Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

Share

Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-12-03 13:10:23

Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

      Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV.

      Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka.

     “Kamu tidak apa-apa?”

Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya.

     “Jaka….”

Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya.

      Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan.

     “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu tidak datang… ihik ihik ihik…”

Tiba-tiba Intan menangis terharu sambil menatap Jaka sambil memegangi tangannya, di tatapan mata Intan dipenuhi dengan rasa terimakasih yang tiada terhingga atas pertolongannya.

       Kemudian tanpa Jaka bersiap untuk menerima apa yang terjadi, Intan sudah memeluknya dengan erat sambil menangis di dadanya.

      Tatapan Jaka langsung kosong memandang ke kejauhan setelah Intan memeluk tubuhnya.

      Bau harum parfum mahal dan wangi rambut Intan menyeruak memasuki lobang hidungnya membuat otak Jaka langsung dipenuhi dengan fantasi yang membuatnya tiba-tiba mimisan dan dari lobang hidungnya keluar darah.

     “Sudahlah, ayo saya antar kamu pulang. Jangan kelamaan di tempat ini nanti akan menimbulkan kehebohan yang tidak perlu.”

Jaka segera menarik tubuh Intan yang sedang memeluk tubuhnya dengan satu tangan memegangi lobang hidungnya yang mengeluarkan darah.

      Hal ini sangatlah wajar, karena selama ini Jaka tidak terlalu dekat dengan wanita, sehingga ketika sekarang ada wanita cantik yang memeluknya tentu saja dia tidak bisa menahan fantasi aneh itu.

       Setelah mendorong tubuh Intan agar melepas pelukannya, segera saja Jaka mendongak menatap langit agar darah yang keluar dari mulutnya tidak sampai jatuh.

      Sementara itu Intan yang melihat apa yang dilakukan Jaka tampak tersenyum, karena dia juga bisa melihat kalau dari lobang hidung Jaka mengeluarkan darah.

     “Tutup pakai ini darahmu.”

Intan segera menyerahkan tisu yang selalu di bawa di dalam tas kecilnya kepada Jaka untuk menghapus dan menghentikan aliran darah yang keluar dari hidungnya.

      Jaka segera menerima tisu dari tangan Intan dan menggulung kecil, kemudian memasukkan ke lobang hidungnya untuk mencegah darah keluar.

       Pemandangan aneh langsung terpampang di hadapan Intan yang membuatnya tertawa kecil sambil menatap wajah Jaka yang seperti badut.

     “Hi hi hi hi… kamu lucu banget seperti badut hi hi hi hi….”

      Jaka langsung tersenyum masam melihat tawa Intan yang sedang memandangi wajahnya yang terlihat aneh.

     “Ayo kita pergi, jangan sampai ada orang yang melihat kita disini.”

Setelah menutup kedua lubang hidungnya dengan tisu, Jaka segera menarik tangan Intan dan membawanya keluar dari area tempat parkir klub malam.

      Dengan tubuh sedikit sempoyongan Intan ikut berjalan dengan cepat di belakang Jaka yang menyeretnya seperti sedang menyeret kayu saja.

    “Tunggu jangan cepat-cepat.”

Dengan terengah-engah Intan meminta Jaka untuk memelankan jalannya karena dia sudah tidak bisa berjalan lagi dengan cepat.

     Jaka segera menghentikan langkahnya setelah cukup jauh dari club malam yang sebelumnya di kunjungi Intan.

      Jaka segera menatap wajah Intan yang ada di depannya yang terlihat memerah dengan keringat membasahi wajahnya.

    “Sebaiknya kamu segera pulang, tak baik wanita secantik kamu di luar malam-malam begini.”

     Intan tampak terkejut mendengar saran dari Jaka, dia sama sekali tidak menyangka kalau pria miskin yang selama ini selalu bersikap rendah diri bisa memujinya sebagai wanita cantik.

     Intan langsung tersenyum dan menatap Jaka dengan tatapan menggoda dalam diam.

     Jaka yang di tatap oleh Intan tampak mengernyitkan dahinya, dia tampak bingung melihat Intan menatapnya seperti tatapan seorang kekasih kepada dirinya.

      Sementara itu di kejauhan lebih tepatnya di depan club malam sebelumnya terlihat lampu sirine polisi terlihat memasuki tempat parkir club malam itu di iringi sirine ambulans di belakangnya.

     “Ada Polisi, Sepertinya ada yang melaporkan kejadian ini ke polisi. Ini sangat berbahaya kalau kita sampai ketahuan.” gumam Jaka dalam hatinya.

      Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi dia melambaikan tangan ke arah taksi yang sedang lewat.

      Setelah taksi itu berhenti, Jaka segera menarik tangan Intan untuk masuk ke dalam taksi meninggalkan keterkejutan di hati Intan.  

     “Berangkat pak.”

Darko memerintahkan sopir taksi untuk menjalankan kendaraannya setelah Jaka dan Intan masuk ke kursi belakang.”

      Tanpa banyak bicara sopir taksi menjalankan mobilnya meskipun dia belum menanyakan tujuan Jaka dan Intan.

      Setelah berjalan cukup jauh barulah sopir taksi bertanya sambil menatap kearah Jaka melalui spion yang ada di atas kepalanya.

     “Om, anda mau diantar kemana?”

     Jaka tidak langsung menjawab pertanyaan sopir taksi, sebaliknya dia menoleh ke arah Intan yang duduk di sampingnya kemudian berkata, “Alamat rumahmu dimana?”

    “Pergi ke Pondok Indah pak.”

Terdengar suara Intan menyebutkan alamat yang dituju sambil memandang ke arah sopir taksi.

    “Baik Non.”

Setelah mendapat jawaban dari Intan, sopir taksi segera fokus mengemudi menatap kearah jalanan di depannya dan menghiraukan Jaka dan Intan yang sedang terdiam dengan pikirannya masing-masing.

     Sementara itu Jaka tampak terkejut begitu tahu kalau alamat yang dituju taksi ini adalah Jakarta selatan selnih tepatnya di komplek perumahan mewah Pondok Indah.

     Meskipun Jaka baru satu tahun tinggal di Jakarta dan belum terlalu banyak berkunjung ke sisi lain kota Jakarta, tapi Jaka sudah tahu dimana letaknya perumahan mewah Pondok Indah.

     Jaka tampak tersenyum masam mengetahui kalau dia akan mengantar Jaka ke Jakarta Selatan, karena dia harus balik lagi ke tempat kostnya yang ada di Jakarta pusat lagi setelah mengantar Intan ke rumahnya.

     Seharusnya dia pulang untuk beristirahat setelah musibah yang menimpanya di lokasi konstruksi, tapi kini dia tidak akan bisa beristirahat lebih awal demi teman kuliahnya ini.

      Akhirnya taksi yang dinaiki mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah tiga lantai yang sangat mewah, dari pintu gerbang terlihat deretan mobil mewah berbaris rapi di garasi rumah mewah ini.

     “Ayo turun,” Intan segera mengajak Jaka untuk ikut turun dari taksi.

     “Aku langsung pulang saja, yang penting kamu sudah sampai rumah dengan selamat.”

Jaka menolak ajakan Intan untuk mampir ke rumahnya yang terlihat mewah, tapi Intan tampaknya tidak mengijinkan Jaka untuk langsung pulang.

     Tangan Jaka dipegang dan ditarik keluar dari dalam taksi setelah dia membayar ongkos taksinya.

     Dengan tanpa daya Jaka ikut keluar dari taksi dan berdiri dengan gugup di depan pintu gerbang setinggi tiga meter di depannya.

      “Apa tidak sebaiknya saya langsung pulang saja? Yang penting kamu sudah sampai di rumah dengan selamat.”

       Jaka berkata dengan wajah penuh dengan permohonan berusaha menghindari ajakan Intan untuk mampir ke rumahnya.

       Bagi Jaka sangatlah tidak pantas bagi dia yang berasal dari keluarga miskin sampai memasuki rumah yang begitu mewah di depannya.

      Apalagi sekarang hampir tengah malam, sehingga lebih tidak pantas lagi bagi Jaka untuk bertamu di rumah seorang wanita.

      Intan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, “Anu, Jaka... aku hanya ingin berterima kasih padamu... Jadi... mau kan mampir ke rumahku untuk...”

      Mendengar itu, Jaka hanya bisa menelan ludah menatap rona merah di wajah Intan. Apalagi... menatap tubuh Intan yang begitu berisi dan montok itu...

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 183. GAYA INTEROGASI JAKA KELUD

    Bab 183. GAYA INTEROGASI JAKA KELUD Dengan langkah santai Jaka Kelud mengedarkan Prananya untuk memindai aura manusia di dalam gudang nomor 51 ini. Seperti berada di rumahnya sendiri, Jaka Kelud memasuki bagian dalam gudang yang ternyata adalah tempat penyimpanan barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti kasur dan lainnya. Jaka Kelud terus berjalan hingga ke bagian belakang gudang, yang ternyata digunakan sebagai tempat istirahat para karyawan. Di salah satu ruangan berukuran lima kali tujuh meter, ada puluhan tempat tidur yang tertata rapi seperti di sebuah barak militer. Diatas tempat tidur yang terbuat dari besi, terlihat ada lima orang pria yang sedang terlelap dalam mimpi indah. Tangan Jaka Kelud langsung di kibaskan, seketika kelima pria yang sedang terlelap semakin lelap saja tidurnya setelah terkena totokan jarak jauh. Jaka kelud mendekat kesalah satu tempat tidur terdekat, kembali tangannya dikibaskan. Seketika kesadaran pri

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 182. MENYATRONI GUDANG NOMOR 51

    Bab 182. MENYATRONI GUDANG NOMOR 51 Sreettt… Perlahan kaca jendela diturunkan Jaka Kelud untuk melihat orang yang mengetuk kaca jendela mobilnya. “Siapa kamu? Kamu maling ya?” Jaka Kelud langsung menegur orang yang mengetuk kaca jendela mobilnya. Bukannya menjawab pertanyaan Jaka Kelud, orang yang mengetuk kaca jendela mobilnya malah balik bertanya. “Kamu yang maling, untuk apa kamu memarkirkan mobilnya disini dari tadi kalau bukan sedang memata-matai wilayah ini?” “Ha ha ha ha… ada maling teriak maling. Memangnya saya harus laporan kepadamu kalau saya ingin istirahat di tempat ini?” “Istirahat? Kalau kamu niat untuk istirahat sebaiknya pulang ke rumah atau pergi ke hotel, alih-alih berhenti di pinggir jalan.” “Kenapa harus pulang kerumah atau ke hotel, kalau bisa tiduran di pinggir jalan tanpa harus membayar sewa hotel? Ha ha ha ha kamu ini aneh, sudah sana pergi jangan ganggu istirahat saya,” usir Jaka Kelud sambil kembali menutup kaca

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 181. AJIAN PELULUH SUKMA

    Bab 181. AJIAN PELULUH SUKMA Kepala Jaka Kelud langsung pusing mendengar jawaban petugas humas yang menemuinya. Seandainya saja tidak khawatir akan membuat perusahaan ekspedisi ini kacau, tentu dia akan memaksa pria didepannya untuk mengatakan yang dia tanyakan. Saat Jaka Kelud akan berpamitan, tiba-tiba saja sekelebatan ingatan tentang sebuah Ajian yang bisa mempengaruhi pikiran orang masuk kedalam memorinya. Niat hati untuk pergi meninggalkan perusahaan ekspedisi ini segera di urungkan, dalam hatinya Jaka Kelud merapal sebuah mantra Ajian Peluluh Sukma. Setelah menghela nafas pelan, Jaka Kelud segera menatap pria yang ada di depannya dengan tatapan tajam. Tiba-tiba saja pria di depannya merasa kalau saat dia menatap mata Jaka Kelud, dia seperti berada di tengah-tengah gurun hijau yang sangat luas. Dia berdiri sendirian sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah rumput menghijau dengan langit membiru di atasnya yang tanpa awan sedi

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 180. MENCARI PARA PELAKU

    Bab 180. MENCARI PARA PELAKU Dalam mimpinya Jaka Kelud seakan sedang menonton sebuah adegan film action yang sangat mendebarkan. Karena setiap detail kejadian bisa dilihat dengan sangat jelas, bahkan bisa di lihat dari atas seperti dari drone atau pesawat terbang. Mata Jaka terus menatap ke arah mobil yang membawa sopir truk Box itu, hingga dia bisa melihat plat nomor mobil itu dengan sangat jelas. Setelah melihat kepergian mobil yang membawa pergi sopir truk Box itu, pandangan Jaka Kelud segera kembali ke arah mobil sedan hitam yang di tabrak truk Box itu. “Apa? Bukankah itu Om Rustam Buwono? Bagaimana bisa, saya melihat kejadian ini? Apakah ini benar, seperti kejadian yang membuat Om Rustam terluka?” Akhirnya dalam pandangan mimpi Jaka kelud, dia bisa melihat dengan jelas, ketika beberapa warga berhasil membuka pintu mobil yang ringsek. Dan mata Jaka Kelud membelalak lebar, ketika melihat pria yang dikeluarkan dari dalam mobil sedan hitam itu

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 179. MIMPI ANEH

    Bab 179. MIMPI ANEH “Pak dokter, apakah yang anda katakan ini betulan?” sambil memegangi tangan dokter Sasongko, Sugeng Buwono berkata dengan ekspresi penuh dengan tanda tanya. Dokter Sasongko tersenyum, kemudian menganggukan kepalanya alih-alih menjawab pertanyaan kakek Sugeng Buwono. Begitu mendapat jawaban dari dokter Sasongko, seketika semua orang langsung tersenyum gembira, kecuali dua orang yang sedang memasang ekspresi gembira tapi palsu. “Pak dokter, cepat antar saya ke ruang ICU untuk bertemu dengan suamiku,” dengan rasa gembira yang meluap, Melati Sugiri segera meminta dokter Sasongko untuk memimpin jalan menuju ruang ICU. Akhirnya semua orang di ruang VVIP, segera pergi ke ruang ICU untuk melihat keadaan Rustam Buwono. Karena baru saja tersadar dari komanya, sehingga Rustam Buwono masih dibiarkan tinggal di ruang ICU, agar bisa di pantau kesehatan dengan lebih intensif lagi. Seketika ruang ICU dipenuhi dengan keluarga Buwono yang me

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 178. PRANA PENYEMBUHAN

    Bab 178. PRANA PENYEMBUHAN “Nah, sepertinya saraf kecil itu yang menyebabkan pendarahan otak dan ada memar di otaknya yang perlu disembuhkan. Dan itu juga masih ada sisa darah yang belum dibersihkan,” gumam Jaka Kelud dengan mata terus memeriksa seisi kepala Rustam Buwono. Setelah memastikan luka yang ada di dalam kepala Rustam Buwono, tangan Jaka Kelud yang menempel di ubun-ubun kepalanya segera saja menyalurkan energi Prana ke bagian kepalanya. Keajaiban segera terjadi, sesaat setelah Jaka Kelud menempelkan tangannya di kepala Rustam Buwono. Sisa-sisa darah yang belum tuntas di bersihkan di dalam otak, secara ajaib menghilang dan keluar dari batok kelapa berubah menjadi uap. Dengan Mata Prananya, Jaka Kelud bisa memastikan setiap luka di dalam kepala Rustam Buwono kembali normal dan mengalami peremajaan dengan sangat ajaib. Rasa hangat dari Prana Jaka Kelud langsung membuat kinerja saraf serta jaringan yang ada di kepala Rustam Buwono menjadi beker

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 177. MATA PRANA X RAY

    Bab 177. MATA PRANA X RAY Dokter Sasongko menatap pemuda di depannya dengan tatapan curiga sambil menanyakan profesi Jaka Kelud. “Saya bukan seorang dokter, tapi saya bisa memberi pertolongan pertama kepada seseorang yang terluka.” “Ha ha ha ha…. kamu ini lucu sekali anak muda. Memangnya Rumah Sakit ini disamakan dengan sekolahan yang hanya mengajarkan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan? Tolong anak muda, kalau bicara itu lihat situasi dan tempatnya,” kata dokter Sasongko dengan nada mengejek. Jaka kelud sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan perkataan dokter Sasongko. Tentu saja dia tahu maksud dari perkataannya yang merendahkan kemampuan pengobatan yang dimilikinya. Jaka tidak menyalahkan jalan pikiran dokter Sasongko yang merupakan seorang profesor atau ahli bedah otak yang sangat terkenal. Sedangkan pada saat ini Rustam Buwono sedang di tangani olehnya, bahkan dia juga sedang berusaha dengan keras untuk menyembuhkan luka

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER

    Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO

    Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status