Bab Bonus Gems : 1/2. Bab Utama : 2/2 Selesai. Siapakah sosok Iblis Neraka ini?
Dari balik tirai merah itu muncul sosok tinggi menjulang, berselubung jubah abu-abu kelam yang dihiasi garis merah menyala seperti luka menganga. Cahaya spiritual dari langit yang suram menyorot wajahnya, tapi yang tampak hanya pantulan dingin dari topeng perak yang menutupi seluruh wajahnya. Simbol angin terukir halus di sisi kiri topeng, sementara sisi kanannya menyala samar dengan lambang api yang meliuk seperti lidah neraka.Di pinggangnya tergantung pedang spiritual—tipis, berwarna hijau kebiruan, seperti kristal dari dasar laut yang memancarkan hawa tajam. Namun yang paling mencolok adalah senjata aneh di bahu kanannya ... sebuah pistol spiritual berukir rune ungu, menyala lemah namun jelas memancarkan kekuatan kuno yang hanya dimiliki oleh senjata tingkat tinggi dari dunia kegelapan.Kevin menggenggam tinjunya erat. “Aku bisa merasakannya,” bisiknya. “Qi-nya… seperti tidak mengenal ampun. Tidak mengenal batas.”Valkyrie meliriknya cepat. “Kita harus bersiap. Siapa pun dia… dia
Langit yang sebelumnya berpendar oleh kilatan serangan spiritual, kini meredup bagai nyala lentera yang kehabisan minyak. Sisa-sisa cahaya masih berpendar redup di balik gumpalan kabut tipis yang mulai merayap turun, menyelimuti lembah yang baru saja menjadi medan pembantaian.Udara terasa berat—pengap oleh aroma darah, abu, dan energi spiritual yang terbakar. Tanah retak-retak, penuh lubang menganga dan bekas ledakan yang masih mengepulkan asap tipis. Bongkahan reruntuhan paviliun berserakan seperti mayat-mayat bisu yang menyaksikan keheningan yang datang terlalu cepat.Valkyrie berdiri tegap di belakang Kevin, jubah perangnya robek di beberapa tempat, namun matanya tetap tajam. Ujung pedangnya meneteskan cahaya spiritual keemasan, seperti kilau api suci yang belum padam. Sementara itu, Felix masih berlutut, tubuhnya gemetar pelan, seolah lututnya tak mampu menopang beban kenyataan."Dia ... benar-benar ... Pewaris Naga Drakenis ...?" gumam Felix dalam hati, tatapannya kosong namun s
Langit yang semula tenang mulai diliputi awan kelabu. Petir samar melintas di balik kabut gunung, seakan langit sendiri bersiap menjadi saksi atas duel darah yang tak terhindarkan.Felix Dragonia menapakkan kaki ke tanah dengan mantap. Setiap langkahnya memunculkan lingkaran cahaya keperakan di sekeliling tubuhnya—sebuah pertanda bahwa ia telah memasuki Formasi Roh Langit, teknik pamungkas Sekte Naga Langit. Aura spiritualnya naik drastis. Qi-nya menjulang, memancar seperti pilar cahaya yang menusuk langit.“Darahmu kotor, Kevin,” ucapnya datar. “Kau bukan pewaris, kau kutukan.”Kevin tak menjawab. Tubuhnya bersinar dengan aura yang jauh berbeda—bercampur. Warna emas menyala di sisi kanan tubuhnya, sementara ungu gelap berdenyut dari sisi kiri. Qi Surgawi dan Qi Iblis bergolak seperti dua matahari yang bertabrakan, namun tak saling menelan.Valkyrie mundur perlahan, berdiri di atas batu tinggi, mengamati dengan mata tajam dan penuh kehati-hatian.“Aku tidak datang untuk membuktikan da
Seketika, suasana berubah. Udara yang tadinya tegang kini mengeras, seolah waktu membeku dalam sekejap. Wajah Felix yang sebelumnya tenang, kini menunjukkan sedikit guncangan. Mata peraknya menyipit tajam, dan aura qi-nya bergetar seperti senar kecapi yang disentuh nada kemarahan.“Nama kakakku itu—” ucapnya pelan, namun beracun,“—tidak boleh disebut sembarangan di tanah ini.”Ia menurunkan dagunya sedikit, menatap Kevin dan Valkyrie dari atas alisnya.“Elenia … mengkhianati darahnya sendiri. Ia meninggalkan Desa Langit. Memilih berjalan di samping Aethron Drakenis—musuh terbesar kami—dan lenyap dalam Perang Terlarang yang menewaskan ribuan jiwa. Namanya telah … kami hapus dari silsilah.”Ada luka dalam suara Felix. Luka yang tidak disuarakan, tapi terasa di udara. Luka yang lahir bukan hanya dari pengkhianatan … tapi juga dari kehilangan.Hening menyelimuti mereka sejenak. Angin berembus, membawa aroma hutan pinus dan dingin khas pegunungan. Di kejauhan, lonceng kuil desa berdentang
Langkah Kevin dan Valkyrie belum sempat menyentuh batas tengah Desa Langit ketika suara berat namun berwibawa memecah keheningan dari arah tebing tinggi sebelah barat.“Berhenti di situ.”Suara itu datang begitu jelas, datar namun mengandung ancaman yang tak bisa disangkal. Nada suaranya seperti baja yang digesekkan di tepi bilah pedang—dingin dan penuh ketegasan. Di atas sebuah batu besar berlapis kristal biru kehijauan, berdiri seorang pria bertubuh tegap, jubah putih keperakannya berkibar lembut ditiup angin gunung. Di dada jubah itu, tersemat simbol naga bersayap yang menyala samar, bukan hanya hiasan—melainkan lambang otoritas dan kekuatan dari Sekte Naga Langit.Di belakangnya, puluhan murid berdiri dalam barisan rapi, wajah mereka menegang, tangan-tangan mereka sudah siap pada gagang senjata. Mereka mengenakan seragam tempur sekte dengan bordiran naga langit berwarna perak di punggung, kainnya berat namun menjuntai anggun, tanda kehormatan sekaligus kekuatan. Sebagian besar mem
Mentari pagi merayap pelan di balik siluet Pegunungan Abadi, menyiram puncak-puncaknya dengan cahaya emas yang lembut. Kabut tipis masih bergelayut di sela-sela tebing, menyelimuti lembah di bawahnya dalam diam yang nyaris suci. Lembah itu—tempat yang disebut Desa Langit—tampak seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi.Angin lembut mengalir, membawa serta aroma tanah basah dan embun pagi yang menyentuh kulit seperti jari-jari dingin masa lalu. Pohon-pohon pinus menjulang tenang, berdiri seperti penjaga bisu dari rahasia yang telah terkubur berabad-abad. Burung-burung spiritual dengan bulu yang memantulkan cahaya terbang rendah di antara dahan, mengeluarkan kicauan pelan seolah sedang membisikkan ramalan.Langkah Kevin dan Valkyrie menggema lembut di jalanan batu, tak ada suara lain kecuali desir angin dan bisikan daun. Lembah ini jauh dari medan pertempuran, namun justru karena itu—ia terasa lebih mencekam. Terlalu sunyi. Terlalu bersih. Seperti tempat yang sedang menahan napas menun