Jeritan Rong Tian membelah udara pagi, menggetarkan tanah di sekitarnya.Tubuhnya terangkat beberapa kaki dari tanah, diselimuti api keemasan yang berkobar semakin liar. Kulitnya yang baru saja terbentuk kembali terbakar, mengelupas, dan menjadi abu yang beterbangan di udara.Dalam kesakitan luar biasa itu, Rong Tian merasakan kesadarannya terbagi. Sebagian dirinya masih merasakan tubuhnya yang terbakar, sementara sebagian lain terhubung dengan kesadaran Feng Huang, melihat potongan-potongan ingatan dari ribuan tahun kehidupan sang phoenix.Ia melihat dunia-dunia yang belum pernah ia kunjungi, peradaban-peradaban yang bangkit dan runtuh, pertempuran-pertempuran kosmik antara makhluk-makhluk yang bahkan tidak bisa ia bayangkan sebelumnya.Ia melihat Tujuh Pusaka Legendaris diciptakan, disebar ke berbagai dimensi, dan diperebutkan oleh para Pelintas Dimensi."Jangan melawan," suara Feng Huang bergema dalam pikirannya. "Biarkan apinya memurnikan jiwamu. Biarkan dirimu mati, agar bisa dil
Pagi menjelang di Dunia Qitu Dalu atau lebih tepat di sebut Hundun Yaosai.Langit berubah dari hitam pekat menjadi ungu kemerahan. Rong Tian berdiri di atas bukit tandus tempat ia pertama kali bertemu dengan serpihan jiwa Feng Huang. Angin pagi membelai rambut hitamnya yang kini panjang tergerai, membawa aroma tanah dan embun yang segar."Feng Huang!" serunya, suaranya bergema di lembah kosong di bawah."Aku telah kembali!"Tidak ada jawaban. Rong Tian mengeluarkan Cermin Sutra Ruang Waktu dari kantong penyimpanannya. Cermin itu berpendar lebih terang dari sebelumnya, merespons energi Jiwa Muda yang kini mengalir dalam tubuhnya."Feng Huang, tunjukkan dirimu!" Rong Tian mengalirkan sedikit energi ke cermin, menciptakan gelombang qi yang menyebar ke sekeliling.Udara di hadapannya bergetar, kemudian terbakar dalam api keemasan yang tidak memancarkan panas. Dari dalam api, sosok Feng Huang muncul perlahan. Kali ini, wujudnya lebih jelas dari sebelumnya, sayap apinya membentang lebar, pa
Lao Gui mengangguk. "Kultivator iblis memang memiliki ketahanan luar biasa. Lihat bagaimana tubuhnya menyerap energi kita tanpa penolakan."Yuan Tian, yang jarang meninggalkan sisi kolam, mengamati dengan seksama perubahan yang terjadi pada Rong Tian. "Ini bukan sekadar penyembuhan luka. Energi yang kita berikan telah mendorong kultivasinya ke ambang terobosan."Pada malam keenam puluh, bulan purnama kembali bersinar tepat di atas kuil. Kali ini, cahayanya lebih terang dari biasanya, seolah langit sendiri menyadari momen penting yang akan terjadi.Cairan dalam kolam mulai berputar, membentuk pusaran dengan Rong Tian di pusatnya."Mundur!" perintah Yuan Tian kepada para roh lainnya."Terobosannya dimulai!"Tubuh Rong Tian melayang ke atas, keluar dari permukaan kolam.Qi Eliksir Emas yang selama ini berwarna hitam keemasan kini bercampur dengan energi keperakan dari kolam, menciptakan aura yang belum pernah terlihat sebelumnya. Kulitnya mulai bercahaya dari dalam, seperti lampion yang
Di pusat kota, sebuah alun-alun luas dipenuhi oleh berbagai jenis roh dan hantu.Ada yang berbentuk manusia, ada pula yang hanya berupa cahaya atau kabut berwarna-warni. Mereka semua menoleh saat Rong Tian memasuki area tersebut, bisikan-bisikan segera memenuhi udara."Kultivator hidup!""Lihat, dia membawa energi iblis!""Apakah dia utusan dari dunia lain?"Dari tengah kerumunan, muncul sosok pria tua dengan jubah kerajaan kuno dan mahkota yang memancarkan cahaya redup.Wajahnya bijaksana namun tegas, dengan janggut panjang yang bergerak tanpa angin, tahu-tahu sudah didepan Rong Tian. "Perkenalkan, aku Yuan Tian, penguasa terakhir Kota Hundun," suaranya bergema di seluruh alun-alun."Siapa kau, anak muda yang berani memasuki wilayah kami?"Rong Tian membungkuk hormat, mengenali aura kekuasaan dari sosok di hadapannya."Hamba Rong Tian, pewaris kultivasi Raja Kelelawar Hitam dari Dataran Tengah. Hamba datang untuk menyembuhkan luka dan meningkatkan kultivasi di bawah bulan purnama, at
Bulan purnama mengambang di langit Dunia Qitu Dalu bagai mata raksasa yang mengawasi. Cahayanya menembus awan-awan tipis, menciptakan bayangan keperakan di atas pekuburan luas Hundun Yaosai.Rong Tian duduk bersila di atas batu datar, napasnya teratur meski darah masih merembes dari luka di dadanya. Jarum perak yang tertancap telah ia cabut, namun racunnya masih mengalir dalam meridiannya, menghalangi aliran qi.Hawa liar berputar, bercampur dengan wangi bunga malam yang tumbuh liar di sekitar makam. Sementara suara desiran angin membawa bisikan samar, seolah arwah-arwah yang terkubur berbisik dalam bahasa kuno yang tak ia pahami.Rong Tian memejamkan mata, mengalirkan qi Eliksir Emasnya untuk melawan racun yang menggerogoti tubuhnya."Racun ini... bukan racun biasa," gumamnya sambil mengernyit. Qi keemasan berpendar di bawah kulitnya, berjuang melawan noda keperakan yang menyebar dari bekas luka.Setelah berjam-jam berkultivasi, Rong Tian membuka mata.Cahaya bulan telah bergeser, me
"Ya, mereka adalah Pelintas Dimensi," potong Feng Huang."Mereka telah mengumpulkan dua pusaka lainnya, Pelindung Bahu Fajar Abadi yang gagal kau dapatkan, dan Pedang Emas Langit Barat yang direbut saat dirimu di Kekaisaran Matahari Emas beberapa waktu lalu."Cahaya ungu kemerahan dari langit memantul pada permukaan nisan-nisan, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang seolah bergerak sendiri. Angin dingin kembali berhembus, membawa aroma tanah lembab yang semakin kuat."Mereka akan mencarimu," lanjut Feng Huang. "Dan mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan cermin itu."Rong Tian menggenggam erat Cermin Sutra Ruang Waktu. Permukaan cermin itu kini tenang, seolah tertidur. "Kau bilang mereka dari dimensi lain. Apa maksudnya?""Dunia ini, Qitu Dalu, hanyalah satu dari banyak dimensi yang ada," jelas Feng Huang."Para Pelintas Dimensi sebenarnya bertugas menjaga keseimbangan antar dimensi. Namu diantara mereka, ada juga yang jahat tentunya.”“Sedangkan Tujuh pusaka legendaris, di