Share

Petualangan Detektif Tampan dan Si Gadis Kucing
Petualangan Detektif Tampan dan Si Gadis Kucing
Penulis: Nana Er

Melarikan Diri

“Lepaskan aku! Siapa kalian? Dasar bedebah!” teriak Erwin yang sedang dalam kondisi terikat dengan mata tertutup kain.

“Kamu tidak perlu tahu siapa kita. Dasar detektif sialan!” ucap seseorang sambil mendaratkan pukulan keras ke wajah Erwin. Seketika itu, darah mulai bercucuran dari mulut Erwin.

“Pukul lebih keras lagi. Biarkan detektif bodoh ini lebih menderita. ha ha ha!” kata seseorang yang lain.

Pukulan demi pukulan tanpa henti didaratkan ke wajah dan tubuh Erwin. Tidak ada sedikit pun jeda yang diberikan untuk Erwin menghela nafas. Sampai akhirnya mereka berheti ketika Erwin sudah terlihat tidak sadarkan diri.

“Berhenti! Jangan sampai orang ini mati dulu,” perintah seseorang yang sepertinya pimpinan dari penjahat yang menyekap Erwin.

“Apa tidak langsung kita habisi saja, Bos? Orang ini pandai melarikan diri,” ucap salah seorang bawahan yang baru saja berhenti memukuli Erwin.

“Dia tidak akan mungkin bisa kabur dengan kondisi seperti itu. Kita tinggalkan dulu. Tunggu nanti dia sadar, baru kita hajar lagi,” kata si Bos yang meremehkan kondisi Erwin.

“Oke, Bos.”

“Dasar orang-orang bodoh,” bisik Erwin.

Sebenarnya Erwin hanya berpura-pura pingsan, meski kondisinya sudah babak belur dia tetap bisa mempertahankan kesadaran dirinya. Perlahan dia mencoba menggerak-gerakkan tangannya yang diikat untuk memencet sebuah tombol yang ada di jam tangannya. Jam tangan yang dia pakai memiliki pisau kecil yang tajam di dalamnya.

“Tunggu saja pembalasanku,” ucap Erwin.

Setelah beberapa saat, dia berhasil memotong tali yang mengikat tangannya. Dia pun segera melepaskan kain yang menutup matanya dan tali yang mengikat kakinya. Tanpa menunggu lama, Erwin segera mencari jalan keluar untuk kabur. Namun, tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dengan tongkat kayu dari belakang. Erwin yang tidak siap langsung tersungkur ke lantai.

“Ternyata memang tidak bisa diremehkan. Jangan pikir bisa kabur dari tempat ini!” ucap seseorang sambil memukulkan tongkat kayu ke tubuh Erwin sekali lagi.

Erwin yang masih bisa bangkit mencoba melawan orang itu. Dia berhasil mendaratkan beberapa pukulan sampai membuat orang itu kalah. Namun, keributan itu membuat penjahat yang lainnya berdatangan, ada empat orang. Terpaksa Erwin harus melawan mereka meski sudah terluka parah.

“Maju kalian semua!” teriak Erwin dengan kencangnya meski tubuhnya berlumuran darah.

Perkelahian sengit tidak bisa terhindarkan. Erwin yang memang tangguh dan terlatih dengan berbagai seni bela diri mampu mengimbangi ke empat orang itu. Meski begitu, kondisinya yang sudah terluka tidak bisa dengan mudah untuk menang. Berkali-kali Erwin harus menerima pukulan keras dari orang-orang itu.

“Kalian tidak akan menang melawanku,” ucap Erwin yang melihat lawan-lawannya yang sudah tumbang.

Dengan tubuhnya yang sudah lemas dan terluka, Ewin mencoba mencari jalan keluar. Dia menelusuri tempat itu sampai menemukan sebuah pintu besar yang gagangnya diikat denga rantai yang digembok.

“Cuma gembok seperti ini tidak akan menghentikanku. Tidak ada gembok yang tidak bisa ku bobol,” ucap Erwin.

Dia mencoba membobol gembok itu dengan sebuah besi kecil mirip kunci yang di ambil dari sakunya. Tidak butuh waktu lama, gembok itu terbuka dan Erwin bisa keluar dari sarang penjahat.

“Aku harus segera mengobati lukaku sebelum kehabisan darah,” batin Erwin sambil berjalan perlahan menahan rasa sakitnya untuk mencari tempat yang aman.

Sayangnya, tenaga, pandangan, dan kesadaran Erwin mulai pudar karena darah terus mengalir dari kepalanya. Dia berjalan pelan-pelan tanpa arah. Sampai akhirnya tubuhnya tidak sanggup lagi berdiri dan terjatuh.

“Tolong aku.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Er Ma'ruf
keren ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status