Share

7. Anak Sialan

Author: GREYWIND
last update Last Updated: 2023-10-02 12:31:23

‘’Apa yang kamu rasakan sekarang, Nak?’’

Valerie diburu pertanyaan Mahendra begitu siuman. Ada Vira juga di sana.

Kepala terasa sakit. Valerie juga merasa seperti kehilangan tenaga. Tapi yang dikatakan Valerie selanjutnya jauh berbeda dengan kenyataannya. ‘’Valerie gak apa-apa kok, Pah.’’

‘’Apanya yang gak apa-apa. Kamu pingsan. Sekarang kita ke rumah sakit,’’ tukas Mahendra lagi.

Telapak tangan Valerie dingin. Ia telah menyukai dunia medis sejak kecil. Jadi sedikit banyak ia paham akan kondisi tubuhnya saat ini. Ada ketakutan yang membayangi Valerie jika ia berkeras menuruti permintaan Mahendra.

‘’Tadi cuma kaget lihat darah, Pah. Valerie beneran gak apa-apa,’’ ucap Valerie lirih. Hatinya diterpa kesedihan.

‘’Kalau begitu biar dokter yang kemari. Cepat telepon—’’

‘’Mama,’’ Valerie memotong. Wajahnya memelas. Meminta untuk dituruti perkataannya.

‘’Tolong, Mah, Pah. Valerie hanya perlu istirahat.’’ Tetes air mata jatuh membasahi pipi. Kepala Valerie yang panas merasakan belaian hangat dari tangan Mahendra yang membelainya penuh kasih.

‘’Kamu tidak pernah pingsan. Kamu tidak takut dengan darah. Wajar bila mama sama papa begitu mengkhawatirkanmu, Val. Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.’’ Tangan Mahendra turun ke pipi Valerie. Mengusap air mata yang jatuh.

Namun, hal itu semakin membuat tangis Valerie meledak. Ia beringsut memeluk Mahendra. Melepaskan rasa takut dan sesak yang menghantui tatkala Mahendra berkata bahwa ia tidak pernah seperti ini.

Apa dia gadis bodoh? Bagaimana bisa ia masih saja bungkam setelah merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya? Terutama pada perutnya.

Tapi tidak ada pilihan lain bagi Valerie. Ia tidak ingin rumah tangga Vania yang masih seumur jagung luluh lantak.

Seorang gadis yang baru lulus SMA sepertinya bisa apa? Mau meminta pembelaan juga lari kemana?

Valerie termenung di dalam kamar mandi. Pikirannya berkelana pada kejadian beberapa bulan silam.

‘’Mama di luar ada apa? Kok ramai sekali ibu-ibu komplek di luar rumah.’’

Valerie melihat ke luar jendela di mana Vira sedang diam-diam mengintip. Ada polisi bahkan RT beserta warga ramai-ramai menyambangi rumah megah yang berada di ujung jalan.

‘’Kamu tahu Bu Dinar? Dia sedang pergi ke luar kota sama anak-anaknya. Di rumah hanya ada suaminya sendiri.’’ Vira tak berbicara tuntas tatkala melihat orang yang dipanggil Bu Dinar turun dari mobil.

‘’Lalu, Ma?’’

Mata Vira membesar saat Bu Dinar menjambak seorang wanita lalu menyeretnya masuk ke dalam mobil polisi. Warga menyoraki wanita dan suami Bu Dinar yang diangkut ke mobil yang sama.

‘’Rumahnya kemalingan atau bagaimana?’’

‘’Iya kemalingan.’’

‘’Masa sih, Ma? Apa yang hilang? Bukannya komplek kita jarang ada kasus pencurian?’’

Vira lantas menutup tirai jendela saat kerumunan itu berangsur-angsur bubar.

‘’Suaminya Bu Dinar dimaling wanita murahan.’’ Vira menjawab sambil terkekeh.

Valerie mendesis. ‘’’Valerie serius tahu, Ma.’’

‘’Suaminya diam-diam menyimpan selingkuhannya di rumah saat Bu Dinar gak di rumah. Tapi ketahuan sama warga. Terus lapor ke Pak RT dan juga Bu Dinar. Ya bisa dibilang digerebek.’’

‘’Astaga. Pak Banu kan suaminya? Valerie lihat dia itu family man loh.’’

Vira menggandeng lengan Valerie. Berjalan ke ruang tamu layaknya anak dan ibu yang ingin bergosip. Duduk berdua menikmati teh hangat dan cemilan ringan.

‘’Jangan tertipu dengan luarnya, Val. Kamu tahu gak siapa yang jadi selingkuhan suaminya?’’

Valerie mengedik tak tahu.

‘’Adik iparnya.’’ Disertai mata melotot dan juga kekagetan yang menjadi satu.

Pandangan Valerie mengabur karena timbunan air mata. Menatap pantulan dirinya di cermin. Jarinya saling meremas tatkala menyadari bahwa kejadian itu ternyata dialami olehnya sendiri.

Tidak sampai digerebek ataupun terang-terangan berselingkuh. Semua yang dialami Valerie tidak sefrontal itu. Tapi lebih rumit karena tidak ada satu orangpun yang tahu akan apa yang terjadi antara ia dan Leo.

Valerie tertunduk dan terlihat bingung. Sesuatu di kepalan tangannya seakan membuat Valerie kehilangan suara.

Bagaimana ia menjelaskan pada keluarga? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana ia akan menghadapi Vania? Apa yang harus ia perbuat sekarang?

Kepala Valerie berdenyut-denyut. Garis dua pada testpack seakan menjadi penentu akan kehidupannya besok. Tapi ia masih belum bisa menerima hasil dari alat tes kehamilan tersebut. Karena itu Valerie diam-diam pergi ke rumah sakit.

‘’Hasilnya positif. Usia kandungan kamu sudah jalan dua minggu.’’

Penjelasan dokter di depan Valerie membuatnya tertegun lama. Yang dikhawatirkannya sejak siuman menjadi kenyataan. Ia hamil.

Sungguh tak terbayangkan olehnya bagaimana ia yang masih berusia tujuh belas tahun sedang berbadan dua. Dan itu adalah darah daging orang yang menjadi kakak iparnya.

‘’Apa alat itu tidak salah, Dok?’’

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan usg karena keraguan Valerie. ‘’Kamu lihat gumpalan itu? Itu janinnya.’’ Sambil menunjuk layar. Tapi Valerie masih saja sulit menerima akan hal tersebut.

Di tengah guyuran hujan, Valerie kembali menangis sejadi-jadinya. Ia sengaja berjalan kaki untuk sampai ke rumah. Meratapi petir, angin dan badai kehidupan yang sedang menghantamnya.

Apapun penjelasan yang akan ia utarakan, pasti tak akan ada satu orang pun yang percaya padanya.

Valerie sering mendengar bahwa ia digosipkan menjadi simpanan pria hidung belang dan berprofesi menjadi kupu-kupu malam. Vania salah mengira karena ia pikir itu adalah Valerie Mahendra.

Padahal itu adalah Valerie lain yang merupakan teman kampusnya.

Vania yang memang menanamkan kebencian pada Valerie sejak kecil tentu tak berniat mencari tahu. Ia menikmati orang-orang menjelek-jelekkan adiknya sementara dirinya disanjung-sanjung layaknya gadis suci. Padahal Valerie tahu tentang Leo yang kerap kali membawa Vania ke hotel tiap kali mereka bertemu.

Sesampainya di rumah, Valerie dikejutkan dengan semua orang yang sudah berada di dalam kamarnya. Terkecuali Leo.

‘’Mama, Papa? Mbak Van? Kenapa ada di kamar Valerie?’’ tanyanya dengan kondisi pakaian basah kuyup.

Raut wajah Mahendra dan Vira seperti gunung berapi yang siap meletus. Merah dan terlihat sangat marah. Sedangkan Vania, hanya wanita itu yang mengukir senyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepala.

‘’Valerie!!!’’

Gadis itu sampai berjengit karena Vira yang tiba-tiba berteriak.

‘’Ini apa?’’

Vira melempar bungkusan testpack, lengkap dengan isinya di dalam. Valerie melirik tong sampah tempat ia membuang benda tersebut. Valerie yakin bahwa Vania lah yang mengambilnya dari sana karena hanya kakaknya lah yang akan berbuat seperti itu.

‘’Sama siapa kamu hamil?’’

Mahendra mendatangi Valerie dan menarik tangan gadis itu hingga ia tersungkur ke lantai.

‘’Papa,’’ Valerie merintih dengan air mata yang kembali berderai. Kaget sekaligus terpukul menerima perlakuan yang terbilang baru baginya.

‘’Anak sialan! Berani-beraninya kamu mencoreng nama keluarga,’’ ucap Mahendra berapi-api. Ia jongkok, menjabak rambut Valerie hingga wajah Valerie bersitatap dengan wajah Mahendra yang terlihat seperti anjing buas.

Vania tersenyum menyaksikan keadaan itu.

‘’Jawab! Siapa yang menghamili kamu?’’

GREYWIND

Hallo readers. Semoga suka dengan cerita Leo-Val. Kalian bisa tinggalkan komen mengenai chapter si anak sialan ini... Hujatan kalian sangat aku nanti hehe.

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   259. Cinta Sejati Tidak Ditemukan Dari Satu Wanita

    Selain itu, walau dulunya sering bertengkar, kini Rian sangat menyayangi Gia. Tidak ada lagi aksi nakal hingga Gia menangis.Rian sudah bisa menerima Gia.Bahkan memanggil Gia dan Alia dengan julukan si kembar kedua.‘’Nggak nyangka, ya, kita jadi kakak adik.’’ Rian tersenyum pada Gia, mungkin itu untuk pertama kalinya. Entahlah, mungkin sejak lama Rian sudah peduli dan sayang pada Gia tetapi terlalu malu menunjukkannya karena Gia bukan Alia. Alias sang adik.Tetapi kini sudah resmi. Sehingga Rian tidak menutup apapun lagi.‘’Iya. Semoga kamu jadi kakak yang baik seperti baiknya kamu ke Alia.’’ Gia pun membalas senyuman tersebut. ‘’Kalau mas nggak baik, kasih tau aku saja. Nanti aku laporin ke Papi Leo,’’ celetuk Alia walau mata dan tanganya sibuk menata boneka.Ketiganya tengah main bersama. Tak lama si kembar datang bersama orang tua mereka.‘’Rian, mana kedua mami sama papimu?’’ seru Delia.‘’Di kamar, Tante.’’‘’Ngapain?’’ Alin kini yang bertanya. Padahal mereka sekeluarga beren

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   258. Rumah Sakit Jiwa

    Beberapa hari setelahnya…Vania, Valerie dan Leo kompak menuju rumah sakit jiwa. Melihat Gavi tidak sendiri di dalam dunianya. Sandra dan Elsa menemani, satu ruangan berisi tiga orang.Elsa kehilangan bayinya saat di rumah sakit dan berakhir seperti Sandra yang terobsesi pada Gavi.Hingga kini pun Sandra memanggil nama Gavi.Elsa menyebut nama Rendi.Dan Gavi menyebut nama Vania.‘’Apa ada kemungkinan bisa sembuh?’’ tanya Vania pada perawat yang mendampingi.‘’Bisa. Tapi tidak bisa sembuh total. Hanya jika gejalanya diredakan, mereka akan kembali normal. Tetapi, kemungkinan kambuhnya juga akan sangat tinggi.’’Vania tidak menyangka jika kembalinya dirinya pada Leo adalah penyebabnya. ‘’Lebih baik jangan diredakan. Dia itu kriminal. Kalaupun disembuhkan untuk menjalani pemeriksaan biar bisa dikurung di penjara.’’ Leo masih memendam dendam yang belum terlampiaskan.‘’Dia sudah mendapat hukuman setimpal. Mungkin bukan penjara tempatnya dihukum, tapi di sini.’’ Valerie menepuk bahu Vani

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   257. Buah Dari Perbuatannya Sendiri

    ‘’Kamu biadab!’’Gavi ingin sekali melayangkan tamparan, tetapi…‘’Jangan bergerak!’’ Polisi berteriak tegas.Kenyataan itu membuat peluh bercucuran membasahi tubuhnya. Penyesalan menyeruak masuk, menusuk kalbu. Berawal dari cinta dan abadi menjadi benci.Baru terasa bila memilih Sandra adalah kesalahan terbesar seumur hidup. Dan dirinya menyia-nyiakan Vania. Yang tidak sadar makin tidak ada orangnya makin Gavi jatuh cinta.Pipinya basah meneteskan air mata penyesalan.Mengapa semua diketahui ketika sudah terlambat?Apakah tidak ada lagi kesempatan kedua untuknya dan Vania bahagia dengan anak mereka?Gavi hanya ingin lepas. Bebas dari sini dan menjemput Vania dengan mulut terucap meminta maaf dan kedua tangan menangkup memohon ampun.Seorang suami pun hanya manusia biasa tidak ada yang sempurna.‘’Aku harus bertemu Vania.’’ Itulah yang terucap dari bibir Gavi.‘’Tidak akan ku biarkan kau mendekati adik iparku lagi.’’ Rendi mendesis sinis.Adik ipar?Tetapi sayangnya belum resmi. Gavi

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   256. Terkuak

    ‘’Apa-apaan…’’‘’Gav, ini anak-anak kita. Aku membawanya karena bayi kita telah gugur. Dan ini sebagai penggantinya. Lihat, lihat,’’ Sandra menarik si kembar ke depan Gavi yang kebingungan dan dua bocah itu semakin takut. ‘’Aku bisa memberimu anak. Mereka lucu juga menggemaskan. Artinya, kita tidak bercerai, bukan?’’Saat ini Sandra terlihat seperti wanita gila. Takut ditinggalkan, membutuhkan kepastian. Ternyata perkataan Gavi membuatnya putus asa sehingga menculik anak orang untuk diakui. ‘’Jika kamu tidak bisa memberiku anak, maka aku akan menceraikanmu,’’ Sandra mengulang kalimat yang pernah Gavi ucapkan. ‘’Dan mereka adalah alasan kamu tidak bisa menceraikan aku, Gav.’’Gavi kian geram dengan tingkah Sandra. Perkataannya sudah kemana-mana.‘’Yang aku maksud dari rahimmu. Bukan dari rahim orang lain!’’ desisnya. Andai bisa berteriak tentu dibarengi kekerasan. Tapi ini rumah sakit. Di mana dirinya sedang bersembunyi untuk menjalankan rencana.‘’Ini anakku, Gav. Mereka adalah anak

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   255. Leo Menggantikannya

    Senja di sore hari. Pemandangan indah untuk dinikmati dengan mata telanjang. Di saat orang-orang baru pulang dari lelahnya mencari uang, Gavi berdiri di balkon dengan earphone yang baru saja dihancurkan olehnya.Penyadap yang diletakkan di jendela tempat Vania dirawat meremukkan hatinya menghancurkan rencana yang telah disusun matang.Rasanya tidak mungkin secepat itu Vania memutuskan menikah lagi. Mungkinkah dengan trauma yang diberikannya Vania bisa membangun rumah tangga dalam waktu dekat? Apalagi menikah lagi dengan mantan suami pertama.Tidakkah Vania merasa malu?Tidakkah Vania berpikir sampai ke sana?Setelah Vania keluar dari rumah sakit, dirinya akan menculik Vania dan juga putri mereka tinggal bersamanya.Di rumah yang dibelinya ketika melihat gelagat Vania tidak mau lagi serumah dengan Yura.Gavi tidak sudi, putrinya memanggil Leo sebutan papa padahal Gia adalah anaknya.Mungkinkah Gia dipaksa? Gia dicuci otaknya agar lupa padanya yang kini menyesal menyia-nyiakan anak dan

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   254. Pertanda Mimpi

    ‘’Gia kangen dipeluk. Dicium. Dibacakan dongeng sebelum tidur.’’ Betapa bayangan Gavi mencuat ke relung hati. Tangisan itu tidak lagi tentang keinginan melainkan tentang kerinduan.Rindu dengan sang ayah.Mulai dari caranya bicara.Mengajaknya bercanda.Menyuapinya.Dada Gia kian terasa sesak, menyadari kalau itu semua tinggal kenangan. Luka yang dicurahkan sang ayah sudah terlalu dalam, mengobati pun akan percuma karena tidak akan bisa sembuh.‘’Gia mau ketemu sama papa, Nak?’’ Terasa berat sekali bertanya. Tetapi sebrengsek apapun mantan suaminya itu, tetaplah ayah bagi putrinya.Namun dengan tegas Gia menggeleng.Valerie dan Vania pun dibuat heran.Gia angkat kepala yang menyembunyikan air matanya. Lalu menyeka walau airnya masih saja keluar. Terlalu sakit sehingga butuh sedikit lebih lama untuk kembali bicara.‘’Gia nggak mau papa Gavi.’’ Intinya, Gia cukup ingat kenangannya dengan Gavi tapi tidak mau papanya Gavi lagi. Traumanya sudah mendarah daging. Gia bisa mengingat dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status