Share

BAB 3

Penulis: Izzy_Mochii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-18 12:08:03

"Tetapi malam ini aku harus menginap di mana?" Mengingat dia sering kena marah orang tuanya jika bermalam di sana, apalagi dengan situasi seperti ini.

Yulianna teringat sesuatu. Dia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang yang bisa dimintai tolong. Semua orang termasuk temannya dihubungi agar dia bisa menginap malam ini di salah satu tempat temannya. 

Akan tetapi, semua temannya tidak ada yang bisa membantu. Alasan demi alasan ada saja dari ucapan teman-teman yang dihubungi Yulianna. 

"Maaf, Yulianna, kau tahu sendiri rumahku tidak memiliki kamar kosong untuk kamu tempati," ucap teman Yulianna di telepon. 

"Ayolah, Rika, kan, aku bisa tidur di kamar berdua denganmu." Yulianna merengek kepada temannya yang bernama Lesti.

"Apa kau sudah gila! Suami dan Anakku mau bagaimana? Apalagi Hendra, anakku masih bayi dan harus diawasi. Tidak, tidak, kau cari penginapan saja!" Lesti menutup percakapan secara tiba-tiba. 

"Dasar! Semuanya sama saja, susah sekali dimintai tolong. Apa salahnya Suami dan Anaknya tidur di ruangan tamu untuk semalam?" Di sepanjang jalan, Yulianna mengumpat dengan ekspresi wajah kesal. 

Yulianna tidak kehabisan akal, dia menelepon Rita. Wanita paruh baya yang akan membeli anaknya. 

"Nyonya, apa aku bisa meminta sisa uangnya malam ini? Dan, aku ingin bertemu denganmu juga. Tolong kamu persiapkan hotel untukku menginap malam ini, kalau tidak perjanjian kita batal!" ancam Yulianna kepada Rita melalui telepon. 

"Kau sekarang di mana? Apa kau bersama anak itu?" tanya Rita. 

"Aku tunggu kamu di minimarket  di jalan Yos Sudarso, kita bicarakan ini nanti," jawab Yulianna. 

"Baiklah, kau tunggu di sana," balas Rita dan percakapan pun berakhir. 

Yulianna tersenyum dan bergumam, "Kira-kira berapa uang yang akan diberikan Nyonya itu kepadaku nanti?" Sambil mengusap kedua telapak tangannya, membayangkan uang yang begitu banyak akan dia dapat. 

Di sebuah apartemen, Rita yang sedang duduk bersandar di sofa, sejurus kemudian langsung beranjak berdiri setelah mendapat telepon dari Yulianna. 

"Siapkan mobil!" perintah Rita kepada para pengawal setianya.  

Pengawal-pengawal itu patuh lalu membungkukkan badan. Berbalik badan, melaksanakan perintah tuannya.  

"Tunggu!" Tiba-tiba Rita bersuara, menghentikan langkah mereka. 

"Mengapa, Nyonya?" tanya salah satu pengawal. 

"Sepertinya kalian butuh sedikit hiburan, bagaimana jika kutawarkan hal yang menyenangkan untukmu." Rita tersenyum miring saat menyampaikan hal tersebut.

"Maaf, Nyonya, saya tidak mengerti maksud Anda," ucap pengawal tersebut.  

"Bersenang-senanglah nanti di hotel dan setelah itu, Kau tau maksudku, bukan?" Rita menjelaskan sambil menunjukkan foto Yulianna. 

"Baik, Nyonya."  Para pengawal itu sudah paham dengan maksud Rita. 

"Dan, seperti biasa, jangan meninggalkan jejak." Rita mengingatkan. 

Rita berencana melenyapkan Yulianna karena merasa terhina oleh sikap Yulianna yang dianggap mengancamnya tadi. Berani sekali Yulianna mengatakan itu kepadanya. 

Di sisi lain, tepatnya di tempat Yulianna berada. Dia merasa jengkel sebab Rita tak kunjung datang. Dirinya sudah kedinginan. 

"Lama sekali j*lang itu." Yulianna merasa sedikit bosan telah lama menunggu Rita selama empat puluh tujuh menit. 

Pada akhirnya, dia merasa lega karena sudah melihat Rita telah tiba di seberang jalan. 

Rita yang membuka kaca mobil, mengisyaratkan Yulianna agar menghampirinya.  

"Masuk!" perintah Rita ketika Yulianna sudah di dekatnya. 

Yulianna pun dengan senang hati memasuki mobil mewah itu. 

"Bagaimana, apakah kau sudah membawa ceknya?" tanya Yulianna girang. 

"Ini cek sisa pembayaran." Rita dengan santai memberikan melalui antara sela dua jarinya. 

"Mana anak itu?" tanya Rita. Sebab dia kira, Yulianna akan datang bersama anaknya. 

"Kau bisa membawanya ... dia ada di rumah," jawab Yulianna dengan senyum lebar melihat cek itu tertulis satu miliar rupiah, membuat Yulianna kalut dan tidak sadar bahwa sebenarnya telah ditipu oleh Rita. 

"Jalan!" perintah Rita kepada sopir pribadi sekaligus pengawalnya. 

Sampailah mereka di hotel berbintang lima yang megah dan sangat terkenal di kota itu. Rita yang tersenyum lalu berkata, "Ini kunci hotel dan kau bisa langsung masuk." Jelasnya kepada Yulianna sekaligus memberikan KeyCard. 

Tanpa kecurigaan, Yulianna turun dari mobil. Dia bergegas masuk ke dalam hotel dan segera ingin melihat dan mencari kamar hotel yang telah disewa untuknya. Dia sangat bahagia karena selama ini dirinya tidak pernah merasakan menginap di hotel, apalagi berbintang lima. 

Yulianna sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Sungguh sebuah bangunan yang mewah. Melihat bangunan yang megah dan kokoh tersebut membuat dirinya berdesir kagum. 

Rita tersenyum kecut memperhatikan Yulianna yang sangat norak dan dia segera meninggalkan wanita itu. 

"Kalian berdua silakan menikmati hidangannya, jangan sampai membuat kecerobohan!" bisik Rita dengan tegas di hadapan kedua pengawalnya. 

Dengan persiapan yang matang, Rita berencana akan naik taksi untuk menjemput David, sedangkan pengawalnya harus memarkirkan mobil mereka tanpa tertangkap kamera CCTV di sekitar. 

"Manajer, Gin! Satu jam lagi CCTV hotel harus kau matikan! Khusus untuk koridor kamar nomor 2077, jangan kau hidupkan jika anak buahku melewatinya. Untuk arahan selanjutnya, kau tunggu anak buahku yang menghubungimu nanti." Rita berbicara di telepon kepada orang suruhannya dan kemudian mematikannya. 

Jelas saja Rita ingin melenyapkan Yulianna tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sebuah mobil lain yang akan dinaiki Rita pun telah tiba di basement hotel. Mobil yang dikendarai oleh pengawal Rita yang lain pun segera pergi meninggalkan lokasi hotel. 

"Turunkan aku di sini! Dan, kau, Hon berhentikan satu taksi untukku!" Rita berbicara kepada pengawalnya tersebut. Hon adalah nama samara.

"Nyonya tidak masalah bepergian ke rumah wanita itu sendirian?" tanya Hon.

"Tidak masalah, biar aku urus untuk urusan begini. Kalian nanti akan aku hubungi setelah aku membereskan anak itu," jawab Rita. Sehabis dari hotel, tujuannya adalah ke ruma Yulianna. 

"Anak itu sedang di rumah sendirian, tidaklah sulit membujuk dan membawanya. Dan, segera pesan tiket pesawat untuk mengantarkan anak itu ... klien sudah menyewa orang untuk membawa anak tersebut nanti.” Rita melanjutkan pembicaraannya lalu keluar dari dalam mobil.

Dalam kamar mandi hotel, memperlihatkan Yulianna sedang berendam dalam bathtub. Dia sangat merasakan ketenangan akan manjaan pelayanan yang diberikan oleh benda itu karena baru saat ini dia bisa menikmati hidup mewah seumur hidupnya. 

Yulianna sempat berpikir betapa malunya dia saat petugas memandu sampai ke depan kamar hotel. 

“Ah, sudahlah. Tak perlu aku pikirkan. Untuk saat ini, aku bisa menikmati menjadi orang kaya,” ucapnya penuh kegembiraan. 

Ketika sedang asyik berendam, dirinya seperti melihat bayangan melintas dari balik pintu kamar mandi.  

“Hei, siapa di sana?” tanya Yulianna. 

Tersentak Yulianna segera keluar dari dalam bathtub membilas dirinya dan memakai handuk untuk segera memeriksa keadaan dikamarnya. 

Merasa heran dan tidak mungkin ada orang lain yang bisa masuk ke dalam kamar tersebut selain dirinya.  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Petarung Tangguh!   BAB 38

    Gerakan David yang lincah dapat menghindari pukulan lalu menggerakkan tangan dengan cepat meraih belakang kepala Paul dan menghantam wajah pemuda itu ke lantai. Dalam sekali dorongan, Paul tergeletak dan pingsan seketika. "Sialan!" Larry berteriak. "Ayo, kali ini kita jangan sampai kalah lagi! Maju semua!" sambungnya dalam kemarahan dan tidak mau menerima penghinaan dari David. David yang dipenuhi marah tidak lagi memperdulikan hal lain dan menghantam mereka satu per satu sampai benar-benar terluka. Tiba giliran Larry, mendaratkan kayu mengarah ke David. Bukannya mundur, David malah maju selangkah dan berhasil menghindarinya, kemudian dengan satu entakkan memukul tangan Larry mengakibatkan senjata terlepas. David hendak melancarkan pukulan, tetapi Kevin ingin menyerangnya dari belakang, justru hal tersebut disadari oleh David. Memutar badan sambil menendang wajah Larry dan bergerak ke samping, dia berhasil menghindari serangan Kevin.Menangkap pergelangan tangan Kevin, kemudian d

  • Petarung Tangguh!   BAB 37

    Tujuan hidup David sudah ditentukan dengan melindungi orang sekitarnya, bukan membunuh manusia tak bersalah, seperti masa lalu kehidupan yang pernah dia jalani. Setelah menghubungi Victor beralasan ingin mengurus sesuatu hal yang penting dan meminta maaf karena menggunakan kurir untuk mengirim selai pesanan. David berencana pergi ke sekolah mengambil barang milik Jessica yang sempat tertinggal, kemudian memberi perhitungan. David berjalan dengan penuh marah, mengotak-atik ponsel menghubungi seseorang untuk mencari informasi tentang Kevin ataupun Lisa. "Siapa lagi kalau bukan Adi, pasti dia tahu sesuatu tentang mereka." David menggerutu, mengepalkan tangannya geram. Pembicaran yang singkat antara David dan Adi melalui telepon. Setelah mengetahui informasi, David pergi menemui Kevin, sedangkan Adi yang belum tahu permasalahannya, kembali ke sekolah mengambil barang pribadi milik Jessica, atas permohonan David. Tiba di sebuah base camp 'tempat berkumpul Kevin and genks ketika bolos m

  • Petarung Tangguh!   BAB 36

    "Pelan-pelan, Kak," sambungnya spontan hendak memegang tangan David yang sangat telaten merawat luka di wajahnya."Ya … ini udah pelan, kok, bagaimana bisa kamu mendapatkan luka sebanyak dan separah ini?" David menjawab dan kemudian bertanya kepada Jessica."Aku tadi terjatuh ketika mau berangkat ke sekolah," jawab Jessica tertunduk dan menggigit bibirnya sedikit. "Jadi … kamu tadi terjatuh ketika hendak pergi ke sekolah? Benarkah?" tanya David kembali. "Aku lari terburu-buru, tidak memperhatikan jalan dan tersandung." Bibir Jessica gemetar karena gugup. "Begitukah?" David sangat memahami luka jatuh tidak akan separah ini. Jessica membisu dipenuhi rasa bersalah karena sudah membohongi David. David sudah tau bahwa Jessica menutupi kejadian sebenarnya, tetapi dia bersikap tenang seperti biasanya. Salah satu watak David adalah terbiasa selalu tenang dalam keadaan genting apa pun. Pengalaman yang mengajarkannya untuk bisa mengontrol pikiran dan emosinya. "Lebih parah dari tertabrak

  • Petarung Tangguh!   BAB 35

    "Apa kau melihat wajah orang yang memukulmu, Jessica?” tanya Kepala Sekolah mencoba membela Lisa berharap mengetahui kebenaran sesungguhnya. Kepala Sekolah yang tidak mau kehilangan salah satu donatur terbesar harus segera menyelesaikan permasalahan yang diperbuat oleh Lisa dengan menutupi kasusnya. "Mukanya memang tertutup, tapi aku yakin itu benar Lisa," teriak Jessica, dia harus meyakinkan diri sendiri agar tidak tersudut atas perilaku semua orang yang tidak percaya kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Kau memanggil Polisi dan Kepala Sekolah untuk menuduh anak saya sebagai kriminal, begitu? Terus juga tanpa bukti yang jelas!" Ningsih, ibu kandung Lisa angkat bicara berdiri dari tempat duduk. Dengan ciri khas gaya elegan rambut pendek sebahu, memakai anting berlian yang berkilau dan aksesoris perhiasan mewah lain menghiasi penampilan. Seolah ingin menunjukkan dan memamerkan siapa dirinya. Ningsih bukan menegur anaknya yang bersalah, justru menambah keruh keadaan dan tetap ingin memb

  • Petarung Tangguh!   BAB 34

    “Jessica pulang secepat ini?” gumamnya. Dia masuk ke dapur mencari selai yang dikatakan kakek. Namun, sebelum dia pergi lagi, dia melihat pintu kamar Jessica yang tertutup. “Mungkin dia sangat lelah, sebaiknya aku tidak mengganggunya.” David berpikir akan langsung kembali ke toko. Dia keluar melihat kembali sepatu Jessica yang tergeletak tidak beraturan, dia berniat menaruhnya di rak sepatu. Namun, matanya terfokus melihat ada bercak darah di sepatu Jessica. David menyentuh bercak merah dan menciumnya memastikan bahwa itu benar darah. Dia terbelalak dan kembali menaiki anak tangga dengan cepat lalu mengetuk pintu kamar Jessica. “Jessica ....” “Jessica, buka pintunya! Kau pulang lebih awal?” tanya David menutupi rasa curiganya. “Jessica!” serunya lagi memanggil.Namun, tanpa ada jawaban dari dalam. “Jessica, aku tahu kau di dalam, buka pintunya!” pinta David sedikit berteriak. “Kak, aku sangat lelah, aku ingin istirahat sebentar, kebetulan sekolah memang pulang cepat, nan

  • Petarung Tangguh!   BAB 33

    Sementara itu di sekolah sedang jam istirahat, Jessica memutuskan untuk ke perpustakaan. “Jessica!” seru Evelyn. Jessica hanya berbalik badan memandang Evelyn dengan perasaan cemasnya. “Aku minta maaf soal kejadian kemarin, Kakak kamu jadi kena suspensi,” jelas Evelyn. Jessica masih terdiam tanpa respons.“Kevin dan yang lain tidak sengaja membuat Kakakmu terkena hukuman suspensi,” sambung gadis itu. “Aku tidak mempermasalahkannya,” Jessica sangat gugup karena perasaannya makin tidak keruan. “Untuk menebusnya, aku mentraktirmu di kafe depan,” ungkap Evelyn. “Tidak perlu, Evelyn!” Jessica mencoba menolak ajakan Evelyn. “Ayolah, kau tidak menghargaiku kalau begitu!” Evelyn memasang raut wajah kecewanya. “Baiklah.” Jessica pasrah mencoba percaya kepada Evelyn karena ucapan yang sepertinya tulus. “Ayook!” Evelyn menggandeng Jessica berjalan keluar gerbang sekolah. Semula Jessica tidak merasa curiga, tetapi hingga pada akhirnya di suatu gang kecil, Evelyn beralasan bahwa ponseln

  • Petarung Tangguh!   BAB 32

    “Kakek, apa yang mendorongmu membuka toko kue?” tanya David dengan memperhatikan Victor yang sedang mengolah bahan kue. “Kue yang manis, lembut, memanjakan lidah mampu merangsang perasaan hati dan pikiran menjadi positif, David,” jelasnya meminta David mencoba kue buatannya. “Kau tahu, David? Menghiasnya juga dibutuhkan cinta, di dalamnya tidak hanya manis, dia penuh dengan kasih sayang.” Victor memberi toping cream pada setiap pancake buatannya. David penasaran karena aroma yang menggoda, mencoba mengambil kue dan memakannya. “Enak, Kek,” pujinya. “Tentu saja, sesuatu yang dimulai dari hati yang tulus akan membuahkan hasil yang maksimal,” jelas Victor. “Kakek kenapa tidak terjun dalam bisnis lain?” tanya David, masih mengunyah kue. “Tidak, aku ingin melihat senyuman di wajah setiap orang dengan hal kecil, seperti itu contohnya. Kau tau, gigitan kecil membuatnya tersenyum bahagia.” Victor menunjuk ke arah salah satu pelanggan wanita dan putrinya yang sedang menikmati kue. “Mere

  • Petarung Tangguh!   BAB 31

    “Kakek butuh istirahat, besok harus ke toko, kan?” tanya Jessica. “Ahh, benar, tapi besok aku akan mempunyai partner untuk membantuku.” Kakek melirik David. “Kakak, kan, sekolah besok, eh ....” Jessica menutup mulutnya teringat bahwa David mendapat suspensi dari sekolah. Dia sontak menunduk terlihat murung merasa bersalah kembali. “Tentu, Kek, ini sebuah keberuntungan, aku bisa membantumu di toko seharian penuh besok.” David memahami perasaan Jessica mulai berbicara dengan nada semangat. “Baiklah, ayo kembali ke kamar. Kamu besok sekolah, kan, Sayangku, dan kau David, harus membantuku di toko.” Victor berkata sambil berdiri meregangkan otot-otot di tubuhnya. “Selamat malam cucu-cucuku,” lanjut Victor lalu meninggalkan mereka. “Selamat malam, Kek,” ucap David dan Jessica bersamaan. Mereka berdua pun berjalan menuju kamarnya masing-masing. “Jessica,” lirih David memanggil Jessica. “Iya, ada apa, Kak?” tanya Jessica menoleh. “Bagaimana dengan besok?” Tanya David.“Tentu saja be

  • Petarung Tangguh!   BAB 30

    “Tidak perlu. Ini sangat enak,” ujar David. Berkata yang sebenarnya. “Benarkah? Jangan dipaksakan jika memang tidak menyukainya,” tambah Kakek. “Tidak, Kek, ini sungguh enak, aku hanya baru merasakannya.” David melanjutkan suapan berikutnya. Memang benar, makanan itu terasa enak di lidah David yang baru pertama kali menyantapnya. “Tentu saja, hot pot ini sudah terkenal dengan kelezatannya dan juga cara memasaknya yang berbeda," papar Jessica. Mengulas senyum tipis. Jessica meneguk segelas air dan mengelap bibirnya lalu berdiri menuju wastafel. “Hei, kami baru saja mulai dan kau sudah menghabiskannya?” ledek Kakek tertawa untuk Jessica. Jessica hanya tersipu malu. Sedikit menundukkan kepalanya. “Kau tau, David? Jessica itu hanya kecil tubuhnya, tapi bisa menghabiskan makanan dalam jumlah besar," sahut Kakek. Berbicara kepada David, tetapi melirik ke arah Jessica.“Kakek, berhentilah dan cepat makan! Kau bisa tersedak,” cibir Jessica dengan nada manja. Belum juga selesai berbicar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status