapi di tempatnya, sampai dia membolak balikan beberapa barang pun Renata tak menemukan hal yang bisa dicurigai.“Kamu sebenarnya cari apa sih?”“Cari sesuatu yang mungkin bisa kujadikan petunjuk”“Petunjuk untuk apa?”“Aduh Seno, kamu cerewet banget sih, udah jelas-jelas aku lagi berusaha bantuin kamu, biar kamu tenang ga gentayangan lagi”Baru saja Renata membalikan tubuhnya hendak meninggalkan ruangan tersebut, saat pintu kembali di buka dari luar.“Renata? Kamu ngapain di dalam sini? Sendirian lagi”“Kak Dylan, tolong jangan mendekat kesini kak, bahaya” Renata langsung bersikap waspada.“Kenapa? Bahaya apa? kamu baik-baik aja kan?.” Dylan berjalan mendekati Renata tanganya terangkat hendak memegang dahi Renata.“Stop kak... berhenti disitu, aku takut sebentar lagi ada yang ngamuk, ini aku lagi tenangin dia biar ga ngamuk ngeliat Kak Dylan”“Maksud k
Renata menoleh ke tempat dimana Damar dan Shinta duduk, mereka memilih tempat duduk di sudut ruangan jauh dari tempat Renata cs.“Kita balikin jangan amplop ini?” Renata menatap ragu pada amplop ditanganya.“Saranku mending balikin aja, kasian nanti dia nyariin”“Kalo menurut gue sih jangan dulu Re, lo ga liat itu wajah mereka berdua serius banget, kaya orang tegang gitu, nanti salah-salah lo kena semprot Re”Renata mengalihkan pandanganya dari amplop ke wajah Yoke dan Nadia. Akhirnya dia memutuskan untuk mengembalikan amplop itu nanti, dan dia akan mengembalikanya secara pribadi ke Shinta.***Malam ini Renata menunggu kedarangan Dylan, dia sudah memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Dylan, dan meminta bantuanya untuk mengungkap kasus pembunuhan Seno. Renata mematut dirinya di depan cermin.“Jangan dandan terlalu cantik, nanti Dylan malah ga fokus sama tujuanya”Renata menoleh dan mendapati Seno sedang bergelantungan di atap kamarnya, dia sudah tidak terlalu kaget lagi akan kem