Share

7. Anak Sialan

‘’Apa yang kamu rasakan sekarang, Nak?’’

Valerie diburu pertanyaan Mahendra begitu siuman. Ada Vira juga di sana.

Kepala terasa sakit. Valerie juga merasa seperti kehilangan tenaga. Tapi yang dikatakan Valerie selanjutnya jauh berbeda dengan kenyataannya. ‘’Valerie gak apa-apa kok, Pah.’’

‘’Apanya yang gak apa-apa. Kamu pingsan. Sekarang kita ke rumah sakit,’’ tukas Mahendra lagi.

Telapak tangan Valerie dingin. Ia telah menyukai dunia medis sejak kecil. Jadi sedikit banyak ia paham akan kondisi tubuhnya saat ini. Ada ketakutan yang membayangi Valerie jika ia berkeras menuruti permintaan Mahendra.

‘’Tadi cuma kaget lihat darah, Pah. Valerie beneran gak apa-apa,’’ ucap Valerie lirih. Hatinya diterpa kesedihan.

‘’Kalau begitu biar dokter yang kemari. Cepat telepon—’’

‘’Mama,’’ Valerie memotong. Wajahnya memelas. Meminta untuk dituruti perkataannya.

‘’Tolong, Mah, Pah. Valerie hanya perlu istirahat.’’ Tetes air mata jatuh membasahi pipi. Kepala Valerie yang panas merasakan belaian hangat dari tangan Mahendra yang membelainya penuh kasih.

‘’Kamu tidak pernah pingsan. Kamu tidak takut dengan darah. Wajar bila mama sama papa begitu mengkhawatirkanmu, Val. Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.’’ Tangan Mahendra turun ke pipi Valerie. Mengusap air mata yang jatuh.

Namun, hal itu semakin membuat tangis Valerie meledak. Ia beringsut memeluk Mahendra. Melepaskan rasa takut dan sesak yang menghantui tatkala Mahendra berkata bahwa ia tidak pernah seperti ini.

Apa dia gadis bodoh? Bagaimana bisa ia masih saja bungkam setelah merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya? Terutama pada perutnya.

Tapi tidak ada pilihan lain bagi Valerie. Ia tidak ingin rumah tangga Vania yang masih seumur jagung luluh lantak.

Seorang gadis yang baru lulus SMA sepertinya bisa apa? Mau meminta pembelaan juga lari kemana?

Valerie termenung di dalam kamar mandi. Pikirannya berkelana pada kejadian beberapa bulan silam.

‘’Mama di luar ada apa? Kok ramai sekali ibu-ibu komplek di luar rumah.’’

Valerie melihat ke luar jendela di mana Vira sedang diam-diam mengintip. Ada polisi bahkan RT beserta warga ramai-ramai menyambangi rumah megah yang berada di ujung jalan.

‘’Kamu tahu Bu Dinar? Dia sedang pergi ke luar kota sama anak-anaknya. Di rumah hanya ada suaminya sendiri.’’ Vira tak berbicara tuntas tatkala melihat orang yang dipanggil Bu Dinar turun dari mobil.

‘’Lalu, Ma?’’

Mata Vira membesar saat Bu Dinar menjambak seorang wanita lalu menyeretnya masuk ke dalam mobil polisi. Warga menyoraki wanita dan suami Bu Dinar yang diangkut ke mobil yang sama.

‘’Rumahnya kemalingan atau bagaimana?’’

‘’Iya kemalingan.’’

‘’Masa sih, Ma? Apa yang hilang? Bukannya komplek kita jarang ada kasus pencurian?’’

Vira lantas menutup tirai jendela saat kerumunan itu berangsur-angsur bubar.

‘’Suaminya Bu Dinar dimaling wanita murahan.’’ Vira menjawab sambil terkekeh.

Valerie mendesis. ‘’’Valerie serius tahu, Ma.’’

‘’Suaminya diam-diam menyimpan selingkuhannya di rumah saat Bu Dinar gak di rumah. Tapi ketahuan sama warga. Terus lapor ke Pak RT dan juga Bu Dinar. Ya bisa dibilang digerebek.’’

‘’Astaga. Pak Banu kan suaminya? Valerie lihat dia itu family man loh.’’

Vira menggandeng lengan Valerie. Berjalan ke ruang tamu layaknya anak dan ibu yang ingin bergosip. Duduk berdua menikmati teh hangat dan cemilan ringan.

‘’Jangan tertipu dengan luarnya, Val. Kamu tahu gak siapa yang jadi selingkuhan suaminya?’’

Valerie mengedik tak tahu.

‘’Adik iparnya.’’ Disertai mata melotot dan juga kekagetan yang menjadi satu.

Pandangan Valerie mengabur karena timbunan air mata. Menatap pantulan dirinya di cermin. Jarinya saling meremas tatkala menyadari bahwa kejadian itu ternyata dialami olehnya sendiri.

Tidak sampai digerebek ataupun terang-terangan berselingkuh. Semua yang dialami Valerie tidak sefrontal itu. Tapi lebih rumit karena tidak ada satu orangpun yang tahu akan apa yang terjadi antara ia dan Leo.

Valerie tertunduk dan terlihat bingung. Sesuatu di kepalan tangannya seakan membuat Valerie kehilangan suara.

Bagaimana ia menjelaskan pada keluarga? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana ia akan menghadapi Vania? Apa yang harus ia perbuat sekarang?

Kepala Valerie berdenyut-denyut. Garis dua pada testpack seakan menjadi penentu akan kehidupannya besok. Tapi ia masih belum bisa menerima hasil dari alat tes kehamilan tersebut. Karena itu Valerie diam-diam pergi ke rumah sakit.

‘’Hasilnya positif. Usia kandungan kamu sudah jalan dua minggu.’’

Penjelasan dokter di depan Valerie membuatnya tertegun lama. Yang dikhawatirkannya sejak siuman menjadi kenyataan. Ia hamil.

Sungguh tak terbayangkan olehnya bagaimana ia yang masih berusia tujuh belas tahun sedang berbadan dua. Dan itu adalah darah daging orang yang menjadi kakak iparnya.

‘’Apa alat itu tidak salah, Dok?’’

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan usg karena keraguan Valerie. ‘’Kamu lihat gumpalan itu? Itu janinnya.’’ Sambil menunjuk layar. Tapi Valerie masih saja sulit menerima akan hal tersebut.

Di tengah guyuran hujan, Valerie kembali menangis sejadi-jadinya. Ia sengaja berjalan kaki untuk sampai ke rumah. Meratapi petir, angin dan badai kehidupan yang sedang menghantamnya.

Apapun penjelasan yang akan ia utarakan, pasti tak akan ada satu orang pun yang percaya padanya.

Valerie sering mendengar bahwa ia digosipkan menjadi simpanan pria hidung belang dan berprofesi menjadi kupu-kupu malam. Vania salah mengira karena ia pikir itu adalah Valerie Mahendra.

Padahal itu adalah Valerie lain yang merupakan teman kampusnya.

Vania yang memang menanamkan kebencian pada Valerie sejak kecil tentu tak berniat mencari tahu. Ia menikmati orang-orang menjelek-jelekkan adiknya sementara dirinya disanjung-sanjung layaknya gadis suci. Padahal Valerie tahu tentang Leo yang kerap kali membawa Vania ke hotel tiap kali mereka bertemu.

Sesampainya di rumah, Valerie dikejutkan dengan semua orang yang sudah berada di dalam kamarnya. Terkecuali Leo.

‘’Mama, Papa? Mbak Van? Kenapa ada di kamar Valerie?’’ tanyanya dengan kondisi pakaian basah kuyup.

Raut wajah Mahendra dan Vira seperti gunung berapi yang siap meletus. Merah dan terlihat sangat marah. Sedangkan Vania, hanya wanita itu yang mengukir senyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepala.

‘’Valerie!!!’’

Gadis itu sampai berjengit karena Vira yang tiba-tiba berteriak.

‘’Ini apa?’’

Vira melempar bungkusan testpack, lengkap dengan isinya di dalam. Valerie melirik tong sampah tempat ia membuang benda tersebut. Valerie yakin bahwa Vania lah yang mengambilnya dari sana karena hanya kakaknya lah yang akan berbuat seperti itu.

‘’Sama siapa kamu hamil?’’

Mahendra mendatangi Valerie dan menarik tangan gadis itu hingga ia tersungkur ke lantai.

‘’Papa,’’ Valerie merintih dengan air mata yang kembali berderai. Kaget sekaligus terpukul menerima perlakuan yang terbilang baru baginya.

‘’Anak sialan! Berani-beraninya kamu mencoreng nama keluarga,’’ ucap Mahendra berapi-api. Ia jongkok, menjabak rambut Valerie hingga wajah Valerie bersitatap dengan wajah Mahendra yang terlihat seperti anjing buas.

Vania tersenyum menyaksikan keadaan itu.

‘’Jawab! Siapa yang menghamili kamu?’’

GREYWIND

Hallo readers. Semoga suka dengan cerita Leo-Val. Kalian bisa tinggalkan komen mengenai chapter si anak sialan ini... Hujatan kalian sangat aku nanti hehe.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status