Share

Bab 3 Sosok Manusia Sempurna

Rama membuka mata. Tubuhnya tak lagi terasa sakit dan lemah. Tak ada sedikit pun juga rasa pusing di kepalanya. Saat ia perhatikan tangan kirinya, terdapat bercak merah yang telah mengering. Ia ingat. Itu karena darah dari lukanya.

Rama kemudian menyentuh belakang tengkoraknya.  Hatinya menjadi lega, meski juga cukup heran. Lukanya tidak hanya kering, tapi juga telah sembuh sepenuhnya. Seperti tidak pernah terjadi sebelumnya.

Langit biru di atas sana sangat indah. Hembusan angin juga kerapkali menerpa tubuhnya. Ia dapat melihat dirinya sedang berbaring di sebuah padang rumput, di samping pepohonan apel yang sedang berbuah.

Saat Rama menurunkan pandangannya ke bawah barulah ia merasa kaget. Seorang pemuda seusianya sedang duduk bersila sambil memperhatikan dirinya. Di samping pemuda itu terdapat sebuah keranjang yang penuh dengan berbagai buah.

Rama buru-buru bangkit. "Apakah Anda yang menolong saya?"

Pemuda itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Terima kasih! Saya sempat putus asa dan … saya tak yakin akan mendapatkan bantuan." Rama menghentikan ucapannya dan menatap ke depan. "Namun ternyata takdir berkehendak lain. Ia mengirim Anda dan saya selamat." Rama sangat berterima kasih kepadanya. Perasaan bahagia terlihat jelas di wajahnya. 

Pemuda itu hanya tersenyum. Ia mengucapkan sepatah dua patah kata, namun Rama tidak memahaminya. Ia kembali berbicara, namun tetap saja. Rama yakin ini pertama kalinya ia mendengar bahasa seperti itu. 

Kesulitan yang ia alami rupanya diketahui oleh pemuda itu. Ia mengambil sebutir buah berwarna merah dan memberikannya kepada Rama. "Enak sekali!" gumam Rama setelah menikmati buah yang sangat manis itu di mulutnya. "Saya belum pernah makan anggur seperti ini," ucapnya lagi.

Pemuda di dekatnya setuju dengan pernyataannya. "Itu memang anggur langka. Pohon anggur ini hanya akan berbuah sekali setiap seratus tahun." jelas pemuda itu.

Secara mengejutkan, Rama kini paham apa yang diucapkan pemuda itu. "Ini aneh!" gumamnya. "Saya tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Saya kira, saya memahami ucapan Anda." Rama berkata seperti itu sambil menggaruk kepalanya karena heran. 

Mendengar ucapannya, pemuda itu tersenyum lebar. Ia hampir saja tertawa. "Itulah manfaatnya! Anggur ini dijuluki sebagai buah ajaib karena cukup dengan memakan sebutir saja, maka seseorang dapat memahami segala jenis bahasa di alam semesta. Bahasa apa pun!" jelasnya. 

Terkesan berlebihan. Tapi memang itulah yang terjadi. Rama bahkan dapat merasakan, dirinya tiba-tiba memiliki kosakata yang sangat kaya dalam bahasa yang diucapkan pemuda itu. Selain memahami ucapan pemuda itu, Rama juga mampu menggunakan bahasa yang sama.

Setelah itu, pemuda tersebut memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. "Ngomong-ngomong namaku Rahula. Bagaimana denganmu?"

"Ramadani … Ramadani Syailendra. Tapi Anda bisa memanggil saya Rama." jelasnya. Dalam bahasa baru ini, ucapan Rama terdengar sangat formal. 

"Tidak perlu sungkan! Anggap saja kita telah lama berteman." Rahula berkata seperti itu sambil mengibaskan tangannya ke depan.

"Baiklah!" Rama menganggukkan kepalanya. "Boleh aku bertanya dimana kita sekarang? Dimana tempat ini?" tanya dia.

"Kita berada di Indrapada."

"Indrapada? Dimana itu?" tanya Rama penasaran. Ia pernah mendengarnya tentu saja, tapi dalam buku mitologi. Indrapada adalah sebuah istana di kahyangan yang dihuni para dewa. Ia yakin tentu bukan itu maksud Rahula.

"Ini … ini adalah tempat Dewa Indra." jelas Rahula lagi. Rama belum bisa mengerti bahwa kata 'tempat' yang Rahula sebutkan maksudnya adalah planet.

"Tempat Dewa Indra?" Rama terlihat heran dan setengah tak percaya. Ia hendak menganggap itu guyonan. 

Namun kemudian ia ingat apa yang baru saja terjadi. Buah ajaib membuatnya memahami bahasa asing yang bahkan belum pernah ia baca dalam sejarah bangsa dan peradaban kuno. Setelah beberapa saat, Rama akhirnya memilih untuk percaya, setidaknya pada ucapan itu.

"Baiklah!" Rama menganggukkan kepala. "Aku penasaran bagaimana kamu bisa menemukanku?" Rama yakin saat berada di ruang bawah tanah itu, tak seorang pun ada disana bersamanya.

Rahula diam. Ia berusaha mengingat apa yang baru saja ia lakukan. "Kau lihat pintu itu?" Sambil bertanya, jari telunjuknya menunjuk ke arah sebuah bangunan yang memiliki bentuk seperti piramida. Sementara pintunya sangat mirip dengan apa yang ia lihat di ruang bawah tanah. 

"Hmmm." jawab Rama singkat. Wajahnya terlihat serius memperhatikan Rahula.

"Ketika sedang memanen buah, aku melihat gerbang itu bersinar. Biasanya itu pertanda bahwa seseorang akan datang. Namun kali ini berbeda. Aku tak melihat siapa pun." 

Didorong rasa penasaran, Rahula mendekati pintu. Di ujung sana ia melihat Rama yang sedang terbaring tak sadarkan diri. "Saat kulihat darah di kepalamu, aku yakin kau harus segera mendapat pertolongan. Kemudian aku membawamu kesini."

Terdengar masuk akal. Meski amat samar, Rama sebenarnya juga sempat melihat secercah sinar keluar dari pintu itu sesaat sebelum kesadarannya hilang. Tapi ia tidak menyangka pintu itu akan membawanya ke tempat ini. 'Jika benar ucapan Rahula, maka dimanakah sebenarnya tempat ini?' benak Rama bertanya-tanya. 

Sebelum ia sempat melontarkan pertanyaan lagi, Rahula mengajaknya pergi. "Baiklah, bagaimana jika kita menemui Dewa Indra sekarang? Aku yakin kau belum pernah melihatnya, bukan?"

Jangankan melihat, ia bahkan tak menyangka jika sosok itu benar-benar ada. Selama ini Rama dan bahkan semua orang mungkin hanya menganggapnya sebagai tokoh dalam dunia dongeng saja. Meski begitu, tentu saja ia tidak akan melewatkan kesempatan emas itu. Ia penasaran seperti apa rupanya. 

"Baiklah. Ayo kita berangkat!" ajak Rahula.

Rama terus menatap Rahula yang berjalan di sebelahnya. Ia belum pernah melihat pemuda seperti itu. Selain sikapnya yang sangat bersahabat, paras Rahula juga sangat tampan bak dewa. Badannya tidak terlalu tinggi, tapi tidak juga sebaliknya. Sekitar 175 cm, seperti dirinya. Dengan jubah panjangnya yang berwarna putih, ia bagaikan seorang elf atau peri yang ia tonton di televisi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status