Bab 345. DIUNDANG MELATI SUGIRI Jaka Kelud mengerutkan keningnya mendengar perkataan Intan, kemudian berkata, “kenapa kamu malah kepikiran setelah mengatakan siapa saya? Kamu tidak salah, lambat laun kedua orang tuamu pasti akan tahu juga.” Mendengar perkataan Jaka Kelud, perasaan Intan langsung merasa lega seakan beban yang dipikulnya sudah menghilang. Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya jam perkuliahan pun usai setelah seharian serius mendengarkan pembelajaran dari dosen. Saat mereka sedang berjalan menuju tempat parkir, ponsel Intan bergetar sebagai tanda kalau ada orang yang meneleponnya. Buru-buru Intan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya, begitu melihat siapa yang menghubunginya dia segera berkata kepada Jaka Kelud, “Tante Melati menelepon, saya angkat sebentar.” Jaka Kelud hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia mengijinkan Intan untuk menerima panggilan dari Melati Sugiri. Dia juga penasaran dan ingin tahu apa ya
Bab 344. KETERKEJUTAN MELATI SUGIRI “Uhuk… uhuk…” Camelia pura-pura terbatuk untuk menghilangkan kegugupannya mendengar perkataan Melati Sugiri. Orang tua mana yang tidak marah, jika mendengar ada orang yang berani memarahi anaknya. Camelia dan Rustam pun menyadari hal ini, sehingga mereka seakan membisu tidak bisa menjawab pertanyaan Melati Sugiri. “Maafin kami jeng Mel, kami sebelumnya tidak tahu kalau Jaka Kelud itu adalah Rangga Buwono anakmu. Karena itulah Rustam memarahi Jaka malam kemarin.” “Kalian ini, bukankah kalian sudah tahu kalau Jaka Kelud itu adalah Rangga anakku dari penuturan Intan? Kenapa kamu masih saja memarahi anakku?” “Bukan begitu jeng Mel, kemarin malam suami saya belum tahu kalau Jaka Kelud adalah Rangga Buwono anak kamu. Kami baru tahu hal ini setelah nak Jaka Kelud pulang dan kami akan memarahi Intan. Saat itulah Intan menceritakan siapa Jaka Kelud itu,” perasaan Camelia Widodo seakan menjadi lega setelah mengatakan h
Bab 343. MERASA BERSALAH “Anak kampung? Siapa yang kamu maksud sebagai anak kampung?” terdengar suara Melati Sugiri yang dari speaker ponsel. Begitu mendengar perkataan Melati Sugiri, tanpa sadar Camelia Widodo menepuk-nepuk mulutnya dengan perlahan setelah merasa kalau perkataannya barusan yang mengatakan Jaka Kelud sebagai anak kampung sangatlah terlalu lancang. “Aduh… kenapa mulut ini bisa keceplosan begini? Apa yang harus saya katakan kepada Melati Sugiri?” kata Camelia Widodo dengan wajah panik sambil menatap Rustam Warsito yang juga ikut panik saat mendengar perkataan Melati Sugiri. “Jeng… jeng… jeng Lia… ada apa? Kenapa jeng Lia diam?” terdengar suara Melati Sugiri yang merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Camelia Widodo yang tidak langsung menjawab pertanyaannya. Segera saja Camelia tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Melati Sugiri. “Eh, iya, maaf saya sedang ada pikiran jadi omongan saya jadi ngelantur. Harap jeng Melati memaklum
Bab 342. AIR MATA BAHAGIA Melihat ekspresi kedua orang tuanya yang terlihat sangat penasaran, bukannya langsung mengatakan apa yang baru saja tadi dia katakan, Intan malah pura-pura tidak mendengar dan kembali menggigit sandwich di tangannya. Melihat sikap cuek Intan, Rustam Warsito yang sudah tidak sabar ingin segera membentak saat tangannya mulai bergetar sambil menunjuk ke arahnya. Akan tetapi Camelia segera menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam, seakan memberi kode kalau dia tidak boleh berkata kasar kepada Intan. Benar saja setelah mendapat tatapan tajam dari Camelia, Rustam seperti katak yang di injak tubuhnya langsung terdiam tidak berani mengeluarkan suara. Setelah memberi peringatan kepada Rustam, Camelia kembali menatap Intan dan berusaha membujuk untuk menceritakan berita yang sangat mengejutkan ini. “Intan… please… ibu ingin dengar lagi apa yang tadi kamu katakan? Apa yang kamu katakan tadi beneran?” Setelah bersikap cuek unt
Bab 341. KABAR MENGEJUTKAN TENTANG JAKA KELUD “Intan, kamu dengar ibu ngomong apa?” kata Camelia Widodo mengeraskan suaranya sambil menatap Intan yang sedang asik mengolesi selai di roti tawarnya sambil menepuk paha anak gadisnya yang duduk disampingnya. Intan segera menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke ibunya dalam diam, tatapannya menyiratkan sebuah arti kalau dia tidak ingin membahas soal tadi malam. Camelia menatap wajah Intan dengan tajam, dalam benaknya mulai menebak kalau anak gadisnya ini sedang dilanda cinta. Hanya saja cinta yang dimiliki anak gadisnya sepertinya salah sasaran, karena Intan mencintai anak kampung yang tidak jelas . Setelah menghela nafas perlahan, Camelia mulai membuka percakapan, “Intan tadi malam kamu habis darimana?” Intan tidak langsung menjawab pertanyaan ibunya, dia terlebih dahulu menggigit roti di tangannya dan mengunyahnya perlahan dan menelannya, barulah dia membuka mulutnya. “Intan main kerumah Jaka Kel
Bab 340. KEMARAHAN RUSTAM WARSITO Sementara itu Intan yang melihat ayahnya sedang berbicara dengan warga, segera saja masuk kedalam rumah. Dia juga merasa malu, kalau ada orang yang melihat dirinya sedang dimarahi orang tuanya. Setelah kedua warga itu pergi, Rustam Warsito segera kembali menoleh kearah Intan yang sebelumnya sedang dimarahi. Akan tetapi pandangannya hanya menemukan tempat kosong, karena Intan sudah masuk kedalam rumah, meninggalkannya sendirian. “Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya pergi saat orang tua berbicara,” gerutu Rustam Warsito yang segera menyusul Intan masuk kedalam rumah. Sementara itu dua satpam yang berjaga di pintu gerbang, sedari tadi hanya bisa diam menyaksikan perdebatan Rustam Warsito dan Intan. Mereka berdua hanya berdiri seperti patung, tidak berani mencampuri urusan ayah dan anak itu. Intan yang sudah masuk kedalam rumah segera memasuki kamarnya dan mengunci pintunya. “Intan… keluar!” suara R