Share

BAB 2

Author: Izzy_Mochii
last update Last Updated: 2021-11-18 12:07:56

Harry seorang suami yang sangat sabar menghadapi kelakuan istrinya, berinisiatif agar David tidak mendengar dan melihat pertengkaran yang dimulai Yulianna. Dia tidak mau melihat mental anaknya rusak karena istrinya yang suka memulai pertengkaran. Sang ayah lalu berbicara kepada David terlebih dahulu. 

"David masuk kamar. Nanti ayah panggil lagi," titah Harry sambil tersenyum tipis yang tampak dari wajahnya.  

David mengangguk. Berjalan ke kamar di antara rasa takut dan patuh kepada orang tuanya. 

Di dalam kamar, David masih bisa mendengar perkelahian orang tuanya dan dia merasa sangat terpukul. Ibunya selalu memaki sang ayah dengan segala hinaan dan makian tiada henti, seakan tidak menghormati ayahnya sama sekali. 

 "Apa ini! Cuma seratus ribu rupiah?" tanya Yulianna tidak percaya dengan nominal uang yang Harry berikan.  

"Aku hanya punya segitu, Yulianna,” ucap Harry pasrah. 

“Bohong!” suara Yulianna meninggi. Dia memeriksa seluruh saku di pakaian Harry dan tasnya. Dia tidak percaya dengan suaminya sendiri. 

“Kamu tahu sendiri, pekerjaanku hanya sebagai buruh bangunan. Aku hanya menerima gaji harian sebesar seratus tiga puluh ribu saja," ujar Harry.  

"Di sakumu hanya sisa lima belas ribu saja? Cih!” hina Yulianna setelah dia mendapatkan uang tiga puluh ribu dari tas yang dibawa oleh Harry. 

“Aku sudah membelikan makanan untuk anak kita, sisanya hanya lima belas ribu untuk ongkos aku pergi kerja besok," jelas Harry sambil memperlihatkan sebuah kantong plastik berisi makanan.  

"Seratus ribu sehari, kau kira cukup untuk kebutuhan sehari-hari, hah?" sungut Yulianna sangat kesal. Dia mengepalkan kedua tangannya dan melempar uang lima belas ribu itu ke wajah Harry. Sang istri kemudian mengambil paksa bungkusan makanan yang dipegang Harry dan membuangnya ke lantai.  

Harry yang merasa geram melihat tingkah sang istri, refleks mendaratkan tamparan ke pipi kiri Yulianna. 

"Kamu!" bentak Harry sangat kesal melihat perlakuan Yulianna yang dianggap sangat keterlaluan. Untuk pertama kalinya selama pernikahan, Harry bersikap kasar kepada sang istri. 

"Tampar! Ayo, tampar lagi!" ucap Yulianna menantang Harry sambil memegang pipinya yang perih karena tamparan sang suami.  

“Ma-maaf, aku khilaf, Yulianna,” ucap Harry menyesal.  

“Maaf? Kamu pikir dengan maaf, kita bisa kaya? Dengan maaf, kamu bisa membalikkan semua keadaan? Aku menyesal menikah dengan pria miskin sepertimu!” teriak Yulianna tambah menghina Harry. 

“Yulianna, jangan berbicara seperti itu. Aku mohon,” ujar Harry memohon ampun. Dia menyadari kesalahannya yang tidak terlalu berpendidikan sehingga dia hanya bisa menjadi buruh bangunan saja. 

“Brengsek! Pria tidak berguna. Pria miskin. Seratus ribu yang kamu berikan itu kurang, bahkan tidak cukup untukku,” ucap Yulianna makin menghina Harry. 

"Cukup! Kau bilang seratus ribu kurang? Tiap hari aku pulang hanya dengan nasi dan sepotong, dua potong tempe, atau tahu dengan uang belanja seratus ribu,” sungutnya. Emosi Harry seketika naik. Dia mulai kehabisan kesabaran menghadapi istrinya itu.  

“Bahkan, sekarang kamu melempar makanan yang akan kuberikan untuk anak kita, aku bahkan berpura-pura tidak tahu mengenai perbuatanmu yang selalu bersenang-senang dengan teman-temanmu itu. Hah!" bentak Harry penuh marah.  

"Jadi, begitu?" tanya Yulianna sambil berkacak pinggang. 

"Aku malu dengan semua temanku, hidup mereka enak tanpa kekurangan apa pun. Pakaian mereka bagus, bisa makan di mana pun, bahkan makanan mewah. Aku mau semua itu! Aku benci jadi orang miskin! Aku benci saat aku malu bertemu temanku dan mereka menanyakan pekerjaan suamiku! Aku malu menjadi istrimu!” ucap Yulianna meluapkan segala rasa malunya selama ini. 

“Dari mana kamu tahu bahwa mereka hidup dengan enak seperti itu?” tanya Harry. 

“Aku melihat semua itu di status ponsel mereka. Mereka sangat bahagia dengan keluarga mereka, tidak sepertiku. Lusuh dan kumuh,” ucap Yulianna. Tanpa sadar menitikkan air matanya. 

Di dalam hati, dia sangat menyesal menikah dengan Harry yang saat itu menikahinya atas dasar cinta saja, bukan atas dasar materi. Dia terlalu lugu menomorsatukan cinta di atas segalanya. Saat realitas di depan mata, cinta bukanlah sesuatu yang bisa membahagiakannya, terutama tanpa materi. 

“Apakah karena semua itu sampai kamu tega menelantarkan anak kita sendiri?" tanya Harry pelan. Dia sudah meredakan emosinya terhadap Yulianna. Harry merasa bersalah tidak bisa memberikan materi yang cukup untuk istrinya.

Janjinya saat pernikahan untuk membahagiakan sang istri selamanya menjadi omong kosong belaka. 

"Berisik! Aku ingin kita cerai!" teriak Yulianna sekuat tenaga. Dia mengepal lurus kedua tangannya di samping. Yulianna lalu masuk ke dalam kamar dan keluar membawa sebuah koper besar. Dengan isak tangis, Yulianna meninggalkan rumah itu, sementara Harry hanya bisa terdiam menunduk membiarkan Yulianna pergi begitu saja.  

Suara pintu dibanting begitu keras oleh Yulianna.  Harry menangkupkan kedua tangan di wajahnya. Dia mengusap-usap rambut, kemudian memukul dinding. Merasa kesal karena Yulianna yang keras kepala selalu mementingkan dirinya sendiri. Seringkali Yulianna bepergian setelah ribut dengan dirinya dan lalu kembali lagi kerumah setelah beberapa hari. Harry tak kuasa menahan kepergian sang istri.  

Suara pintu terbuka, terlihat David keluar dari kamarnya. Dia mengambil kantong kresek yang sedikit robek, terlantar di lantai. David melihat kantung itu dengan nasi yang berhamburan. Anak kecil itu memang mendengar semua pertengkaran orang tuanya, tetapi dia tidak mengerti. 

"Ibu ke mana, Ayah? Mengapa tadi kalian bertengkar? Apa karena David, Yah?" lirih David dengan polos bertanya.  

Harry menatap putra tunggalnya dan memberikan senyuman. "Kamu sudah makan, Nak?" Mengalihkan pertanyaan David. 

"Sudah dan aku menyisakan untuk Ayah juga," jawab David.  

"Ayah mau mandi dahulu, kamu buang saja makanan itu, nanti ayah pergi belikan yang baru," balas Harry, mengelus kepala anaknya sambil berjalan ke belakang. Berencana mandi terlebih dahulu. 

"Lanjutkan belajarmu, Nak! Ayah akan menyusul mengawasimu setelah selesai membersihkan diri," sambung lelaki itu. 

"Iya, Ayah," jawab David penuh dengan semangat mendengar titah dari ayahnya. 

David menoleh dengan tatapan sedih ke arah makanan yang berserak di lantai. David tergerak untuk mendekati dan menyentuh makanan itu. Dirinya tahu kalau dia adalah orang yang susah makanya David merasa sangat mubazir makanan ini dibuang oleh ibunya karena makanan itu pasti sangat enak. 

“Sayang sekali. Mau David makan, tapi sudah kotor,” lirih anak itu.

***

Yulianna menggerutu di sepanjang jalan dengan kesal bercampur bahagia karena mulai besok, dia akan menjadi kaya raya. Belum lagi dengan sisa pembayaran yang akan dilunasi oleh Rita. 

"Besok cek itu akan aku cairkan, kali ini aku benar-benar akan meninggalkanmu Harry, bersama anak itu. Untung saja selama ini masih menyimpan uang yang kau berikan.” Yulianna berkata sendiri sambil menggeret koper dan tas berisi barang-barangnya. 

"Tentu saja itu adalah kewajibanmu sebagai suami memberi nafkah kepadaku dan terserah aku mau masak apa untuk kalian …." Sambung Yulianna. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petarung Tangguh!   BAB 38

    Gerakan David yang lincah dapat menghindari pukulan lalu menggerakkan tangan dengan cepat meraih belakang kepala Paul dan menghantam wajah pemuda itu ke lantai. Dalam sekali dorongan, Paul tergeletak dan pingsan seketika. "Sialan!" Larry berteriak. "Ayo, kali ini kita jangan sampai kalah lagi! Maju semua!" sambungnya dalam kemarahan dan tidak mau menerima penghinaan dari David. David yang dipenuhi marah tidak lagi memperdulikan hal lain dan menghantam mereka satu per satu sampai benar-benar terluka. Tiba giliran Larry, mendaratkan kayu mengarah ke David. Bukannya mundur, David malah maju selangkah dan berhasil menghindarinya, kemudian dengan satu entakkan memukul tangan Larry mengakibatkan senjata terlepas. David hendak melancarkan pukulan, tetapi Kevin ingin menyerangnya dari belakang, justru hal tersebut disadari oleh David. Memutar badan sambil menendang wajah Larry dan bergerak ke samping, dia berhasil menghindari serangan Kevin.Menangkap pergelangan tangan Kevin, kemudian d

  • Petarung Tangguh!   BAB 37

    Tujuan hidup David sudah ditentukan dengan melindungi orang sekitarnya, bukan membunuh manusia tak bersalah, seperti masa lalu kehidupan yang pernah dia jalani. Setelah menghubungi Victor beralasan ingin mengurus sesuatu hal yang penting dan meminta maaf karena menggunakan kurir untuk mengirim selai pesanan. David berencana pergi ke sekolah mengambil barang milik Jessica yang sempat tertinggal, kemudian memberi perhitungan. David berjalan dengan penuh marah, mengotak-atik ponsel menghubungi seseorang untuk mencari informasi tentang Kevin ataupun Lisa. "Siapa lagi kalau bukan Adi, pasti dia tahu sesuatu tentang mereka." David menggerutu, mengepalkan tangannya geram. Pembicaran yang singkat antara David dan Adi melalui telepon. Setelah mengetahui informasi, David pergi menemui Kevin, sedangkan Adi yang belum tahu permasalahannya, kembali ke sekolah mengambil barang pribadi milik Jessica, atas permohonan David. Tiba di sebuah base camp 'tempat berkumpul Kevin and genks ketika bolos m

  • Petarung Tangguh!   BAB 36

    "Pelan-pelan, Kak," sambungnya spontan hendak memegang tangan David yang sangat telaten merawat luka di wajahnya."Ya … ini udah pelan, kok, bagaimana bisa kamu mendapatkan luka sebanyak dan separah ini?" David menjawab dan kemudian bertanya kepada Jessica."Aku tadi terjatuh ketika mau berangkat ke sekolah," jawab Jessica tertunduk dan menggigit bibirnya sedikit. "Jadi … kamu tadi terjatuh ketika hendak pergi ke sekolah? Benarkah?" tanya David kembali. "Aku lari terburu-buru, tidak memperhatikan jalan dan tersandung." Bibir Jessica gemetar karena gugup. "Begitukah?" David sangat memahami luka jatuh tidak akan separah ini. Jessica membisu dipenuhi rasa bersalah karena sudah membohongi David. David sudah tau bahwa Jessica menutupi kejadian sebenarnya, tetapi dia bersikap tenang seperti biasanya. Salah satu watak David adalah terbiasa selalu tenang dalam keadaan genting apa pun. Pengalaman yang mengajarkannya untuk bisa mengontrol pikiran dan emosinya. "Lebih parah dari tertabrak

  • Petarung Tangguh!   BAB 35

    "Apa kau melihat wajah orang yang memukulmu, Jessica?” tanya Kepala Sekolah mencoba membela Lisa berharap mengetahui kebenaran sesungguhnya. Kepala Sekolah yang tidak mau kehilangan salah satu donatur terbesar harus segera menyelesaikan permasalahan yang diperbuat oleh Lisa dengan menutupi kasusnya. "Mukanya memang tertutup, tapi aku yakin itu benar Lisa," teriak Jessica, dia harus meyakinkan diri sendiri agar tidak tersudut atas perilaku semua orang yang tidak percaya kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Kau memanggil Polisi dan Kepala Sekolah untuk menuduh anak saya sebagai kriminal, begitu? Terus juga tanpa bukti yang jelas!" Ningsih, ibu kandung Lisa angkat bicara berdiri dari tempat duduk. Dengan ciri khas gaya elegan rambut pendek sebahu, memakai anting berlian yang berkilau dan aksesoris perhiasan mewah lain menghiasi penampilan. Seolah ingin menunjukkan dan memamerkan siapa dirinya. Ningsih bukan menegur anaknya yang bersalah, justru menambah keruh keadaan dan tetap ingin memb

  • Petarung Tangguh!   BAB 34

    “Jessica pulang secepat ini?” gumamnya. Dia masuk ke dapur mencari selai yang dikatakan kakek. Namun, sebelum dia pergi lagi, dia melihat pintu kamar Jessica yang tertutup. “Mungkin dia sangat lelah, sebaiknya aku tidak mengganggunya.” David berpikir akan langsung kembali ke toko. Dia keluar melihat kembali sepatu Jessica yang tergeletak tidak beraturan, dia berniat menaruhnya di rak sepatu. Namun, matanya terfokus melihat ada bercak darah di sepatu Jessica. David menyentuh bercak merah dan menciumnya memastikan bahwa itu benar darah. Dia terbelalak dan kembali menaiki anak tangga dengan cepat lalu mengetuk pintu kamar Jessica. “Jessica ....” “Jessica, buka pintunya! Kau pulang lebih awal?” tanya David menutupi rasa curiganya. “Jessica!” serunya lagi memanggil.Namun, tanpa ada jawaban dari dalam. “Jessica, aku tahu kau di dalam, buka pintunya!” pinta David sedikit berteriak. “Kak, aku sangat lelah, aku ingin istirahat sebentar, kebetulan sekolah memang pulang cepat, nan

  • Petarung Tangguh!   BAB 33

    Sementara itu di sekolah sedang jam istirahat, Jessica memutuskan untuk ke perpustakaan. “Jessica!” seru Evelyn. Jessica hanya berbalik badan memandang Evelyn dengan perasaan cemasnya. “Aku minta maaf soal kejadian kemarin, Kakak kamu jadi kena suspensi,” jelas Evelyn. Jessica masih terdiam tanpa respons.“Kevin dan yang lain tidak sengaja membuat Kakakmu terkena hukuman suspensi,” sambung gadis itu. “Aku tidak mempermasalahkannya,” Jessica sangat gugup karena perasaannya makin tidak keruan. “Untuk menebusnya, aku mentraktirmu di kafe depan,” ungkap Evelyn. “Tidak perlu, Evelyn!” Jessica mencoba menolak ajakan Evelyn. “Ayolah, kau tidak menghargaiku kalau begitu!” Evelyn memasang raut wajah kecewanya. “Baiklah.” Jessica pasrah mencoba percaya kepada Evelyn karena ucapan yang sepertinya tulus. “Ayook!” Evelyn menggandeng Jessica berjalan keluar gerbang sekolah. Semula Jessica tidak merasa curiga, tetapi hingga pada akhirnya di suatu gang kecil, Evelyn beralasan bahwa ponseln

  • Petarung Tangguh!   BAB 32

    “Kakek, apa yang mendorongmu membuka toko kue?” tanya David dengan memperhatikan Victor yang sedang mengolah bahan kue. “Kue yang manis, lembut, memanjakan lidah mampu merangsang perasaan hati dan pikiran menjadi positif, David,” jelasnya meminta David mencoba kue buatannya. “Kau tahu, David? Menghiasnya juga dibutuhkan cinta, di dalamnya tidak hanya manis, dia penuh dengan kasih sayang.” Victor memberi toping cream pada setiap pancake buatannya. David penasaran karena aroma yang menggoda, mencoba mengambil kue dan memakannya. “Enak, Kek,” pujinya. “Tentu saja, sesuatu yang dimulai dari hati yang tulus akan membuahkan hasil yang maksimal,” jelas Victor. “Kakek kenapa tidak terjun dalam bisnis lain?” tanya David, masih mengunyah kue. “Tidak, aku ingin melihat senyuman di wajah setiap orang dengan hal kecil, seperti itu contohnya. Kau tau, gigitan kecil membuatnya tersenyum bahagia.” Victor menunjuk ke arah salah satu pelanggan wanita dan putrinya yang sedang menikmati kue. “Mere

  • Petarung Tangguh!   BAB 31

    “Kakek butuh istirahat, besok harus ke toko, kan?” tanya Jessica. “Ahh, benar, tapi besok aku akan mempunyai partner untuk membantuku.” Kakek melirik David. “Kakak, kan, sekolah besok, eh ....” Jessica menutup mulutnya teringat bahwa David mendapat suspensi dari sekolah. Dia sontak menunduk terlihat murung merasa bersalah kembali. “Tentu, Kek, ini sebuah keberuntungan, aku bisa membantumu di toko seharian penuh besok.” David memahami perasaan Jessica mulai berbicara dengan nada semangat. “Baiklah, ayo kembali ke kamar. Kamu besok sekolah, kan, Sayangku, dan kau David, harus membantuku di toko.” Victor berkata sambil berdiri meregangkan otot-otot di tubuhnya. “Selamat malam cucu-cucuku,” lanjut Victor lalu meninggalkan mereka. “Selamat malam, Kek,” ucap David dan Jessica bersamaan. Mereka berdua pun berjalan menuju kamarnya masing-masing. “Jessica,” lirih David memanggil Jessica. “Iya, ada apa, Kak?” tanya Jessica menoleh. “Bagaimana dengan besok?” Tanya David.“Tentu saja be

  • Petarung Tangguh!   BAB 30

    “Tidak perlu. Ini sangat enak,” ujar David. Berkata yang sebenarnya. “Benarkah? Jangan dipaksakan jika memang tidak menyukainya,” tambah Kakek. “Tidak, Kek, ini sungguh enak, aku hanya baru merasakannya.” David melanjutkan suapan berikutnya. Memang benar, makanan itu terasa enak di lidah David yang baru pertama kali menyantapnya. “Tentu saja, hot pot ini sudah terkenal dengan kelezatannya dan juga cara memasaknya yang berbeda," papar Jessica. Mengulas senyum tipis. Jessica meneguk segelas air dan mengelap bibirnya lalu berdiri menuju wastafel. “Hei, kami baru saja mulai dan kau sudah menghabiskannya?” ledek Kakek tertawa untuk Jessica. Jessica hanya tersipu malu. Sedikit menundukkan kepalanya. “Kau tau, David? Jessica itu hanya kecil tubuhnya, tapi bisa menghabiskan makanan dalam jumlah besar," sahut Kakek. Berbicara kepada David, tetapi melirik ke arah Jessica.“Kakek, berhentilah dan cepat makan! Kau bisa tersedak,” cibir Jessica dengan nada manja. Belum juga selesai berbicar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status