Share

Petarung Tangguh!
Petarung Tangguh!
Penulis: Izzy_Mochii

BAB 1

Di dalam sebuah rumah kecil, terlihat dua orang wanita yang tengah duduk saling berhadapan satu sama lain. 

Satu orang wanita muda yang menggunakan pakaian lusuh dan satu orang lagi seorang wanita paruh baya dengan pakaian modis yang tergolong mahal. 

"Saya datang ke sini ingin memberitahukan bahwa paspor anak itu sudah selesai seminggu yang lalu," jelas Rita.

Seorang wanita modis berumur empat puluh tiga tahun kepada seorang ibu muda berumur dua puluh dua tahun dengan pakaian lusuh. 

Wanita paruh baya dengan angkuh duduk di sebuah kursi usang, tengah melipat kedua tangan di depan dada. Dia berprofesi sebagai penghubung untuk Human Trafficking.

"Berkat berkas-berkas pendukung yang kau berikan kepadaku beberapa waktu lalu, mempermudah proses pembuatan paspornya," sambung Rita. 

"Dan, sekali lagi, untuk yang terakhir kalinya aku bertanya kepadamu, apakah kamu telah mempertimbangkan sekali lagi tawaran yang telah aku berikan?" tanyanya. 

"Saya yakin, Sist….” lirih Ibu muda dengan mata berbinar. Senyum menyeringai di wajah menandakan kepuasan di dalam hatinya. Dia berpikir akan mendapatkan banyak uang dengan cara instan.  

Ibu muda itu bertemu Rita karena dikenalkan oleh seorang tunawisma misterius. Singkatnya, ketika Yulianna bepergian ke salah satu minimarket untuk berbelanja bersama David. 

Tunawisma tersebut memberikan sebuah nomor ponsel dan mengatakan sesuatu kepada Yulianna jika ingin mendapatkan uang banyak tanpa susah payah. Yulianna yang tergoda dan tergiur akan dengan namanya uang, tentu saja mau menerimanya. 

Sesampainya di rumah, segera dia menghubungi nomor yang telah didapatnya dengan cuma-cuma. Apa salah mencoba bertanya terlebih dahulu, pikirnya. 

Setelah menghubungi Rita, Yulianna sempat terkejut bahwa dia harus menjual anaknya sendiri, ternyata dia selama ini memang sudah diincar. 

Rita sangat tertarik dengan anaknya Yulianna, yang bernama David. Banyak kaki tangan Rita atau human trafficking lainnya yang berhamburan di segala penjuru. Ada yang menyamar sebagai tunawisma salah satunya. Memfoto dan memberikan hasil pengamatan kepada Rita. Jika dia setuju, dia akan memberikan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Mereka bermain bersih untuk mendapatkan incaran, tanpa paksaan ataupun melakukan kekerasan karena berdampak kecil jika dilaporkan ke pihak berwajib. 

"Harapan selama ini akhirnya akan terkabul. Aku ingin cepat kaya, untung saja aku bertemu dengan tunawisma waktu itu dan dapat mengenal wanita ini." Yulianna bergumam dalam hati merasa kegirangan.

"Setidaknya anak itu harus berbakti kepada aku, ibunya ini," sambung Yulianna dalam batin. 

"Besok saya akan jemput anak itu dan ini sebagai uang muka untukmu." Wanita paruh baya itu meletakkan sebuah amplop kecil berwarna cokelat di atas meja. Kemudian, dia bangkit sambil tersenyum melihat ibu muda yang telah dia bayar dengan sebuah cek seharga seratus juta rupiah sebagai uang jaminan. Wanita kaya itu sudah tidak tahan dengan rumah kumuh yang sedang dia kunjungi, sekarang rasanya dia ingin cepat-cepat keluar dari rumah itu.  

Tepat di depan pintu, berdiri dua penjaga memakai jas berwarna hitam telah menunggunya. 

Wanita tersebut berhenti di depan pintu, memandang lurus ke depan sambil  mengeluarkan kacamata hitam di balik mantel lalu memakainya. Menjentikkan jari sebagai isyarat agar pengawal mengikuti dirinya untuk segera meninggalkan lokasi dan memasuki mobil mewah Maybach Exelero yang terparkir di halaman rumah kumuh itu.  

Yulianna, ibu muda itu menatap amplop coklat di atas meja dengan ekspresi girangnya. Dengan cepat dia mengambil dan membuka amplop. Benar saja, isi cek di dalam benda tersebut membuatnya makin senang. Dia melihat nominal yang tertulis senilai seratus juta rupiah. 

"Selama ini aku sudah muak hidup dalam kemiskinan dan sekarang waktunya aku menikmati uang yang banyak, seperti teman-temanku yang lainnya," ucap Yulianna penuh bahagia. Matanya memancarkan binar yang sangat indah saat melihat lagi cek di dalam amplop cokelat itu.  

Kemiskinan membuat Yulianna menjadi buta. Dia melupakan makna dari kehidupan sebenarnya dan membuatnya haus akan harta. Ambisinya untuk memiliki uang yang banyak, mendorongnya melakukan hal keji terhadap anak kandungnya sendiri dengan menjualnya kepada sindikat perdagangan manusia.  

Perasaan bahagia karena menerima sebuah cek membuatnya tidak menyadari ada seorang anak manis yang menarik ujung pakaiannya sambil mengusap mata. 

"Ibu … aku lapar," lirih terucap dari bibir mungil seorang anak laki-laki.  

Yulianna lalu mengubah pandangannya. Dia melihat ke bawah, ada seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun dengan paras yang tampan, manis, dan juga penurut. 

Seharusnya sebagai seorang ibu, dia memiliki rasa tidak tega dalam hati. Namun, sebaliknya, tidak untuk dirinya. Kemiskinan dan keserakahan membuatnya buta akan putranya sendiri. 

"Kamu sudah bangun, David? Makanan ada di atas meja dapur, buka tudungnya, ambil sendiri dan makan sendiri. Piringnya jangan lupa dicuci, sisakan untuk Ayahmu," tutur Yulianna lalu meninggalkan anaknya memasuki sebuah kamar.  

"Ya, Ibu," lirihnya sambil memperhatikan sang ibu yang terlihat girang tanpa sebab yang David ketahui. 

Anak itu berjalan ke dapur, membuka tudung penutup makanan di atas meja. Dia melihat hanya ada kuah sop dan sisa lauk tempe satu potong besar saja. 

Seperti perintah ibunya, dia membagi tempe menjadi dua bagian. David menyisihkan sebagian tempe untuk ayahnya. Bocah lelaki itu makan dengan lahapnya walau hanya dengan lauk seadanya.

Bocah itu tersenyum saat menyantap makanannya. Akan tetapi, suara tawa ibunya di ruang tengah, membuat David menoleh. 

“Ibu kenapa, ya?” tanyanya. Masih terlalu kecil, dia belum mengerti. 

Beberapa saat berlalu.

Keadaan langit yang mulai gelap, Harry Callister seorang pria berusia tiga puluh satu tahun memasuki kediamannya. Dia baru saja pulang bekerja. Dilihat anaknya yang sedang belajar dengan buku berhamburan di lantai. Rasa lelahnya terobati dengan melihat putra kesayangannya. 

"David, ayah pulang,” ucap Harry sambil tersenyum melihat putra semata wayangnya.  

"Ayah!" panggil David riang. Berlari menghampiri dan memeluk ayahnya yang telah pulang dari bekerja.  

"Pakaian ayah kotor, Nak," ucap Harry, melepas pelukan anaknya. Dia berdiri, mensejajarkan dirinya dengan David. Mengelus kepala anak kesayangannya sambil tersenyum. 

"Lanjutkan belajarmu! Ayah bersihkan badan dahulu," bisik Harry dengan lembut.  

Harry menghirup aroma rambut putranya yang tidak terlalu harum, bahkan terbubuhi bau matahari. Namun, dia sangat menyukainya.  

"Baik, Ayah." David berlari dengan riang, tetapi tanpa sengaja menabrak sesuatu.  

"Kalau jalan pakai mata! Dasar anak bandel," bentak Yulianna kepada anak yang telah menabrak dirinya.   

"Maaf, Bu. Aku tidak sengaja," ucap David menyesal. Menunduk, tak kuat mendapat pelototan dari ibunya.   

"Ah, malas meladeni kamu! Tidak penting," sungut Yulianna. Berucap ketus kepada David.   

"Sudah, jangan memarahi David lagi," pinta Harry menenangkan Yulianna. Dia tidak tega anak semata wayangnya selalu dimarahi oleh ibu kandungnya sendiri.  

"Kamu juga! Ayah dan anak sama saja tidak berguna,” hina Yulianna kepada Harry. 

“Mana uang untuk belanja besok? Awas! Jangan sampai kurang dan harus lebih! Besok aku mau pergi jalan-jalan bersama temanku," sergah Yulianna kepada suaminya. Tangannya sudah menengadah, meminta uang kepada Harry. 

Izzy_Mochii

Komentar atau kritik dan saran anda (Pembaca) merupakan sebuah wujud terima kasih saya sebagai author agar bisa membuat cerita yang berharga untuk kalian pembaca. Have a nice day everytime and GOD always gave blessing for us

| Sukai
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Paradista
Ninggalin jejak, semangat yah .........
goodnovel comment avatar
Siez
...️ keren banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status