Share

Kutukan

Sementera itu di tempat lain, terlihat seekor kucing yang sedang berteduh di teras rumah seseorang.

“Pergi dari sini! Dasar kucing sialan.” Teriak seorang wanita paruh baya mengusir kucing yang berteduh di depan teras rumahnya karena kesal dan takut kalau kucing itu mencuri makanan.

Kucing yang terkejut itu segera meloncat dan berlari kencang menerjang derasnya hujan di malam hari sambil mengomel dalam hati, “Dasar wanita pelit, cuma numpang berteduh saja tidak boleh.”

Bulu putihnya yang halus dan lembut kini basah kuyup terguyur air hujan. Dia mempercepat larinya menyusuri terotoar mencari tempat lain untuk berteduh. Matanya tertuju ke sebuah barber shop yang sudah tutup di seberang jalan.

“Mungkin aku bisa berteduh di sana malam ini,” batinnya.

Di depan pintu salon itu ada tempat untuk berteduh. Sesampainya di sana, dia segera menggetarkan badannya untuk mengeringkan bulunya yang basah. “Huu.. Dinginnya! Semoga aku bisa beristirahat di sini malam ini.”

Namun, belum sempat dia beristirahat, sosok lelaki bertubuh tinggi keluar dari pintu barber shop dengan membawa sebuah karung. Tidak berselang lama kucing itu langsung diringkus dimasukan ke dalam karung kain.

“Lumayan dapat mangsa baru,” ucap lelaki itu sambil menenteng karung yang berisi seekor kucing.

Si kucing yang kaget langsung meronta-ronta, mencakar-cakar dari dalam karung. Usahanya tidak membuahkan hasil apa-apa. Cakarnya tidak bisa merobek karung itu.

“Hei! Lepaskan aku! Aku mau dibawa kemana?” teriak si kucing. Namun yang terdengar oleh manusia hanya suara kucing yang mengeong.

Tidak berselang lama, kucing berbulu putih itu dijebloskan ke dalam kurungan. Matanya mengamati keadaan sekitar. Rupanya dia tidak sendirian. Di tempat remang-remang itu, yang sepertinya ruang bawah tanah, banyak kucing yang juga dikurung di sana.

“Tempat apa ini? Kenapa banyak kucing di barber shop?” tanya si kucing dalam hati dengan penuh rasa takut.

Dia tidak tahu harus berbuat apa, ingin kabur namun tidak tahu caranya. Samar- samar terdengar suara benda tajam yang sedang diasah. Lalu terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Sosok bertubuh tinggi itu muncul lagi di depan kurungan si kucing.

“Apa aku akan dibunuh? Tidak! Jangan! Tolong selamatkan aku!” teriak si kucing dengan suara mengeong yang semakin ketakutan.

Nasib baik masih berpihak pada kucing itu. Lelaki bertubuh tinggi itu tidak mengambil dirinya tapi kucing yang ada di kurungan sebelahnya. Entah apa yang akan lelaki itu lakukan. Dia membawa seekor kucing yang baru saja diambil dengan kasarnya. Tidak lama setelah itu, terdengar suara raungan kucing yang kesakitan. Terdengar jelas kalau kucing itu disiksa. Kucing-kucing yang lain ikut meraung saling bersahutan. Tiba-tiba suara kucing yang disiksa itu lenyap. Dalam sekejap sekeliling tempat itu terasa sunyi.

“Dia membunuhnya? Dia benar-benar membunuhnya.” Batin si kucing yang ketakutan dan gemetar.

Si kucing berbulu putih yang baru saja tertangkap itu semakin ketakutan. Seperti terperangkap di sarang pembunuh sadis, kucing itu tidak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya berharap bisa segera kabur. Namun takdir berkata lain. Lelaki itu kini menghampiri dirinya. Giliran kucing itu tiba. Tanpa basa-basi dia digenggam erat di bagian lehernya. Kemudian dibawa ke sebuah ruangan dan langsung ditekan diatas meja oleh lelaki itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat bulu-bulu kucing terpajang di dinding ruangan itu. Di sebelahnya juga masih teregeletak mayat kucing yang baru saja disembelih. Darah masih berlumuran di meja tempat dia berada sekarang. Ketakutan dalam hatinya semakin bergejolak. Sekuat apapun dia memberontak, kekuatan lelaki itu bukan tandingan si kucing. Sekilas tampak kilauan pisau tajam melintas di depan matanya.

“Oh Tuhan, nasib buruk apa lagi yang menimpaku ini? Apa aku akan benar-benar mati sekarang?” eluh si kucing dalam hatinya yang pasrah tidak tahu harus melawan.

Lelaki itu begitu terpesona dengan keindahan bulu kucing yang saat ini akan dia bunuh. Bulunya putih bersih dan halus. Bahkan bulu kucing itu tampak berkilau seperti perak.

“Pasti bulumu harganya mahal kalau di jual,” ucap lelaki yang saat ini bersiap menggorok leher si kucing.

“Dijual? Apa maksudmu? Dasar psikopat!” teriak si kucing. Namun lelaki itu tidak menghiraukannya. Baginya suara kucing yang mengeong ketakutan sudah biasa.

Saat lelaki itu hedak menggorok leher si kucing dengan pisaunya, dia terhenti tatkala melihat kalung indah di leher si kucing. Dia mengamatinya sejenak.

“Apa ini barang berharga?” tanya lelaki itu pada dirinya sendiri.

Saat ingin menarik kalung yang ada di leher si kucing. Tiba- tiba liontin kalung itu bersinar terang, sangat terang, sampai-sampai menyilaukan mata lelaki itu. Tangannya yang menekan tubuh si kucing, sontak menutup matanya untuk menghalangi kilauan cahaya itu.

“Sialan! cahaya apa ini?” terika lelaki yang terkejut karena silau cahaya.

Si kucing yag tersadar kalau dia tidak lagi dikekang langsung melarikan diri. Dia berlari sekencang-kencangnya mencari jalan keluar. Beruntungnya pintu keluar dari tempat itu tidak terkunci.

Meski butuh sedikit usaha untuk membukanya, si kucing berhasil keluar dari tempat mengerikan itu. Larinya semakin dipercepat. Entah kemana dia akan pergi, yang penting dia bisa selamat.

“Untung aku bisa melarikan diri. Kenapa ada psikopat gila seperti dia? Andai aku masih masih bertubuh manusia, pasti sudah ku laporkan dia ke polisi,” batin si kucing yang sangat jengkel dengan kegilaan lelaki yang baru saja menangkapnya.

Hujan deras masih mengguyur kota itu. Setelah beberapa menit kucing itu berlari, tubuhnya mulai merasa letih. Kepalanya tertunduk dan langkahnya semakin lambat menyusuri terotoar yang sepi. Dia ingin segera menemukan tempat untuk beristirahat dan berteduh. Saat dia mengamati keadaan sekitar, sebuah halte bus mencuri perhatiannya.

“Mungkin itu adalah satu-satunya tempat yang aman untukku saat ini,” pikir si kucing yang sudah kelelahan.

Kucing itu segera berlari menuju halte itu. Di sana sepi tidak orang, sepertinya saat ini sudah lewat tengah malam. Dia meringkuk lesu di salah satu kursi halte. Pikirnnya melayang menyesali takdir yang dia alami saat ini. Dia sebenarnya adalah seorang gadis yang baru saja lulus dari falkutas kedokteran. Namun, karena sebuah kutukan, dia harus mejalani kehidupan sebagai seekor kucing.

“Andai aku tidak menabrak kucing itu, mungkin aku tidak akan menerima kutukan ini. Aku tidak sengaja menabraknya. Kenapa aku harus dikutuk menjadi seekor kucing?” gerutu si kucing dalam lamunannya.

Rasa lelahnya hampir membuatnya tertidur di halte. Namun, saat dia ingin memejamkan matanya, terdengar suara langkah seseorang. Dia langsung membuka matanya.

“Apa psikopat itu berhasil mengejarku?” tanya si kucing dalam hati.

Ternyata dugaannya salah saat seseorang tiba-tiba jatuh tepat di depannya. Bajunya berlumuran darah. Tubuh dan wajahnya penuh luka.

“Tolong ... selamatkan aku!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status