Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 02. Perpisahan dan Penghianatan

Share

02. Perpisahan dan Penghianatan

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 16:13:50

Sepuluh bayangan yang menyerupai roh, setengahnya adalah bayangan putih sedangkan setengahnya adalah bayangan hitam berkumpul bersama dengan mengelilingi Kevin Drakenis yang berada di tengah. Aura mengerikan terpancar dari seluruh bayangan ini yang membuat suasana Kuburan Iblis dan Dewa ini seperti mengalami badai kosmis. Aura mengerikan ini menunjukkan kehebatan mereka di masa kejayaan serta jaman keemasan dewa dan iblis ini.

Saat ini, sepuluh penghuni Kuburan Iblis dan Dewa yang masih aktif ini tampak sangat berbahagia. Setelah lima tahun berlalu, mereka masih enggan untuk melepaskan Kevin ke dunia luar yang kejam.

Ratusan tahun menunggu pewaris yang tepat, akhirnya mereka menemukan Kevin yang terjerumus masuk ke dalam Kuburan Iblis dan Dewa. Sekarang mereka tampak bahagia terhadap Kevin, tapi lima tahun lalu saat Kevin pertama kali tiba di kuburan ini, ia mengalami siksaan lahir-batin dari iblis dan dewa yang menghuni Kuburan Iblis dan Dewa ini selama berabad-abad lamanya.

Sekarang, Kevin sudah saatnya pergi karena terlalu lama di Kuburan Iblis dan Dewa akan membuat fisik aslinya terkikis menjadi bayangan seperti gurunya.

"Master, murid mau pamit untuk pergi dari kuburan ini selama-lamanya!" kata Kevin sambil bersujud tiga kali terhadap masing-masing gurunya.

"Pergilah! Balaskan dahulu dendam keluargamu! Kamu bisa memasuki Kuburan Iblis dan Dewa sekarang dengan pikiranmu! Kami akan selalu bersamamu mulai sekarang! Masih ada beberapa iblis dan dewa yang belum bangkit dan memilih tidur panjang! Mungkin saja, kamu bisa menggugah hati mereka untuk bangkit kembali dan membantumu!"

Bagaimana Kevin Drakenis yang berasal dari Paviliun Drakenis yang menjadi praktisi bela diri tertinggi di Nagapolis ini bisa terdampar di Kuburan Iblis dan Dewa ini?

Kevin Drakenis membungkuk dalam-dalam, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Napasnya perlahan-lahan dihembuskan, seperti mencoba menenangkan gelombang emosinya yang bergejolak. Ini adalah penghormatan terakhirnya, sebuah perpisahan yang tak akan pernah ia ulangi secara fisik. Hanya kekuatan pikirannya yang mungkin akan kembali ke tempat ini, jika ada Dewa atau Iblis yang berhasil keluar, selain sepuluh sosok yang telah menurunkan seluruh ilmu mereka kepadanya.

"Murid mohon pamit, Master!" suaranya tegas, namun mengandung kegetiran yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah melewati waktu panjang bersama.

Namun, tidak ada jawaban. Para Dewa dan Iblis hanya tertawa riang, seakan perpisahan ini hanyalah angin lalu. Mereka bersuka cita, seolah tugas mereka telah selesai, seakan Kevin bukanlah bagian dari kehidupan mereka selama lima tahun terakhir.

Tiba-tiba, tubuh Kevin lenyap dalam sekejap, menghilang tanpa jejak. Seiring dengan kepergiannya, tawa mereka pun mereda, meninggalkan keheningan yang menggantung di udara. 

"Kevin tidak boleh tahu apa yang akan terjadi dengan Kuburan Dewa dan Iblis ini ke depannya," ucap salah satu Dewa dengan suara rendah, hampir seperti bisikan rahasia yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang berada di sana. 

Mereka telah sepakat. Mengabaikan salam perpisahan Kevin bukanlah karena ketidaksopanan, melainkan untuk menghindari beban emosional yang tidak perlu. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat, dan dalam lima tahun itu, Kevin telah menjadi bagian dari mereka.

*****

Angin dingin berembus di puncak tebing Gunung Dragonia. Tubuh Kevin muncul begitu saja di sana, diterpa oleh hembusan angin yang membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering 

"Akhirnya aku kembali..." gumamnya lirih, matanya menatap tajam ke arah hutan lebat di bawahnya.

Bayangan masa lalu kembali menyergapnya. Lima tahun lalu, ia melangkah keluar dari hutan itu dengan hati yang hancur, hanya untuk terjun ke jurang demi menyelamatkan diri.

Lima tahun yang lalu…

Malam kelam menyelimuti Paviliun Drakenis, tempat yang dulu menjadi rumah dan perlindungan bagi keluarganya. Namun malam itu, kehangatan yang biasa menyelimuti paviliun berganti dengan hawa kematian.

Sejumlah pria bertopeng dan berpakaian hitam melangkah tanpa suara, menyusup seperti bayangan yang membawa kehancuran. Pedang mereka berkilat di bawah cahaya bulan, berlumuran darah dari korban-korban yang tak mampu melawan.

Teriakan kesakitan memenuhi udara, disusul dengan suara tubuh yang roboh ke tanah. Darah mengalir di lantai kayu, menodai kejayaan keluarga yang selama ini dihormati.

Keluarga Drakenis… Keluarga praktisi bela diri nomor satu di Nagapolis, bahkan di seluruh Alexandria, kini tinggal kenangan yang hanya bisa diingat dengan rasa pilu.

Sementara itu, di tempat lain, Kevin masih berada di kediaman Keluarga Caraxis. Ia datang untuk bertemu dengan kekasihnya, Helena Caraxis, wanita yang selama ini menjadi pusat dunianya.

Namun, cinta yang ia yakini ternyata hanya sebuah ilusi.

Dengan tatapan dingin dan senyum licik, Helena menghunus pedang spiritualnya dan menghunjamkannya ke dantian Kevin. Rasa sakit yang luar biasa menjalar ke seluruh tubuhnya, merobek seluruh harapan yang pernah ia bangun.

Kevin tersentak mundur, matanya membelalak tak percaya.

"Helena... kenapa?" suaranya bergetar, lebih karena luka di hatinya dibandingkan luka di tubuhnya.

Helena tertawa, suara tawanya bergema di udara, meresap ke dalam jiwa Kevin seperti racun.

"Dasar keluarga sampah!" suaranya penuh hinaan. "Kalian hanya keluarga kecil yang kebetulan menjadi nomor satu! Seharusnya Keluarga Caraxis yang memegang kejayaan di Nagapolis! Ayah sudah merencanakan ini sejak lama, bodoh! Apa kau tidak menyadarinya, hah?"

Kata-katanya menikam lebih dalam dari pedang yang telah ia hunuskan. Kevin mundur beberapa langkah, nafasnya tersengal-sengal.

Ia masih tidak percaya kalau kekasihnya yang lembut ini bisa menghianatinya. Kenapa Helena menghianatinya dan keluarganya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Redi Dew
alur ceritanya bagus...
goodnovel comment avatar
Lia Lintang
Ah, aku bisa membayangkan
goodnovel comment avatar
Zhu Phi
Terima kasih Kak ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   616. Pertarungan Dewa dan Iblis

    Langit perang kini pecah menjadi ratusan kilatan cahaya dan gelombang energi. Di setiap sudut medan, pertarungan antar legenda berlangsung. Sorakan pasukan teredam oleh deru kekuatan maha dahsyat.***~ Voltron vs Helena & Kael ~Pedang raksasa milik Voltron berayun dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh sebesar itu. Setiap gerakannya mencabik udara, meninggalkan retakan panjang di tanah berbatu. Suara gesekan logam membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya berdiri.“Helena, sisi kiri!” teriak Kael, pedangnya dilapisi pusaran angin yang menderu. Setiap tebasannya menimbulkan badai kecil, mencoba menahan hantaman brutal dari lawan.Helena menukik dari udara, rambut pirangnya berkibar liar tertiup tekanan spiritual. Pedang di tangannya menyala api biru membara, panasnya membuat udara bergetar.“Flameburst Sword!” serunya. Dengan teriakan itu, pedang menghujam bahu Voltron, disertai ledakan api biru yang membuat getaran hebat.Namun, Voltron hanya menggerakkan pedang besarnya. D

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   615. Serangan Celestial Myrad dan Dewa Seiryu

    Langit bergemuruh. Petir mengelagar di balik awan hitam yang terus berputar, seolah semesta sendiri tenggelam dalam kekacauan. Tiba-tiba, aura menyesakkan muncul, jauh lebih berat dari ribuan iblis yang baru saja menelan setengah medan perang.Suara langkah logam menghentak bumi. Sosok raksasa setinggi menara maju dari kegelapan—Voltron, pemimpin Celestial Myrad, dengan pedang besar di punggungnya yang berkilat bagai potongan bintang jatuh. Matanya memancarkan cahaya biru keperakan, dingin dan tak berperasaan.Di sampingnya, Vesta melangkah anggun. Jubah hitamnya berdesir, jemarinya sudah menggenggam kipas lipat berlapis racun, dan dari lengan bajunya bergemerincing jarum-jarum beracun, siap menghujam kapan saja. Senyum tipis terukir di wajahnya, senyum seorang pemburu yang sudah mencium bau darah mangsa.Vega mengaum rendah, tubuhnya menjulang seperti singa raksasa dengan cakar baja yang berkilau lima warna. Setiap langkahnya mencakar tanah, meninggalkan goresan membara dari elemen a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   614. Pertempuran Paviliun Drakenis

    Sorakan pasukan manusia baru saja mereda ketika tanah bergetar hebat. Dari balik pusaran portal hitam, ribuan iblis menerobos maju. Tubuh mereka menjulang, kulit legam retak-retak mengeluarkan cahaya merah menyala dari dalam, seakan setiap iblis adalah tungku neraka berjalan. Iblis ini lebih mirip makhluk api yang menyebarkan bara yang panas.Iblis dari dasar terdalam Dunia Naga Seiryu ini sengaja dilepaskan oleh Tian Long sebagai pasukan iblis yang akan berada di garis depan penyerangan, sebelum Celestial Myrad turun tangan menghabisi Kevin Drakenis dan rekan-rekannya.“Mereka datang! Formasi!” teriak seorang kapten Dracarys, suaranya pecah tertelan gemuruh langkah musuh.Benturan pertama meledak ketika barisan terdepan iblis menghantam tembok api Dracarys. Api merah menyembur tinggi, menjilat kulit iblis, membuat mereka meraung. Sebagian jatuh terbakar, namun lebih banyak lagi yang menerobos dengan tubuh melepuh tapi terus mengamuk.“Phoenix Merah, sayap terbuka!” teriak Claudia dari

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   613. Menghimpun Kekuatan - III

    Di sisi lain, kegelapan hutan bagai tirai hitam yang menelan langkah dua sosok yang berlari kencang. Nafas Ezio dan Aurora terengah, bercampur dengan aroma darah segar yang masih menempel di pakaian mereka. Di tubuh keduanya, noda merah pekat mengering, bukti pertempuran sengit yang baru saja mereka lalui. Daun-daun hutan berguncang tiap kali mereka menerobos, suara ranting patah bercampur dengan detak langkah kaki yang terburu-buru.Udara malam menusuk, dingin, tapi tubuh mereka terasa panas oleh adrenalin dan amarah. Cahaya rembulan hanya samar menembus rimbunnya pepohonan, membuat jalanan bagai jurang gelap. Aurora sempat menoleh pada Ezio, tatapannya penuh dengan kelelahan, tapi tekad di matanya menyala lebih terang dari api.“Ezio… kita harus sampai sebelum terlambat.” suaranya tercekat, namun keras.Ezio hanya mengangguk, genggaman tangannya pada pedang makin kuat. “Kita tidak boleh berhenti.”Tak lama, kegelapan hutan pecah oleh cahaya obor yang berjajar tinggi. Di depan mereka,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   612. Menghimpun Kekuatan - II

    Sementara itu, di sisi timur kota, menara tertinggi Paviliun Dracarys berdiri bagai tombak api yang menusuk langit malam. Angin kencang berputar liar di sekitar puncaknya membuat menara ini tampak gagah. Di ujung menara itu, Claudia berdiri tegak, gaunnya yang merah tua berderak tertiup angin, sementara rambut hitam legamnya berkibar liar seakan ikut terbakar oleh amarahnya.Matanya menyala—bukan hanya oleh pantulan api, tapi oleh tekad yang tak tergoyahkan. Aura merah api yang meledak dari tubuhnya merambat ke udara, membuat malam terasa lebih panas, seakan langit sendiri akan runtuh.“Mobilisasi penuh!” suaranya menggema, pecah bagai petir di atas lautan api. Ia mengangkat tangan, dan lidah-lidah api menjalar ke udara, membentuk simbol Phoenix Merah yang mengepakkan sayapnya.“Semua cultivator tingkat menengah hingga puncak—bergerak sekarang!” teriaknya lagi, suara penuh komando. “Prajurit barisan api, siapkan formasi Phoenix Merah! Ingat baik-baik, tidak ada yang boleh mundur, bahka

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   611. Menghimpun Kekuatan

    Langit Kota Nagapolis berwarna kelabu. Awan hitam pekat bertumpuk, seolah menahan badai raksasa yang siap meledak kapan saja. Dari kejauhan, petir samar kadang menyambar, seperti firasat buruk tentang perang yang akan datang.Di pusat kota, Paviliun Drakenis berdenyut dengan aura kewaspadaan penuh. Setiap dinding batu kuno seakan bergetar oleh formasi pertahanan yang dibangkitkan. Obor spiritual menyala biru, menebar kilau aneh di udara, menandakan markas Kevin tengah dalam kondisi siaga total.Lampu-lampu listrik juga dinyalakan untuk memberikan suasana terang benderang.Informasi dari mata-mata yang dikirim Claudia atas perintah Kevin ini tiba lebih cepat dari dugaan: Celestial Myrad akan menyerbu dalam tiga hari.Di ruang utama paviliun, para tetua dan murid inti berbaris rapi. Udara dipenuhi aura qi yang menekan, setiap helaan napas bagai membawa beban berat di udara. Claudia berdiri di sisi Kevin, tangan kanannya menggenggam gagang pedang spiritual yang tergantung di pinggang. Sor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status